Saturday, December 24, 2011

Puisi dan Narasi tentang Sondang Hutagalung


Anak Moeda Bakar Diri

Toean, Anak Moeda ini jang berdiri di depan Istanamoe, boekan orang koerang sehat pikiran. Boekan joega orang soeroehan bagai kerbaoe ditarik hidoengnja.

Toean, Anak Moeda ini berdiri tegar dalam njala api. Ja, tiang api jang ditatap Moesa ketika membawa bangsanja keloear dari Mesir. Tiang api jang menjadi tanda seroe jang tertonggak di depan istanamoe.

Ini seroean !!!

Ini peringatan !!!

Moengkin tak lama ia berdiri. Ketika pada akhirnja kakinja gemetar dan tersoengkoer ….
Seperti itoe joega tatapnja pada nasib rejim Toean.
Merah Poetih melambaikan salam, dari tiang di depan istana,
….. diingatan terakhir.

(RIP. Sondang Hutagalung)
Sondang Hutagalung, 22 tahun, Ketua organisasi Himpunan Aksi Mahasiswa Marhenis Untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi). Termasuk aktivis komunitas Sahabat Munir.

oleh Edi Sembiring


sondang yang bakar diri

oleh landung simatupang

anak itu bicara dengan tubuhnya, bensin dan nyala api

ia mati di depan hidung kekuasaan

yang berlarut-larut mengecewakan

suka dusta, cuci tangan dan ingkar janji


[ :) tak apa. semua baik-baik saja
lihatlah barang empat-lima hari
semua juga segera lupa. :) ]

bapak, memang begitulah biasanya

tapi yang ini berbeda: memberimu isyarat, bahkan aba-aba

untuk sigap mengubah diri atau menyingkir dini

waktu mendesak, bapak;

di mana-mana berkobar api!



Muak dan Jijik

Oleh N. Ketaren

Martir !!!
Sondang Hutagalung adalah martir bagi buta dan tulinya Rezim SBY.

Muak !!!
Sondang Hutagalung adalah pemuda yang muak melihat kemunafikan dan keserakahan SBY dan keluargannya.

Jijik !!!
Sondang Hutagalung adalah mahasiswa yang jijik melihat perilaku koruptif SBY dan kroninya.

Negeri ini butuh TNI dan Pemuda Mahasiswa yang jijik dan muak yang bersedia menjadi martir atas kebusukan rezim SBY penjual negeri ini.



Catatan Penyadaran:

Sondang Hutagalung tidak menyakiti fisik siapa pun, kecuali membakar fisiknya sendiri. Apakah ia frustrasi? Tidak! Kalau ia frustrasi mungkin ia akan menggantung dirinya di kamar, bukan membakar tubuhnya di depan Istana Negara, simbol dari kekuasaan di negeri ini.

Silahkan Anda tidak setuju dengan metode perjuangannya, tetapi tidak perlu menghinakannya. Keberaniannya tidak untuk menyakiti siapa pun, tetapi membangunkan kepengecutan kita yang cuma jadi penonton di televisi terhadap berbagai ketidakadilan akibat korupsi, mafia hukum, dan pelanggaran HAM di negeri ini.

Kita menjadi bangsa yang mudah lupa dan bersembunyi di ruang zona nyaman kita, bahkan mendekati apatis dan tidak peduli, tanpa tindakan nyata untuk melawan ketidakadilan yang makin merajalela di negeri ini.

Sondang membangunkan kita dan mengajak kita untuk keluar dari ruang zona nyaman kita guna melawan ketidakadilan hingga titik darah penghabisan!

(Bang AYE)

Sumber:
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/

Ini SMS Sondang Sebelum Dia Bakar Diri di Depan Istana


Isak tangis mewarnai prosesi pemakaman Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK), yang melakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara.

Mahasiswa UBK angkatan 2007 itu dimakamkan di Blok A1 blat 50, TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Minggu. Prosesi pemakaman berlangsung seperti pemakaman pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raga demi negeri tercinta.

Bahkan, seorang wanita rekan Sondang tidak sadarkan diri saat prosesi pemakaman sedang berlangsung.


Prosesi pemakaman selain dihadiri keluarga dan rekan Sondang juga dihadiri anggota DPR RI asal PDIP, Budiman Sudjatmiko, Pengurus Kontras, Haris Azhar, Ketua Himpunan Advokasi dan Studi Marhaenis Muda untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia (Hammurabi), dan lain sebagainya.

"Terima kasih atas perhatian dan bantuan teman-teman semua. Maafkan kalau ada salah dari Sondang," ujar Herman, kakak Sondang saat memberikan sambutan di acara pemakaman.

