Saturday, July 16, 2011

Antara Burung Nazar dan Nazaruddin


Burung Nazar

Burung Nazar atau Burung Hering adalah burung pemakan bangkai atau binatang yang telah mati, baik binatang yang mati secara alami maupun karena dibunuh. Oleh karena itu burung ini disebut juga dengan Burung Bangkai. Burung ini dapat ditemui di semua benua kecuali Antartika dan Oseania.


Karakteristik burung ini adalah kepalanya yang botak, tidak ada bulu kecuali bulu halus. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini berperan penting dalam termoregulasi.

Burung Nazar jarang menyerang mangsa yang sehat, namun sering kali menyerang, bahkan membunuh, mangsa yang sakit atau dalam keadaan terluka.


Jika mangsanya terlalu besar untuk dimakan sendiri, umumnya mereka menunggu burung terbesar untuk selesai makan terlebih dahulu. Namun tidak jarang terjadi pertempuran yang melibatkan burung-burung ini dalam jumlah besar ketika memperebutkan makanan.

Mereka tak akan berhenti makan hingga tembolok mereka terasa penuh. Burung ini membawakan makanan untuk anak-anak mereka tidak dengan cakar mereka, melainkan dengan tembolok mereka yakni dengan cara dimuntahkan kembali.


Lambung Burung Nazar ini sangatlah asam dan korosif sehingga bakteri yang terdapat dalam bangkai makanan, seperti Botulinum, Kolera, Antraks, dan sebagainya, tidak akan hidup dalam lambung tersebut sehingga bangkai yang dimakan burung ini aman bagi pencernaan mereka.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hering


Blog Nazaruddin

Setelah heboh tentang isi SMS Nazaruddin, kini muncul blog Nazaruddin yang berisi testimoni pengakuan orang yang mengatasnamakan diri sebagai Muhammad Nazaruddin.

Adapun blog tersebut beralamat di nazaruddin78.blogspot.com. Pada blog Nazaruddin ini sudah ada sebuah tulisan dengan judul "Bertepuk Tanganlah Partai Lain (Testimoni 1)"

Sejauh ini belum dapat dipastikan siapa sebenarnya pemilik blog Nazaruddin. Portal berita detik.com, menyebutkan bahwa ketika Muhammad Nazaruddin dimintai keterangan yang bersangkutan enggan berkomentar.

Berikut ini adalah isi lengkap blog Nazaruddin yang berjudul "Bertepuk Tanganlah Partai Lain (Testimoni 1)":


Bertepuk Tanganlah Partai Lain (Testimoni 1)

Saya Muhammad Nazaruddin, Anggota DPR RI Komisi VII, Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, saat ini masih menjabat Bendahara Fraksi Partai Demokrat. Saya bukanlah penulis, namun pembusukan karakter terhadap diri saya belakangan yang tak terkira membuat saya memanfaatkan media sosial menuliskan testimoni.

Dalam testimoni pertama ini, ingin saya tegaskan bahwa apa yang menimpa Partai Demokrat hari ini, telah membuat partai lain bersorak. Merekalah sesungguhnya yang diuntungkan.

Teriakan pertama meraka bisa jadi: rasain Partai Demokrat.

Dalam gurauan sesama anggota DPR RI, saya pernah mendengar selentingan, jika ingin menghancurkan partai, maka bidiklah Bendahara Umumnya.

Maka tak berlebihan setelah saya mengalami tudingan bertubi-tubi, menjadi terang benderang bahwa segalanya ini memang menjadi sebuah skenario yang sudah direncanakan.


Skenario pertama: memojokkan diri saya dituding memperkosa SPG. Perihal ini secara hukum tidak terbukti. Bagaimana saya memperkosa bila kamar yang saya tempati ketika Munas Partai Demokrat, juga diisi oleh staf saya, dan ruang rapatnya menjadi bagian pertemuan informal meeting-meeting Munas. Indikasi mengirim SPG ke kamar saya menawarkan jasa, sudah menjadi sebuah skenario karangan cerita, pada 2010 lalu.

