Thursday, August 26, 2021

Mullah Omar, Pemimpin Taliban Penuh Misteri


Taliban adalah Mullah Mohammed Omar. Mullah Mohammed Omar adalah Taliban. Begitulah masyarakat internasional mengaitkan keduanya dalam politik Afghanistan sejak berhembusnya angin perubahan di negeri penuh konflik itu.

Bagi Taliban, Mullah Omar adalah pahlawan sejati dan sosok yang paling dihormati. Bahkan, informasi seputar kematian sang Mullah pun sempat ditutup-tutupi Taliban.

Pada 5 April 2015, Taliban Afghanistan menerbitkan biografi Mullah Omar. Biografi tersebut dikeluarkan untuk memperingati 19 tahun kepemimpinan Mullah Omar di tengah isu kematiannya yang sangat santer pada waktu itu.

Belum diketahui secara pasti apa alasan sebenarnya Taliban menerbitkan biografi Mullah Omar itu. Beberapa pengamat menduga tindakan tersebut dilakukan lantaran bertumbuhnya paham ISIS di Afghanistan dan banyaknya anggota Taliban yang membelot dan memilih bergabung dengan ISIS.


Biografi pemimpin Taliban itu ditulis dalam 5.000 kata di situs utama milik Taliban. Dalam bografi itu diceritakan tentang semua fakta Omar termasuk mengenai kelahirannya dan bagaimana Mullah Omar diasuh.

Seperti dikutip dari BBC News, Omar diketahui lahir pada 1960 di Desa Chah-i-Himmat, Khakrez, Kandahar. Pria berusia 55 tahun itu berasal dari marga Tomzo dan suku Hotak.

Pemimpin Taliban itu merupakan anak dari Moulavi Ghulam Nabi, seorang tokoh masyarakat di Afghanistan. Omar harus menghadapi kenyataan dan menjadi yatim ketika masih berusia lima tahun.


Titik Balik Mullah Omar
Sepeninggal ayahnya, Omar dan keluarga pindah ke provinsi Uruzgan. Mullah Omar memutuskan bergabung ke kelompok Jihadis setelah adanya serangan pasukan Uni Soviet di Afghanistan sekitar tahun 1980-an.

Saat itu ia masih duduk di sekolah madrasah. Dituliskan, salah satu alasan Mullah Omar memilih bergabung menjadi Jihadis untuk memenuhi panggilan agama.

Seperti seorang ksatria, pria yang disebut paling menggemari senjata granat RPG-7 itu, ikut berperang melawan Rusia pada 1983 dan 1991. Dalam dua pertempuran itu Omar terluka sebanyak empat kali dan kehilangan mata kanannya.

Berkat kegigihannyalah Omar pun dianugerahi gelar Amir Al-Mukminin, gelar yang diberikan kepada pemimpin yang saleh. Omar juga berjasa dengan mengambil alih kota Kabul dan mendirikan Islamic Emirate of Afghanistan.


Yang menarik dalam biografi tersebut, disebutkan Omar merupakan sosok yang sangat karismatik, yang selalu hidup dalam kesederhanaannya serta memiliki selera humor yang tinggi. Ia juga dikenal dengan kepribadiannya yang tenang, tak mudah emosi, ramah, dan rendah hati. Omar tidak memiliki rumah dan juga tak memiliki rekening bank asing.

Pada saat buku itu diterbitkan, Mullah Omar tak pernah diketahui keberadaannya. Namun ia dikatakan masih tetap berhubungan dengan berbagai peristiwa dan kehidupan sehari-hari di Afghanistan.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bahkan menawarkan hadiah 10 juta dolar AS (dengan kurs Rupiah Rp 14.000 per US Dollar, setara dengan Rp 140 Miliar), bagi siapa saja yang bisa menemukan Mullah Omar. Ia belum pernah terlihat lagi sejak invasi pimpinan AS ke Afghanistan pada 2001. Mullah Omar dikenal sangat mendukung pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Laden.


Saat Amerika sibuk mencari Mullah Omar dan menawarkan hadiah bagi yang bisa menemukannya, ternyata pria pejuang Afghanistan itu tinggal tak jauh dari pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Provinsi Zabul. Ini menjadi salah satu prank yang dilakukan Mullah Omar dan pasukannya kepada militer AS.

Cerita di atas terkuak dalam sebuah buku yang berjudul The Secret Life of Mullah Omar yang ditulis oleh wartawan Belanda, Bette Dam. Seperti dilaporkan BBC, Senin (11/3/21), dalam buku tersebut diceritakan bahwa Omar tidak pernah bersembunyi di Pakistan seperti yang diyakini oleh AS.

Adapun Omar bersembunyi di sebuah tempat yang jaraknya hanya tiga mil dari Pangkalan Operasi AS di Provinsi Zabul.

Rumah sederhana tempat tinggal Mullah Omar di Provinsi Zabul.

Bette Dam menghabiskan waktu sekitar lima tahun untuk melakukan riset dan mewawancarai anggota Taliban. Dia berhasil berbicara dengan Jabbar Omari yang merupakan pengawal Mullah Omar ketika dia bersembunyi, setelah tersingkirnya rezim Taliban pada 2001.

Omari menyembunyikan pemimpin Taliban tersebut hingga kematiannya karena sakit pada 2013. Setelah jatuhnya Taliban, Omar bersembunyi di sebuah ruang rahasia yang dekat dengan markas AS.

Dalam buku tersebut dituliskan, pasukan AS telah menggeledah satu per satu tempat tinggal di sekitar pangkalan mereka namun tidak menemukan tempat persembunyian Omar. Dia diketahui pindah ke sebuah gedung yang jaraknya hanya tiga mil dari pangkalan AS.

Mullah Omar (Taliban) dan Usamah bin Laden (Al-Qaidah).

Terkadang, Omar bersembunyi di terowongan irigasi untuk menghindari deteksi. Dia meninggal dunia pada 23 April 2013.

Mullah Omar tidak dapat menjalankan kelompok Taliban dari tempat persembunyiannya. Oleh karena itu, Omar menyetujui para pejabat Taliban untuk hadir di Qatar dalam upaya mengakhiri perang panjang di Afghanistan.

Buku The Secret Life of Mullah Omar diterbitkan dalam bahasa Belanda pada Februari 2019. Kini, ada juga edisi bahasa Inggris.

Didi Purwadi, Elba Damhuri
REPUBLIKA.CO.ID
Selasa, 17 Agustus 2021