Mahasiswa kelahiran 12 November 1989 itu di mata rekan-rekannya dikenal sebagai sosok yang selalu mengedepankan sisi kemanusiaannya."Sondang pernah bilang akan menuntaskan kasus pelanggaran HAM, yang kasusnya mandek. Karenanya, kami akan teruskan perjuangan dan keinginan-keinginan Sondang," kata Darma Silalahi, rekan yang ikut mengantarkan kepergian Sondang ke TPU Pondok Kelapa.


Darma mengatakan dirinya terakhir berkomunikasi dengan Sondang via SMS pada Jumat (2/12/2011). Isinya, "Brother w ti2p HAM murabi sama lo." Pesan singkat dari anak pasangan Viktor Hutagalung dan Dame Sipahutar itu masih tersimpan di ponsel Darma.

Sebagaimana diketahui, Sondang melakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara pada Rabu (7/12/2011) pukul 17.30 WIB. Akibatnya, Sondang mengalami luka bakar sangat parah, hingga 98 persen. Setelah bertahan hidup selama 72 jam, Sabtu (10/12/2011) sekitar pukul 17.50 WIB, akhirnya Sondang meninggal dunia.

Anggota DPR RI, Budiman Sudjatmiko mengatakan, "Perjuangan Sondang harus tetap dilanjutkan," ucapnya singkat.

Sumber:
REPUBLIKA, Stevy Maradona

Sondang Hutagalung Mempermalukan SBY


Sondang Hutagalung, mahasiswa UBK yang melakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara Republik Indonesia dan akhirnya dikabarkan telah meninggal dunia sore hari 10 Desember 2011, sepertinya ingin menunjukkan kepada khalayak luas bahwa dirinya sudah frustrasi terhadap pemerintah Republik Indonesia sekarang ini. Saking frustrasinya, maka nyawa sendirinya pun dikorbankan kepada bangsa ini dan ditunjukkan dengan membakar diri di depan Istana Negara.


Sebagian orang akan mencela aksinya sebagai suatu pengorbanan sia-sia atau dari sudut agama atau sosial kemanusiaan sebagai tindakan yang salah. Namun sebagian orang lain juga memberi “bintang jasa” atas keberanian Sondang melakukan protes seorang diri dengan cara mengorbankan dirinya sendiri. Sama-sama frustrasi atas keadaan yang terjadi, teroris yang melakukan aksi bom bunuh diri selalu “mengajak” orang lain untuk mati bersama dengan dirinya, maka berbeda sekali sikap Sondang untuk memperlihatkan rasa frustrasinya terhadap pemerintah ini, pengorbanannya tidak menyebabkan orang lain ikut “menderita” akibat perbuatannya.


Rasa frustrasi Sondang dengan membakar dirinya sendiri juga bisa diartikan sebagai mempermalukan SBY sebagai kepala negara Indonesia. Bayangkan saja, mewakili seluruh rakyat Indonesia yang frustrasi terhadap Pemerintahan ini, Sondang berani unjuk gigi agar berita pembakaran dirinya bisa diberitakan di seluruh dunia. Dari sudut perjuangan, nilai keberanian Sondang bisa diberikan nilai yang luar biasa. Paling tidak ini akan menyentak SBY untuk lebih berani membela rakyat Indonesia ketimbang membela para “penjahat” yang merongrong negara ini hingga seperti sekarang ini.

Keberanian mempermalukan SBY dengan pengorbanan jiwa tidak bisa dipandang sebagai perjuangan sia-sia. Kemungkinan besar Sondang adalah “alat pemicu” suatu gerakan yang akan lebih radikal untuk menekan pemerintahan ini agar lebih berani dan tidak melindungi para penjahat. Para aktivis ditantang nyalinya untuk berani berkorban ketimbang cuma cuap-cuap saja.


Selamat jalan Sondang Hutagalung, perjuangan anda akan dikenang, rasa frustasi anda yang ditunjukkan dengan pengorbanan jiwa anda akan menjadi pemicu semangat para pejuang keadilan untuk lebih berani membela dan menegakkan kebenaran bagi rakyat Indonesia.

Kami kagum keberanian anda, Sondang …!

Sumber:
http://politik.kompasiana.com/

Sondang Hutagalung




Mohamed Bouazizi drop out dari SMP karena orangtuanya tak mampu bayar uang sekolah. Untuk memperbaiki nasib, mereka pindah ke kota lebih kecil, R’gueb, dan bekerja di peternakan saudaranya.

Namun, peternakan itu bangkrut karena jadi korban pemerasan aparat. Merasa sia-sia, Bouazizi dan keluarga balik lagi ke Sidi Bouzid, Tunisia tengah.

Ia memutuskan mencoba peruntungan sebagai penjual buah dan sayur dengan modal gerobak serta utang kanan-kiri untuk membeli dagangan. Sayang, usaha kaki limanya dilarang, gerobaknya jadi langganan disita polisi.


Jumat, 17 Desember 2010, pagi, ia tak tahan karena frustrasinya memuncak. Utangnya sekitar Rp 1,7 juta. Ia pergi mengadu ke gubernur mengapa polisi belum mengembalikan gerobaknya.