Lepas dari tudingan memperkosa, ada momentum menghajar saya bermasalah di bisnis batubara. Sementara keterlibatan saya hanya memediasi seseorang yang butuh modal kerja ke sosok pemilik modal yang ingin mengusahakan uangnya bergulir dalam jangka pendek. Begitu pihak yang ditolong tak mampu mengembalikan uang, nama saya dibawa-bawa. Bukankah sosok yang bermasalah tidak perform yang harus diusut? Justru akses dan kepercayaan saya menjadi rusak di mata relasi.

Berikut kasus Sesmenpora, sebagaimana sudah saya sampaikan, hukum bisa membuktikan apakah benar saya menjadi bagian: bukankah Kementrian Negara Olahraga itu bisa diusut oleh KPK siapa dalang dan pelaku penyogokan, biarlah ranah hukum yang membuktikan.

Sedangkan isu pengembalian uang oleh Sekjen MK, perihal ini isapan jempol belaka. Sebagaimana hari ini (30 Mei 2011) pukul 17.00 saya sampaikan kepada pemirsa Metro TV, bahkan saya dikonfrontir dengan Sekjen MK, saya sampaikan apakah masuk akal pengembalian uang ke Satpam, lalu uang dihitung dan Satpam diam saja. Padahal di tanggal dan jam yang dimaksud saya ada di dalam rumah. Logikanya Satpam manapun pasti memberi tahu majikan ada uang besar diantar.


Bagi saya Mahfud MD dan Sekjen MK, telah melakukan pembohongan publik. Mereka membuat skenario perusakan nama baik saya. Karenanya saya katakan saya akan melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.

Dan berikutnya hal yang tak masuk akal, pencekalan terhadap diri saya, yang masih anggota DPR-RI aktif dengan begitu cepat, tanpa proses hukum, tak pelak lagi sebagai puncak benang merah bagian skenario penghancuran kredibilitas saya.

Maka dengan singkat saya katakan bahwa semua isapan jempol ini sudah menjadi bagian perusakan dan penghancuran Partai Demokrat melalui cara menembak secara amat kasar dan keji diri saya.


Oleh sebab itu dalam waktu dekat saya akan membuka diri; termasuk melakukan live chatting dengan semua komunitas online, media alternatif di Indonesia, untuk menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi dari sudut pandang saya.

Akhir kata, goresan tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan. tetapi sebagai sebuah catatan, yang layak dan wajar saya tuliskan. Khususnya kepada media yang bekerja profesional, saya hanya bisa menghimbau verifikasilah semua ini, agar publik tidak dibodohi, agar publik juga paham apa yang disebut sebuah fakta kebenaran.

(bersambung ke testimoni berikutnya)
Sumber: http://karodalnet.blogspot.com/2011/05/blog-nazaruddin.html


Nazar "Ngeblog"
Nazaruddin Akui "Nazaruddin78" Blognya

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, rekan separtainya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, mengakui bahwa blog www.nazaruddin78.blogspot.com adalah blog pribadinya. Blog tersebut baru berisi satu posting tulisan "Bertepuk Tanganlah Partai Lain" yang ditulis pada tanggal 30 Mei 2011.

"Menurut pengakuan Nazaruddin, itu (blog) miliknya dia. Sudah dikonfirmasi itu, dia menyatakan, itu miliknya dia," ujar Ramadhan di Gedung DPR/MPR, Rabu (1/6/2011).

Blog tersebut, lanjut Ramadhan, berisi hal yang dirasakan Nazaruddin dan Partai Demokrat. Menurutnya, partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono itu tengah diserang oleh partai lain yang menginginkan keterpurukan Demokrat. Namun, kata dia, hal ini dianggap sebagai ujian.

"Isinya kan adalah ada partai lain yang ingin mengobok-obok Partai Demokrat. Sebenarnya yang diungkapkan oleh Nazaruddin itu di blog sejalan dengan apa yang kami rasakan juga. Ada serangan-serangan yang dilakukan oleh kekuatan luar," imbuh Ramadhan.

Dalam blognya, Nazaruddin memang menuliskan ada upaya pembusukan karakter terhadap dirinya. Hal ini membuatnya memanfaatkan media sosial untuk menuliskan testimoni. Nazaruddin sendiri masih berada di Singapura. Ia beralasan tengah menjalani pengobatan.

