Friday, March 6, 2009

Sama-sama Kacau


Gubernur Bank Indonesia Boediono dikenal santai menghadapi para wartawan. Begitu juga ketika menggelar jumpa pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri, pekan lalu.

Tapi yang dilakukan Boediono siang itu di luar dugaan. Berawal dari sambutan resmi Kojiro. "Saya minta maaf karena akan berbicara dalam bahasa Jepang, bahasa Indonesia saya kacau," kata Kojiro terbata-bata.

Entah berniat membalas tamunya atau tidak, Boediono pun berujar, "Saya juga minta maaf karena akan berbicara dalam bahasa Indonesia." Sambil tersenyum ke arah Kojiro dan Sri Mulyani, guru besar Universitas Gadjah Mada ini pun melanjutkan kalimatnya, "Bahasa Jepang saya kacau."

Seisi ruangan mendadak tertawa mendengarnya. Kojiro pun hanya bisa tersenyum mendengarkan penerjemah di belakangnya.


KORAN TEMPO, 4 Maret 2009

1 comment:

KULYUBI ISMANGUN said...

Kunci Saat Musim Tak Menentu

Rabu, 25 Februari 2009 | 10:38 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Apalagi ‘gangguan’ yang paling beken saat musim tak menentu seperti sekarang ini? Flu! Gejalanya sangat merusak mood siapapun yang mengalaminya. Bayangkan saja, batuk, misalnya, bisa membuat Anda tak bisa macam-macam saat beradu pendapat dengan rekan bisnis. Juga hidung tersumbat yang membuat kepala pening tak karuan sehingga fokus saat bekerja menjadi amburadul.

Flu ini, diam-diam ternyata pernah membuat geger di awal abad 20-an. Ini karena korban wabahnya ‘berhasil’ mencapai angka lebih dari 20 juta orang di dunia. Fantastis! Ini karena dianggap melebihi jumlah korban perang dunia I. Bahkan, meski seringkali diremehkan, gejala flu mampu menggoncang perekonomian sebuah negara. Di Inggris, misalnya, pernah dilaporkan telah kehilangan hampir 150 juta hari kerja setiap tahun, gara-gara flu ini. Sementara di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 10.000-40.000 orang meninggal setiap tahun. Dan hampir 200.000 mengalami perawatan. dan jutaan hari kerja hilang.

Flu ini juga tak tebang pilih. Hampir seluruh anggota keluarga bisa menjadi korbannya. Ini terutama jika infeksinya telah mengenai saluran pernafasan bagian bawah termasuk paru dan terjadi peradangan (pnemonia). Menurut catatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kematian bayi akibat pneumonia lumayan tinggi, yaitu satu balita setiap lima menit.

Gejala yang termasuk ke dalam infeksi saluran pernafasan atau ISPA ini, menurut dr Helmin Agustina Silalahi, konsultan medis di Jakarta, padahal hanya bersifat ringan saja. ”Tidak memerlukan pengobatan antibiotik, karena sebagian besar ISPA diakibatkan virus yang sifatnya dapat sembuh sendiri dengan berjalannya waktu,” katanya.

Tapi, jika sudah terjadi infeksi maka harus diwaspadai. Untuk mencegahnya, sebaiknya Anda mengenali gejalanya. Helmin, misalnya menyebutkan gejala klinis, seperti batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada ke dalam, dan tanpa napas cepat, digolongkan pada non pneumonia. Sementara pnemonia, biasanya ditandai adanya napas cepat, sesak, dan terjadi tarikan dinding dada ke dalam pada pneumonia berat. Penanganan pasien dengan pneumonia harus sesegera mungkin, dan sebaiknya dirawat di rumahsakit.

Langkah pertama untuk mengatasi batuk pileknya, sebaiknya pastikan penyebabnya. Jika termasuk ringan, bukan karena bakteri, Anda harus menghindari pencetus, perbaikan gizi, dan pola hidup sehat. Bantuan dengan obat pereda gejala batuk dan pilek, bisa dipertimbangkan, ”Sehingga sakit akan teratasi dengan baik,” ujar Helmin.

Masalahnya, obat pereda batuk pilek ini, kini banyak beredar di pasaran. Tentu saja Anda harus jeli. Jika demam, misalnya, pastikan ada obat penurun panas (antipiretik) seperti parasetamol dalam obat tersebut. Kalau hidung tersumbat, pilih obat flu yang mengandung dekongestan atau pelega hidung seperti pseudoefedrin. Bila karena alergi, penggunaan antihistamin (CTM, diphenhydramine) dapat dikombinasikan pemberiannya bersama dengan dekongestan.

Untuk batuk, biasanya ada dua jenis, yaitu batuk berdahak dan tidak berdahak. Jika berdahak, sebaiknya memilih obat dengan pengencer dahak (mukolitik) seperti bromheksin, ”Mukolotik ini merangsang pengeluaran dahak dari paru-paru,” ujarnya. Jika batuk tidak disertai dahak, kandungan dextromethorpan (DMP) sebagai penekan batuk (antitusif) adalah pilihan terbaik.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam memilih obat batuk, yaitu sebaiknya memilih dua jenis formula yang berbeda, sesuai dengan batuk yang diderita. Ini karena cara kerja masing-masing obat berbeda bahkan berlawanan.

Obat-obat ini menurut Helmin hanya untuk mengatasi gejala, ”Bila dalam tiga hari penggunaan obat bebas tidak menunjukkan perbaikan, segera periksakan ke dokter,” katanya serius.

Kini, meski musim tak menentu, Anda tak perlu panik. Jadilah ‘kunci’ atau andalan dengan mengenali gejala dan cara pengobatan yang tepat. Batuk pilek tak bakal lagi menjadi ancaman. SUSANDIJANI