Namun, ia diusir polisi. Tak ada jalan keluar lagi, Bouazizi mengambil jalan pintas. Ia lalu membakar diri di depan kantor gubernur.

Aksi konyol itu membuat Bouazizi menderita luka bakar parah. Rakyat marah. Sepanjang akhir pekan setelahnya, massa melakukan demonstrasi dan menjarah.

Pembakaran dan penjarahan segera menyebar ke seluruh negeri. Perlahan tetapi pasti, rakyat tergerak mempersoalkan tingkat pengangguran yang tinggi dan korupsi para pejabat.


Rezim Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali berupaya bertahan. Namun, percuma karena ihwal pembakaran dan penjarahan ditiru di mana-mana dan menyebar melalui media sosial.

Aksi Bouazizi ditiru beberapa demonstran di Mesir dan Aljazair karena efektif memicu revolusi. Kurang dari dua bulan, ”Revolusi Melati” di Tunisia merembet ke sejumlah negara Timur Tengah.

Padahal, kultur membakar diri akibat frustrasi sosial tidaklah dikenal di kedua kawasan itu. Aksi itu lebih sering terjadi di Asia, terutama di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan.


Kita jelas tak mengenal kultur bakar diri, makanya kita tercengang ketika menyaksikan aksi itu dilakukan Sondang Hutagalung. Tak pernah ada yang bakar diri di depan istana sejak 1945.

Sudah beberapa kali terjadi belakangan ini orang loncat dari gedung, menjatuhkan diri dari jembatan penyeberangan, atau membakar diri sekeluarga.

Padahal, budaya protes kita terhadap keadaan yang sumuk tidak begitu. Protes kita masih berwatak jinak, misalnya demonstrasi ke istana yang merupakan bentuk modern dari pépé (berjemur diri di alun-alun).


Kita lebih kenal amarah politik yang diwarisi budaya Melayu yang lebih mengerikan, yakni amuk (to run amok). Itulah yang terjadi, misalnya, pada 1965-1966 dan 1998.

Apa yang dilakukan pembakar diri adalah perbuatan kurang waras dan bertentangan dengan agama walau Bouazizi terbukti periang dan religius. Satu-satunya motivasi kenapa mereka nekat adalah karena putus asa akibat kondisi sosial dan ekonomi terpuruk.

Pembakar diri memprotes rasa ketidakadilan. Dan, yang perlu digarisbawahi, para pemimpinlah yang bertanggung jawab atas terciptanya ketidakadilan tersebut.


Kalau bukan para pemimpin, lalu siapa? Pasalnya, hanya jajaran pemimpin negara —pemerintah dan parlemen yang mengawasi pemerintah serta yudikatif yang mengemban keadilan— yang wajib mengurus rakyat.

Lihat ketiga cabang kekuasaan kita yang sering diguyoni dengan ”Trias Poli-thieves”. Ketiga cabang kekuasaan terdiri atas ”execu-thieves”, ”legisla-thieves”, dan ”judica-thieves”.

Tikus-tikus koruptor menguasai ketiga cabang kekuasaan. Korupsi tak lagi sekadar mengentit alias mengais-ngais dari anggaran belanja, tetapi juga menjarah anggaran untuk dibagi-bagikan sejak ia ditetapkan oleh eksekutif dan yudikatif.


Korupsi mudah ketahuan dan segera diperiksa KPK, Kepolisian, ataupun Kejaksaan. Namun, mereka ternyata bukan sapu-sapu yang bersih sehingga sukar diharapkan menyapu kotoran.
”Judica-thieves”? Lihat saja sebagian keputusan Pemilu-Pilpres 2009 dan pilkada yang ternyata diperdagangkan oleh Mahkamah Konstitusi yang kini disidik Panitia Kerja Mafia Kursi DPR.

Betul kata judul buku politisi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, Perang-perangan Melawan Korupsi. Pembasmian korupsi ibarat anak-anak yang bermain perang-perangan semata. Kepolisian dan Kejaksaan menjalankan peran memainkan ”penyidik-penyidikan” sekaligus ”penyelidik-penyelidikan” skandal-skandal korupsi. KPK bertindak sebagai aktor yang bermain ”periksa-periksaan” koruptor. Lalu Pengadilan Tipikor memainkan peran menjalankan ”sidang-sidangan” seperti yang dilakukan terhadap M Nazaruddin.


Korupsi makin hari makin absurd. Permainan perangan-perangan melawan korupsi sudah berlangsung sekitar dua tahun. Sondang menjadi peringatan bagi kita bahwa korupsi di republik ini sudah mencapai kondisi luar biasa.

Selain membakar diri, muncul fenomena baru: dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Internasional, mahasiswa dan aktivis pendemo menyatroni rumah Ketua Umum Partai Demokrat.