"Dalam testimoni pertama ini, ingin saya tegaskan bahwa apa yang menimpa Partai Demokrat hari ini, telah membuat partai lain bersorak. Merekalah sesungguhnya diuntungkan. Teriakan pertama meraka bisa jadi: rasain Partai Demokrat. Dalam gurauan sesama anggota DPR RI, saya pernah mendengar selentingan, jika ingin menghancurkan partai, maka bidiklah Bendahara Umumnya. Maka tak berlebihan setelah saya mengalami tudingan bertubi-tubi, menjadi terang benderang bahwa segalanya ini memang menjadi sebuah skenario yang sudah direncanakan," demikian Nazaruddin dalam blognya.


Meski membantah segala tudingan yang dilayangkan kepadanya, Nazaruddin belum memastikan kapan akan kembali ke Tanah Air untuk mengklarifikasi berbagai hal. Ia dikaitkan dengan kasus dugaan suap Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam proyek pembangunan wisma atlet SEA Games dan dugaan percobaan suap kepada Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi. Komisi Pemberantasan Korupsi sudah memastikan akan memanggilnya sebagai saksi dalam kasus dugaan suap Sekretaris Kemenpora.

http://nasional.kompas.com/read/2011/06/01/16204592/Nazaruddin.Akui.Nazaruddin78.Blognya


Hapus Blog
Nazaruddin Masih "Ngeblog" di Kompasiana

Mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin memastikan bahwa blog www.nazaruddin78.blogspot.com yang muncul di dunia maya pada 30 Mei 2011 adalah blog pribadinya. Namun, Rabu lalu, ia menghapus blog tersebut. Meski menghapus blognya itu, ternyata Nazaruddin masih mengaktifkan blognya di Kompasiana. Dari keterangan yang tertera, Nazar menjadi Kompasianer sejak 29 Mei 2011 atau sehari sebelum tulisannya "Bertepuk Tanganlah Partai Lain (Testimoni 1) diposting di blog "nazaruddin78". Pada tulisan pertamanya di Kompasiana, Nazar juga memposting tulisan yang sama, juga pada tanggal 30 Mei 2011.

Pada hari ini, Jumat (3/Juni/2011) pukul 11.09, Nazar kembali mem-posting tulisan yang berjudul "Terima Kasih & Asli".


"Saya berterima kasih untuk segala kritik, cacian, makian, juga pujian serta empati. Baik melalui blogspot maupun di link Kompasiana ini. Untuk nazaruddin78.blogspot.com, sengaja saya matikan. Namun di Kompasiana dengan firewall yang memadai, saya biarkan sementara," demikian kutipan tulisan tersebut.

Dalam tulisan itu, Nazar juga menyatakan masih mempertimbangkan apakah akan melanjutkan penulisan testimoninya, dengan pertimbangan ketentuan hukum yang berlaku. Ia juga membantah bahwa dirinya yang mengirimkan SMS gelap yang mengatasnamakan dirinya. SMS berisi tudingan kepada elite Demokrat, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, beredar akhir pekan lalu melalui sebuah nomor berkode Singapura.


Ia juga membantah akun Twitter "@mnazar78" merupakan akun miliknya. "Saya tak memiliki account Twitter selain Nazaruddin78. Jika ada yang mengatasnamakan account Twitter di luar itu adalah palsu," demikian yang dituliskannya dalam blog.

Apakah blog di Kompasiana ini asli atau tidak, admin Kompasiana menyatakan telah mengonfirmasi melalui e-mail yang bersangkutan. Akan tetapi, belum ada jawaban. Sejauh ini, belum ada bantahan pula dari Nazaruddin atau pun elite Demokrat mengenai blog ini.


Sebelumnya, Nazaruddin memberikan kepastian melalui sejumlah media dan elite Demokrat terkait keaslian blog "nazaruddin78" dan bantahan atas akun twitter "@mnazar78".

http://nasional.kompas.com/read/2011/06/03/1506339/Nazaruddin.Masih.Ngeblog.di.Kompasiana


Muhammad Nazaruddin

Muhammad Nazaruddin (lahir di Trenggalek, 26 Agustus 1978; umur 32 tahun), merupakan anggota DPR RI dari Partai Demokrat, sekaligus bendahara partai tersebut. Sebelum menjadi pengurus partai demokrat, Nazaruddin pernah menjadi caleg di partai PPP dari tempat asalnya, namun dia tidak terpilih. Saat ini ia menjadi anggota legislatif (DPR-RI) dari Dapil Jawa Timur IV, periode 2009-2014 dengan raihan suara terbanyak di antara calon-calon legislatif lainnya. Dia beristri Neneng Sri Wahyuni dan mempunyai dua orang anak.