Pembakar diri seperti Bouazizi atau Sondang bukan pencari sensasi yang haus perhatian dan ingin dikenang sebagai ”pahlawan”. Mereka bisa disebut sebagai ”korban” yang ingin agar rakyat ”bangkit”.


Makna dua kata, korban dan bangkit, itulah yang menjadi esensial. Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan dahulu demi membangkitkan harapan rakyat agar nasib bangsa jadi lebih baik lagi.

Kita wajib periksa diri: walau sistem demokratis, apakah the ruling elite yang berkuasa masih belum kapok korupsi? Percuma membanggakan demokrasi jika tujuannya tidak lebih dari sekadar memperkaya diri.

Budiarto Shambazy, Wartawan KOMPAS
Sumber : KOMPAS, 10 Desember 2011

Tuesday, November 22, 2011

Pidato Gaddafi


Wahai rakyat.
Hancurkan semua perpustakaan dan toko buku yang cahaya kebenaran tidak bersinar meneranginya! Cahaya yang menuntun manusia dan membawa mereka ‘keluar dari kegelapan menuju terang’. Tetapi dukung mereka semua yang selain itu, yang asli, yang diharapkan rakyat dan diridhai Tuhan.
Dan yang demikian itu harus terus dipertahankan.

Wahai rakyat.
Bakar dan hancurkan semua kurikulum yang mengotori akal kita dengan pelajaran yang dangkal!
Hancurkan kurikulum yang dirancang selama rezim reaksioner! Kurikulum yang dipaksakan oleh tangan-tangan tersembunyi kolonialisme kepada bangsa kita.

Setelah hari ini, rakyat tidak lagi memerlukan para kaki-tangan dan perantara hipokrit penipu, meskipun mereka membawa Injil, Quran, Komunisme, Kapitalisme atau teori apapun.
Sekarang, rakyat tidak butuh penipuan, apakah dari ‘Kanan’ atau ‘Kiri’.

Rakyat sekarang butuh kehancuran dari belenggu-belenggu yang mengikat dan menjerat mereka.
Rakyat butuh aturan mereka sendiri, dan ingin membangun masa depan mereka menurut keinginan dan harapan mereka sendiri.

Hancurkan setiap cabang ilmu pengetahuan yang tak membumi dan tak bisa diletakkan untuk mengabdi kepentingan rakyat, karena itu bukanlah ilmu pengetahuan yang benar!

(Mu’ammar Gaddafi, as-Sijjil al-Qawmi, vol. 4, pp. 505-4)

Friday, October 28, 2011

Mengapa NATO Ingin Menjatuhkan Gaddafi ?


Ada beberapa fakta menarik bila kita mau menelisik lebih jauh atas situasi yang terjadi di Libya. Dalam pandangan Barat, Gaddafi adalah seorang diktator yang kejam dan konon mereka memiliki buktinya. Tetapi jika Anda belajar sejarah, maka Anda akan tahu bahwa dunia Barat tidak pernah mengusik dan mempermasalahkan para diktator, kecuali bila kepentingan dan agenda Barat mulai terganggu.


Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa NATO mengerahkan begitu banyak usaha untuk menjatuhkan Gaddafi? Apakah untuk membantu pengunjuk rasa dan kaum pemberontak? Mungkin, ya! NATO membantu pemberontak asalkan mereka sejalan dengan kepentingan Barat. Namun adakah jaminan di kemudian hari, kelak mereka tidak berubah menjadi lebih kejam dibanding Gaddafi?

Inti sebenarnya, Gaddafi telah dipandang sebagai ancaman terhadap kepentingan NATO di Afrika.


Mungkin tidak terlalu menyeramkan kedengarannya. Namun, alasan pokok kenapa sebagian besar Afrika merupakan negara-negara yang paling merana di Dunia Ketiga adalah karena mereka terlilit utang dengan jumlah yang besar kepada negara-negara anggota NATO. Dalam hal ini, Libya berusaha untuk membebaskan diri dari perbudakan siklus utang kepada Eropa yang tak berujung itu. Bukankah ini dapat dipandang sebagai suatu sikap yang tak menghargai Uni Eropa?


Hal itu, kedengarannya seperti contoh yang baik bagi negara-negara Afrika lainnya untuk mengikuti apa yang telah dilakukan Libya. Namun, ketika Afrika menjadi lebih sehat, berarti penyakit dan orang sakit jadi berkurang. Ini berarti, uang yang diperoleh Barat sebagai penyedia layanan kesehatan menjadi lebih sedikit. Dan keuntungan dari monopoli obat di seluruh benua Afrika pun jadi merosot.


Sepertinya aneh bila ada seorang diktator yang mau mendedikasikan dirinya dengan mendidik dan mencerdaskan rakyatnya. Bukankah para diktator pada umumnya tidak menginginkan penduduknya menjadi cerdas dan kritis? Dengan demikian, mudah untuk dikontrol? Bahkan jika pendidikan dalam rezim Gaddafi dianggap bias sekalipun, namun dengan menawarkan pendidikan gratis bagi warganya ke luar negeri ??? Bukankah hal ini bertentangan dengan tuduhan Barat bahwa Gaddafi tidak memungkinkan (tak memberi kesempatan) bagi warganya untuk meninggalkan negaranya ???


Apakah ada yang terkejut melihat fakta ini? Sepertinya tidak!

Namun, ibaratnya, “jerami telah mematahkan punggung unta,” dan memaksa NATO untuk bertindak kepada Libya dengan kekerasan militer.


Negara-negara Barat dapat berdiri tegak karena ditopang oleh negara-negara miskin di Afrika dan Amerika Selatan yang terbelakang. Inilah sebabnya mengapa mereka selalu menghalangi upaya pembebasan dari negara-negara miskin itu selama seratus tahun terakhir. Bahkan ketika mereka tidak dapat lagi secara langsung mengontrol bangsa-bangsa lain sebagai koloni, mereka masih tetap mengendalikannya melalui sarana ekonomi. Dan ketika sarana ekonomi itu gagal, berarti militerlah yang bertindak.


Faktanya, NATO telah mendominasi PBB. Mereka memegang kekuasaan yang paling menentukan dalam struktur kekuasaan dunia itu, dan mereka ingin tetap seperti itu selamanya.

Gaddafi berencana untuk hanya mau menjual minyaknya bila dibeli dengan mata uang Dinar (emas) Afrika. Dia juga jadi ujung tombak sebuah gerakan untuk meninggalkan Dolar dan Euro yang rencananya diganti dengan sistem pertukaran mata uang berbasis emas. Suatu hal lain yang jelas-jelas tak akan ditolerir oleh Barat.


Fakta lain yang mencurigakan, China menunjukkan dukungan bagi Uni Afrika. Sebuah langkah yang cerdas, karena Cina kemudian akan dapat menggunakan dukungan suara dari Uni Afrika untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan dalam struktur kekuasaan global. Itu hanyalah alasan yang kasat mata, namun lebih banyak lagi motif yang tersembunyi di balik pintu tertutup Negeri Tirai Bambu itu.


Jika Anda ingat, hanya beberapa tahun lalu, AS berusaha sebagai pemasok untuk menjual hasil industri militer mereka ke Libya. Ketika Libya tidak tertarik untuk membeli karena telah menyiapkan perjanjian perdagangan dengan Rusia dan Cina, maka tiba-tiba NATO menyediakan dirinya sebagai kepanjangan tangan atas kekecewaan AS dengan alasan untuk menghancurkan Gaddafi dengan cap diktator.


Perang di Libya, sebenarnya bukan tentang membantu para pemberontak. Karena para pemberontak sebenarnya adalah geng-geng kepanjangan tangan NATO dan Israel yang sama seperti geng-geng di Tunisia, Mesir, Yaman dan Syria.

Pada akhirnya, ini adalah tentang upaya mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan para bankir pemilik NATO yang tak ingin melepaskan cekikannya di seluruh dunia.

Thursday, October 27, 2011

Gaddafi Tak Seburuk Seperti yang Dipropagandakan Barat


Gaddafi pertama kali memperoleh kekuasaannya melalui suatu kudeta tak berdarah terhadap penguasa Libya waktu itu, Raja Idris, pada bulan September 1969. Sejak saat itu, Gaddafi telah menjadi seorang pemimpin Arab selama lebih dari 42 tahun. Hingga sejauh itu, tidak ada masyarakat yang berpikir ingin menyingkirkannya. Baru setelah generasi muda yang justru lahir dalam era kekuasaannyalah muncul ide perubahan yang berujung pada pemberontakan. Kita semua tahu, bahwa mayoritas orang-orang yang menentang Gaddafi adalah pemberontak usia muda, yang tidak pernah tahu tentang sejarah negara mereka sendiri! Sungguh ironis!


Gaddafi adalah Orang Besar (The Great Man) yang telah berhasil membuat Sungai besar untuk irigasi di Libya yang mungkin merupakan proyek rekayasa terbesar dan paling kompleks di dunia. Untuk mewujudkan proyek irigasi itu Gaddafi memerlukan waktu lebih dari 20 tahun dengan biaya lebih dari 30 miliar dolar. Dan semua uang yang digunakan untuk membangun proyek ini adalah murni dari Libya. Tak ada uang satu dolar pun yang dipinjam dari dunia luar. Proyek ini merupakan investasi masa depan yang besar dengan sistem irigasi yang kompleks, sehingga ada yang menjuluki sebagai Delapan Keajaiban Dunia.