Kasus korupsi Wisma Atlet
M. Nazaruddin mengungkapkan, dirinya dizolimi dalam kasus dugaan suap wisma atlet. Namanya sengaja digunakan untuk kepentingan oknum-oknum tertentu di dalam partainya.

“Saya ini korban, semua yang menyangkut nama saya adalah rekayasa politik. Jika mau terbuka soal suap Sesmenpora tanyakan ke Menpora-nya. Dia tahu semua soal pengaturan proyek wisma atlet,” sebut Nazaruddin.

Ia pun memberikan isyarat jika Andi Mallarangeng tahu apa peran Edhie Baskoro Yudhoyono dalam proyek wisma atlet.

Ketika ditanya apa peran sesungguhnya Ibas dalam proyek SEA Games itu, setelah terdiam agak lama Nazaruddin menjawab, “Kalau soal Ibas, itu semua juga si Andi (Andi Mallarangeng) yang tahu. Apa ada kaitannya apa tidak, dia paling tahu.”


Nazaruddin yang resmi diberhentikan dari jabatan bendahara umum Partai Demokrat, Senin 23 Mei 2011 malam, menyatakan siap membeberkan nama-nama yang terlibat dalam kasus dugaan suap wisma atlet jika dipanggil KPK.

“Saya akan membuka detail suap Sesmenpora jika dipanggil KPK nanti,” tegas M Nazaruddin.

Pada 24 Mei 2011, Nazaruddin dicopot dari jabatannya setelah Dewan Kehormatan melakukan investigasi sejumlah kasus yang melibatkannya. Nama Anggota DPR Komisi VII ini disebut dalam beberapa kasus yang marak diberitakan. Pada 2010 lalu, ia diduga pernah melakukan pelecehan seksual saat Kongres Patai Demokrat di Bandung. Ia juga terlibat dalam skandal pengadaan batubara untuk Perusahaan Listrik Negara.


Beberapa pekan lalu, Mindo Rosalina Manulang, tersangka kasus pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI Jakabaring, Palembang juga menyebutkan keterlibatan Nazaruddin.Terakhir, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD curhat kepada Presiden sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam curhatnya, Mahfud menyatakan bahwa Sekretaris Jendral MK, Djanedri M Gaffar, pernah dipaksa menerima uang sebesar Sin$ 120 ribu dari Nazaruddin. Namun, Djanedri mengembalikan uang itu kepada Nazaruddin setelah sempat berkonsultasi dengan Mahfud.

Menurut Amir, keputusan itu diambil setelah pagi tadi Dewan Kehormatan menggelar rapat pleno dipimpin Ketua Dewan Kehormatan, Susilo Bambang Yudhoyono, di Cikeas.


Menurut Amir, keputusan itu diambil karena segala pemberitaan miring tentang Nazaruddin telah merugikan citra Partai Demokrat. "Berbagai laporan dan pemberitaan miring terhadap Nazaruddin telah menempatkan Partai Demokrat pada tempat yang tidak menguntungkan, menghambat kinerja yang bersangkutan sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat," kata Amir, didamping anggota Dewan Kehormatan, EE Mangindaan dan Jero Wacik, serta Ketua Divisi Informasi Teknologi DPP Partai Demokrat, Andi Nurpati. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan, Susilo Bambang Yudhoyono dan Anas Urbaningrum, justru menghilang.

Amir menambahkan, dengan pemberhentian ini, diharapkan serangan politik terhadap Partai Demokrat akan berhenti. "Dan yang bersangkutan bisa memusatkan perhatian pada kasus hukumnya," kata Amir.


Dalam keputusan ini, Demokrat juga meminta semua pihak memegang azas praduga tak bersalah. "Biarkan KPK bekerja profesional sesuai dengan azas hukum itu," kata Amir.