Proyek ini sangat membantu para petani Libya untuk mengolah tanahnya dan untuk menyediakan air segar yang melimpah, sehingga mampu untuk menumbuhkan tanaman dengan jaminan keberlanjutan dan mampu menghasilkan produksi yang cukup bagi kebutuhan warganya. Bahkan karena dibutuhkan tenaga kerja yang banyak, akhirnya mampu menarik minat para buruh migran dari Mesir yang kelebihan penduduk. Sehingga selain menguntungkan Mesir hasil produksinya diekspor ke negara-negara lain yang selanjutnya akan merangsang tumbuhnya perekonomian Libya lebih lanjut. Sebuah proyek berkelanjutan jangka panjang, yang dikritik dengan rasa iri oleh Barat, karena Libya menjadi sebuah negara yang dapat mencukupi kebutuhan pokoknya sendiri tanpa perlu mengimpor dan tanpa utang ke negara lain.


Mungkin, Libya-lah negara yang telah memiliki sistem perawatan kesehatan terbaik di seluruh Afrika, dimana kematian per 1000 bayi menurun dari tahun ke tahun, Saat ini angkanya sekitar 18/1000 bayi yang merupakan angka kematian bayi terendah daripada kebanyakan negara-negara di Afrika. Angka dari WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa 71% penduduk memiliki akses yang baik kepada air bersih, dan bahkan dari data tahun 2006, 97% penduduk Libya memiliki akses yang baik terhadap sanitasi.


Wajib Belajar dalam sistem pendidikan Jamahiriya Libya adalah gratis untuk semua orang dari sekolah dasar sampai ke universitas dan bahkan hingga pendidikan pasca-sarjana, baik di Libya maupun di luar negeri. Pendidikan pra-universitas dibagi menjadi pendidikan dasar, persiapan, dan sekunder. Sekolah ada di mana-mana. Untuk warga yang masih nomaden (hidup berpindah-pindah), ada fasilitas sekolah dan guru keliling (mobile). Pendidikan adalah wajib bagi semua warga, sejak usia 6 hingga 15 tahun.


Pada tahun 1990 Libya dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat. Sanksi tersebut membatasi jumlah minyak Libya yang diizinkan untuk ekspor serta membatasi jumlah impor barang-barang yang diperbolehkan, termasuk barang-barang medis dan kebutuhan untuk industri.

Pada tahun 2001, UU yang memberi sanksi ke Libya ini diubah lebih keras lagi untuk memungkinkan presiden AS bisa menghukum perusahaan-perusahaan non-AS yang berinvestasi lebih dari $ 20 juta per tahun di sektor energi di Libya atau Iran.


Gadaffi pernah mengusulkan dibentuknya Negara Uni Afrika (United States of Africa). Dia menyatakan ini pada bulan Juni 2007 di Guinea dan sekali lagi pada bulan Februari 2009 di Ethiopia.

Dia berkata “Saya akan terus berupaya keras agar kita sebagai negara-negara berdaulat mau bekerja sama demi terwujudnya Negara Uni Afrika (United States of Africa).” BBC melaporkan bahwa Gaddafi juga telah mengusulkan “kekuatan militer tunggal Afrika, mata uang tunggal dan paspor tunggal untuk semua warganya sehingga mereka bisa bebas bergerak dan berkeliling tanpa hambatan di seluruh benua Afrika.


Jika terjadi, hal ini akan membuat negara tersebut menjadi negara dengan jumlah penduduk paling banyak nomor 3 di dunia setelah China dan India. Bila mereka bersatu, maka mereka akan memiliki kekuatan lebih besar dalam mempengaruhi dunia, dan risiko ancaman pun menjadi jauh berkurang. Jangan lupa, bahwa kebanyakan negara-negara di Afrika, dahulunya satu tubuh, akan tetapi mereka kemudian dipecah oleh Inggris dan Prancis.

Ingatlah pepatah ini: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh (United we stand, divided we fall).”


Tokoh yang jadi idola Gaddafi adalah Omar Mukhtar yang berjuang melawan invasi Italia di Libya antara tahun 1911 – 1931. Mereka berperang selama 20 tahun di padang gurun melawan kekuatan militer Italia yang modern. Dapatkah Anda percaya akan hal itu? 20 tahun berperang di padang gurun? 20 tahun bukanlah waktu yang pendek untuk berperang, dan fakta itu benar adanya.

Dia berjuang untuk kemerdekaan, harkat dan martabat tanah airnya dan melindunginya dari serangan barbar oleh bangsa asing.


Dia tidak akan pernah menyerah, padahal dia mulai berjuang ketika usianya sudah menginjak 50 tahun dan tertangkap ketika usianya sudah 70 tahun. Tapi diusia tersebut (ketika Omar Mukhtar tertangkap), dia masih sebagai seorang pejuang.

Dia kemudian dihukum gantung di depan rakyatnya sendiri, tapi kata-kata terakhirnya (tanpa rasa takut sedikit pun), adalah: “Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun

Tuesday, October 25, 2011

Pancasila sebagai Master Plan


Jadi bagi saudara-saudara, yang saya peringatkan dengan ini apa? Dididik sebagai tenaga pengajar, ya.

Saya ulang, sekarang harus berpijak pada Pancasila sebagai Master Plan.
Apa tekanan Master Plan sesungguhnya? Kolonialisme !
Kolonialisme yang berpangkal kepada feodalisme harus hapus dari permukaan bumi !!!
Kata siapa ?!

Jangan salahkan Si Isa yang mau menyelamatkan Pancasila, dong ….
Bahaya itu ! Jangan dikemukakan !
Lho, apa saya dilarang mendukung Pancasila ?!

Satu segi, ya. Tapi segi yang lain, ini sudah majemuk nilainya.
Segi yang lain (lagi), bahwa kalau Pancasila tidak didukung oleh iman, akibatnya bisa terjerumus ke dalam “abses” (bengkak bernanah).

Maka saya tunjuk saudara sebagai pendakwah berpijak kepada Garis Iman. Sehingga takwa disamping (untuk) menghilangkan majemuk, (juga) membentuk kualitas. Kualitas itu adalah iman.


Untuk apa ?!
Nah, ini yang saya mau tanya. Ini yang saya mau peringatkan, membentuk manusia yang berkualitas.
Untuk apa ?!
Supaya jangan menjadi penghalang pembangunan.

Kedua, menghadapi kurun kedua.
Sebelum kurun kedua ini (tegak), akan timbul perang peradaban, (yakni) musnahnya peradaban ini.
Kesimpulan ini bukan (hasil) naturalisme empiris, ambil dari kenyataan, … begini, … begini, seperti yang dilakukan sekarang. Kalau kita ambil dari kenyataan, apa bukan bikin rumah dari rumah ?!

Saya mau bertanya dalam analitik. Ada nggak, yang dari fakultas teknik, kalau mau bikin rumah dari rumah ??? Yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan. Apa tidak bikin rumah dari rumah ?!

Tapi, ingat dalam arsitektur membikin suatu rumah harus berdasar satu gagasan. Yang sekarang dikatakan dalam arsitek itu adalah cetak biru. Bahasa lain, apa cetak biru? Blue print.


Kalau saya katakan demikian ini, bukan mengambil dari kenyataan, sehingga bersifat naturalis. Tapi ini dari cetak biru alam semesta dan gaya, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasul.

Sehingga, kalau orang berpikir, berdasar ini …, berdasar itu …, maka perang ini tidak bisa dihindari. Ini apa bukan membikin rumah dari rumah yang ada ?!

Dilihat dari segi-segi analitik, kenapa saya katakan saudara-saudara ini harus lepas dari nilai majemuk, kemudian benar-benar membentuk nilai analitik sebagai salah satu nilai ilmiah.
Yang saya minta dicamkan oleh saudara-saudara, (adalah) kata-kata Max I Dimont –tapi jangan dibilang saya menghasut.
Ingat, kata Max I Dimont, perguruan tinggi sekarang (adalah) kelanjutan dari Talmudisme.

Nah, inilah sudah saya bicarakan pada saudara-saudara, penertiban berpijak kepada Pancasila sebagai Master Plan.
Kenapa ?
Sesungguhnya Pancasila itu benar-benar memperhitungkan semua tipu daya imperialisme.


Cuma kenapa tidak berhasil sekarang ?
Yang saya mau tanya kepada saudara-saudara, apa bukan karena dia (Pancasila, sudah di) dekolonisasi ???

Saya katakan dekolonisasi, koloni sama dengan daerah jajahan.
Tapi dekolonisasi diartikan di zaman Belanda adalah penyisipan atau penyusupan.
Lebih baik penyisipan dah, (yakni) segolongan pribumi yang sudah mendukung ide dan gagasan penjajah ke tengah masyarakat pribumi, dengan tujuan untuk mengganjal ide-ide pribumi. Ide pribumi kan mau melepaskan diri.

Coba saudara ingat lembaga pendidikan dulu zaman Belanda.

Volkschool dan Schakelschool kemudian ditambah HIS (Hollandsch Inlandsche School), sama dengan (pendidikan) dasar, ya? (Lantas) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), lanjutan pertama. AMS-HBS (Algemene Middelbare School)- HBS (Hogere Burger School), lanjutan atas, tambah perguruan tinggi.


(Itu semua) oleh karena datang Belanda, ya?
Begitu datang Jepang, maka semua (pendidikan) kalau (hanya) berbau Belanda saja, bisa terkencing-kencing, ya?
Oleh (karena) itu, cepat-cepat aja Volkschool - Schakelschool dan HIS, diubah (jadi) SD (Sekolah Dasar). MULO, diubah jadi SMP (Sekolah Menengah Pertama). AMS – HBS, diubah jadi SMA (Sekolah Menengah Atas).