Kepergian Ke Singapura
Kepergian Nazaruddin ke Singapura tepat satu hari sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajukan pencekalan terhadap Nazaruddin kepada Ditjen Imigrasi.

Berikut ini kronologi perginya Nazaruddin ke Singapura.


Senin (23/5/2011) siang menjelang sore.
M Nazaruddin menemui Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie di DPR. Wakil Ketua Demokrat, Max Sopacua usai bertemu Marzuki Alie di lantai 3 Gedung Nusantara III DPR, membenarkan pertemuan itu. "Itu urusan Pak Marzuki mungkin dengan Pak Nazar. Mereka berdua ngomong tertutup," kata Max.

Senin (23/5/2011) malam (19.30)
M Nazaruddin bertolak ke Singapura lewat Bandara Soekarno-Hatta. “Ia pergi ke Singapura pada 23 Mei 2011 pukul 19.30 WIB,” ujar Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.


Senin (23/5/2011) malam (21.10)
Partai Demokrat secara resmi memberhentikan Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. “Dewan Kehormatan Partai Demokrat memberhentikan atau membebaskan yang bersangkutan dari jabatannya selaku bendahara umum,” ujar Sekretaris Dewan Kehormatan Amir Syamsuddin.

Selasa (24/5/2011) pagi
Mantan Bendahara Umum Muhammad Nazaruddin mengumumkan akan mengelar jumpa pers untuk mengungkap berbagai kasus yang melibatkan elite-elite Partai Demokrat. Nazaruddin akan mengelar jumpa pers di ruang Fraksi Partai Demokrat, di lantai 9, Gedung Nusantara I DPR.

Selasa (24/5/2011) siang (12.00)
M Nazaruddin batal menggelar jumpa pers dengan alasan masih harus mengumpulkan bahan lebih lengkap sebelum diungkap ke publik. "Karena pak Nazaruddin masih harus mengumpulkan bahan-bahannya, jadi ditunda," ujar staff bidang media Fraksi Demokrat DPR RI, Wawan Setiawan.

Selasa (24/5/2011) petang
KPK mengajukan permohonan cekal terhadap M Nazaruddin. "Sudah dikirim ke Imigrasi KemenkumHAM sejak dua hari yang lalu, Selasa (24/5)," ujar Wakil Ketua KPK M Jasin.

Selasa (24/5/2011) malam
Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM) resmi menerbitkan surat larangan berpergian ke luar negeri terhadap M Nazaruddin. "Sudah dicegah," tegas Direktur Penindakan dan Penyidikan Ditjen Imigrasi Kemenkum dan HAM, Husein Alaidrus.

Rabu (25/5/2011) malam (20.00)
Presiden SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai Demokrat memanggil seluruh jajaran Dewan Pembina, Dewan Kehormatan dan pengurus DPP termasuk Nazaruddin, ke Cikeas. Kepada pers Nazaruddin mengatakan akan menghadiri acara tersebut.

Rabu (25/5/2011) malam (23.00)

Hingga acara pertemuan pengurus Partai Demokrat dengan SBY selesai, M Nazaruddin tidak menunjukkan batang hidungnya di Cikeas. “Tidak ada, saya tidak melihat ada Pak Nazaruddin,” ujar Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana.

Kamis (26/5/2011) malam
Nazaruddin diketahui berada di Singapura dengan alasan melakukan medical check up.

Jumat (27/5/2011) pagi
Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) Jafar Hafsah mengakui memberikan izin M Nazaruddin ke luar negeri, namun Jafar tak mengetahui kapan Nazaruddin akan pulang ke Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Nazaruddin


Nazaruddin, Bintang Baru yang Misterius

"Siapa tuh?" tanya seorang wartawan di tengah-tengah jumpa pers Fraksi Partai Demokrat di ruang fraksi itu di kompleks gedung MPR/DPR akhir tahun lalu.

Belakangan diketahui pria itu adalah Muhammad Nazaruddin. Posisinya sebagai bendahara umum partai dan Bendahara Fraksi Partai Demokrat membuat pria kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, 26 Agustus 1978, ini tampak disegani.

Meski jabatannya cukup penting, pendapat dan sikap Nazaruddin di rapat-rapat DPR hampir tidak pernah terdengar. Sosoknya mulai dicari wartawan justru ketika dia diduga terlibat kasus seksual terhadap perempuan di Bandung, Mei 2010.