Siapa yang sudah berpengalaman dalam lembaga-lembaga (pendidikan) ini?
Siapa ?!
Sehingga dikala penyerahan kedaulatan, kita terima semua guru-guru itu menjadi guru Republik Indonesia.
Apa bukan dekolonisasi?
Sejenis dekolonisasi. Tapi jangan dibilang saya menuduh dekolonisasi.
Tidak !!!
Saya hanya bertanya. Apa ini bukan dekolonisasi?


Kemudian kita proklamirkan kemerdekaan RI, setelah Linggarjati, kita disudutkan oleh Belanda. RI ini hanya tinggal Yogya tambah Aceh.
Di luar itu, dia milikilah Negara Pasundan. Coba, ada orang Sunda nggak di sini. Oh, saudara Yana (Yana Suryana, alm.), ini siapa presidennya? Raden Aria Wiranatakusumah.
Negara Sumatera Timur, siapa presidennya? Doktor Tengku Mansur.
Siapa presiden dan perdana menteri Negara Indonesia Timur?
Siapa Tjokorda Gde Raka Soekawati (beristri orang Prancis)?
Siapa Sultan Hamid Alkadrie (beristri orang Belanda)?
Siapa presiden Negara Belitung?
Siapa presiden Negara RMS (Republik Maluku Selatan)?
Siapa macam-macam?

Sehingga negara-negara ini semua mempunyai anggota DPR, seperti Negara RI yang di Yogya tambah Aceh. Begitu dengan perjanjian RIS, semua menjadi negara serikat.

Dari yang dibikin oleh Belanda, begitu penyerahan kedaulatan, (semua) masuk. Kita hanya (tinggal) timbang terima. Guru pendidikan, ambtenaar, persis …, susah mengucapkannya ya?


Apa sesudah dibentuk menjadi tenaga pengajar, kayak itu?
Nggak usah mengajar, pulang aja mulai besuk, dah!
Pulang aja, arang habis besi binasa.
Ujungnya bukan begitu, malah mau mengeramkan telur Yahudi di bawah ayam RI.

Itulah (yang) saya minta perhatian saudara-saudara.
Kenapa saya katakan begini?
Nggak bisa ditawar lagi, nih.
Perang peradaban sudah di pelupuk mata. Bangsa Indonesia harus diselamatkan.
Karena kata Allah, siapa yang tidak iman akan dihancurkan oleh Allah.
Pada ujung ini, yang sebutannya “hattaa yalija l-jamalu fiy sammi l-khiyaath.” (al-A'raaf: 40).
Untuk memberesi iman.
Untuk menyelamatkan (dari) “balaaun min rabbikum ‘adhiim.”

Saya mengharapkan bangsaku RI yang kucinta, yang telah bertumpah darah ini, mudah-mudahan bisa mengantar bangsa Indonesia khasanah dunia, khasanah akherat.


Ini yang saya minta perhatian saudara-saudara.
Saya tanya lagi, untuk apa saudara-saudara ini dididik menjadi tenaga pengajar?
Kalau (hanya) mau mengeram (telur) Yahudi oleh ayam RI, besuk aja bubarkan !!!
Nggak usah (dilanjutkan), arang habis besi binasa seperti yang sudah.

Demikianlah, saya antar, ya?
Masalah sudah kita bicarakan, Master Plan.
Untuk apa saya bicarakan?
Kalau tidak, nggak pernah saudara ketahui bahwa Pancasila ini satu induk strategi dalam pembangunan Indonesia.

Kenapa saya ulang?
Sudah berapa lama saya bicarakan Garis Iman?
Kalau tidak begitu, saudara tidak akan memahami Garis Iman satu strategi pembantu untuk Pancasila sebagai Master Plan.


Kok, belat-belit, belat-belit …, tidak pernah to the point?
Begitu caranya. Seperti tadi saya katakan, memang dasar aja musti, kalau tidak berhenti-henti (butuh waktu) 24 jam. Memangnya berpikir dan budaya ini seperti mengkarbitkan buah pepaya?
Bisa tidak ?! Nggak bisa !!!
Sebab saudara lihat, untuk membetulkan sekedar terjemahan Surat al-Faatihah, belum lagi membetulkan Shalat, makan waktu 3 bulan.

Saudara, kan tidak ngerti ketika dikatakan al-Quran satu bahasa, apa bentuk bahasa Quran. Kan, nggak ngerti tujuannya? Dan itu for breeding untuk membetulkan terjemahan Surat al-Faatihah.
Kenapa nggak sekaligus? Nggak bisa !!! Dalam pendidikan, kok sekaligus. Itu mencar nanti, bisa pecah tengkorak dah, katanya. Tak sanggup.

Padahal kesalahan (terletak) dalam “kallimu n-naasa ‘alaa qadri ‘uqulihim.”
Cukup dah, saya antar begini.

(Bapak Muhammad Isa, Kuliah Peningkatan Tenaga Pengajar, 22 Agustus 1991 di Yogyakarta)