Dalam biodata yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum, perjalanan karier Nazaruddin tercatat banyak di dunia bisnis. Dia tercatat sebagai komisaris di empat perusahaan, yaitu PT Anugrah Nusantara, PT Anak Negeri, PT Panahatan, dan PT Berkah Alam Berlimpah. Belakangan, Nazaruddin menyatakan, sejak Mei 2010 dirinya tidak aktif di perusahaan. Meski demikian, jejak usaha Nazaruddin sebelum 2010 tetap sulit ditelusuri.

Bambang Soesatyo, pengusaha yang juga anggota Komisi III DPR, mengaku tak pernah bertemu dan bersinggungan dengan Nazaruddin di pertemuan pengusaha atau organisasi bisnis.

Padahal, Bambang yang juga Wakil Bendahara Umum Partai Golkar tercatat sebagai salah satu ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Bambang juga pernah menjadi pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia dan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia. ”Saya mengenal Nazaruddin di DPR. Sebelumnya, saya tidak pernah mendengar namanya di dunia bisnis nasional,” kata Bambang.

Dia menambahkan, belakangan baru mendengar, Nazaruddin punya banyak usaha di daerahnya di Riau. Setelah pindah ke Jakarta, Nazaruddin diduga sering terlibat proyek pemerintah.

Di Riau pula, Nazaruddin tercatat pertama kali di dunia politik, tepatnya saat menjadi calon anggota legislatif dari provinsi itu pada Pemilu 2004 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat itu dia gagal. ”Namun, dia tidak pernah menjadi pengurus PPP,” kata Lukman Hakim Saifuddin, salah seorang Ketua PPP.

Lukman Hakim mengaku tidak mengetahui latar belakang politik Nazaruddin. Jika melihat umurnya pada tahun 2004 yang baru 26 tahun, Nazaruddin diduga pendatang baru di dunia politik. Apalagi, setelah menghabiskan SD hingga SMA di Pematang Siantar, Sumatera Utara, Nazaruddin juga tercatat baru lulus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia pada tahun 2004.

Setelah gagal menjadi anggota DPR dari PPP, Nazaruddin pindah ke Demokrat dan kemudian menjadi wakil bendahara partai itu. Nazaruddin lalu tercatat sebagai anggota tim sukses Anas Urbaningrum ketika yang bersangkutan bertarung memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Demokrat di kongres partai itu, Mei 2010.

http://nasional.kompas.com/read/2011/05/28/0312049/Nazaruddin.Bintang.Baru.yang.Misterius


Mafia Tender Proyek

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Repdem, Masinton Pasaribu menyebut politikus Partai Demokrat M Nazaruddin mirip dengan terpidana mafia pajak Gayus Halomoan Tambunan.

“Dia pengusaha, tapi mafia tender proyek. Dia enggak ubahnya si Gayus Tambunan yang mengatur pajak orang. Dia (Nazaruddin) atur tender proyek. Usianya engak jauh beda dengan Gayus , kekayaannya juga mencapai ratusan miliar, kalau dicek bisa triliunan. Asetnya dari mana? Dari mana lagi kalau enggak dengan cara curang, ada banyak kasus,” katanya kepada okezone, Minggu (22/5/2011).

Masinton lantas memaparkan sejumlah kasus yang membelit penguasaha kelapa sawit asal Pekanbaru, Riau itu. Salah satunya kasus pemalsuan garansi bank dan asuransi sebagai syarat PT Anugrah Nusantara yang dipimpinnya, bisa menjadi peserta tender pengadaan barang yang diadakan Departemen Perindustrian dan Departemen Perikanan dan Kelautan yang bernilai Rp 200 miliar pada 2005 silam.

Atas kejahatannya itu, kata Masinton, Nazaruddin pernah ditangkap dan ditahan oleh petugas Polda Metro Jaya selama hampir sebulan. Nazarudin dijerat pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat atau dokumen. Namun, beberapa saat kemudian kasusnya dihentikan (SP3).

Kasus lainnya, tambah dia, Nazarudin pernah dituduh melakukan praktek suap senilai Rp7 miliar pada tender Bandara di Makassar. “Kemudian kasus Sesmenpora yang sekarang, dia juga gunakan cara-cara preman. Dia bikin orang-orang suruhan untuk mendapatkan proyek itu dengan cara intimidatif. Karena dia punya uang,” jelasnya.

Karena itu dia meminta aparat hukum menindaklanjuti laporan Ketua Mahmakah Konstitusi (MK) Mahfud MD soal percobaan suap ke Sekjen MK Djanedri M Ghaffar.

http://www.detikpos.net/2011/05/masinton-pasaribu-gayus-mafia-pajak.html


Memangnya Bisa Kalahkan SBY Tanpa Duit?

Taktik Muhammad Nazaruddin dalam memainkan proyek pemerintah tak lepas dari kepemilikan saham dan pendirian PT Anugrah Nusantara. Di perusahaan yang didirikan pada 25 Januari 1999 itu, selain dia sendiri, sejumlah politikus Partai Demokrat juga mengambil bagian, yaitu Ayub Khan dan Muhammad Nasir. Bahkan Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai, pada 1 Maret 2007 tercatat membeli 30 persen saham PT Anugrah. Dari tempat persembunyiannya, Nazaruddin diwawancarai Majalah Tempo melalui telepon. Berikut petikannya (selengkapnya baca Majalah Tempo edisi pekan ini).

Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk membiayai Anas dalam kongres Bandung?
Jangan kaget, biaya untuk memenangkan Anas waktu itu sekitar US$ 20 juta. Memangnya bisa mengalahkan SBY (yang mendukung Andi Mallarangeng menjadi ketua umum Partai Demokrat--Red.) tanpa duit? Maka, semua perwakilan dewan pimpinan cabang saya kasih duit untuk bisa memenangkan Anas. Mereka terima US$ 10-40 ribu. Mereka pikir tak apa dipecat asal sudah terima duit, ha-ha-ha....

(Anas menyatakan tudingan bahwa dirinya menerima duit US$ 250 juta itu tak benar. Ia tak yakin tim suksesnya yang menerima. "Justru ada yang bilang dia mendapat untung dari kongres. Saya tidak pernah tanya, tidak tertarik, dan tidak ada urgensinya.")

Anda dan Anas berkongsi di PT Anugrah?
PT Anugrah itu perusahaan untuk mengendalikan proyek yang sahamnya dipegang Anas dan saya separuh-separuh. Dia belum menjual semua sahamnya itu. Kalau tak ada PT Anugrah, Anas tak akan menang.

(Anas mengaku sudah dari dulu mundur dari semua perusahaan itu.)


Anda juga menggelontorkan duit untuk Edhie Baskoro Yudhoyono?
Nanti dululah, sekarang Anas saja dulu. Partai Demokrat bisa bubar --partai penikmat korupsi APBN.

(Edhie Baskoro atau Ibas mengatakan, "Haram bagi saya menerima uang yang tidak sejalan dengan semangat antikorupsi. Jadi, tuduhan adanya aliran dana tersebut tidak benar dan tidak berdasar.")

Sekarang Anda marah kepada Anas?
Saya kenal dia sudah 5 tahun. Dia itu baik bukan main sejak 2005. Tapi, begitu menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, sikapnya berubah 180 derajat. Cara berkomunikasi beda, sombong, lupa diri.

(Anas mengaku sengaja jaga jarak agar Nazaruddin sadar.)


Kenapa Anda kabur?
Semula saya mau menghadap KPK dan cerita semuanya. Tapi, saya disuruh Anas ke Singapura saja.

Anda menuding Anas dan Andi Mallarangeng terlibat dalam korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga?
Akhir Desember 2009, Anas bersama Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, anggota Komisi Olahraga DPR Angelina Sondakh, dan saya bertemu di restoran Jepang di Plaza Senayan. Kami berbicara soal anggaran Kementerian sebesar Rp 3,2 triliun.

(Andi Mallarangeng pada 3 Juli 2011 mengakui sering bertemu dengan teman-teman anggota Dewan. "Tidak ada yang proper. Tidak ada urusan bantu tender proyek. Bagi saya, semua harus sesuai dengan prosedur dan harus proper.")

http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/07/11/brk,20110711-345973,id.html