Saturday, March 14, 2009

Anggota DPR Bermasalah Beserta Asal Partainya


Membludaknya partai yang ikut dalam Pemilu 2009 dengan janji-janji dan iklan-iklan yang membuat “polusi visual”, pada kenyataannya justru semakin membuat bingung masyarakat. Hampir semua orang (bila ditanya) akan menjawab tidak tahu mana pilihan yang paling baik dan paling tepat ketika mencontreng pada tanggal 9 April mendatang.

Paling tidak melalui media massa kita semua melihat bagaimana anggota dewan yang konon “terhormat” di Senayan terlalu sering bolos dan mangkir di kala sidang. Juga kita lihat dan dengar betapa ngawur ketika membahas agenda rapat. Dan yang paling menyakitkan adalah banyak yang menjadi preman berdasi ketika berurusan dengan anggaran negara dan daerah.

Di tengah kemiskinan masyarakat yang tidak kunjung berkurang (bahkan jumlahnya semakin meningkat), yang harusnya bisa merasakan penderitaaan rakyat karena berbagai kesulitan ekonomi, namun mereka malah bisa tidur mendengkur di ruang rapat. Dan bahkan meminta kenaikan gaji, tunjangan kesejahteraan, biaya komunikasi, biaya perjalanan, biaya aspirasi, biaya rapat, biaya legislasi UU dan lain sebagainya yang menyedot uang rakyat melalui pajak.

Setelah menjabat 1 periode selama 5 tahun, maka seorang anggota dewan yang paling pemalas pun, akan menjadi milyarder-milyarder baru. Dengan penghasilan rata-rata di atas Rp 40 jutaan per bulan, maka selama 1 periode, minimal mereka mengantongi uang Rp 2,4 milyar.

Saya berpendapat bahwa 99,9 % pejabat di Indonesia pasti korup, karena sistemnya memang sangat kondusif untuk korupsi. Hanya ada 4 kriteria yang membedakan satu dengan lainnya, yaitu korupsi itu kecil, besar, ketahuan atau tidak ketahuan.

Berikut ini adalah daftar para anggota DPR-RI yang tersangkut kasus korupsi beserta asal partainya:
Saleh Djasit (Golkar), Hamka Yandhu (Golkar), Agus Condro (PDI-P), Sarjan Taher (Partai Demokrat), Al-Amin Nasution (PPP), Yusuf Emir (Erwin) Faishal (PKB), Bulyan Royan (Partai Bintang Reformasi), Antony Zeidra Abidin (Golkar), Adiwarsita Adinegoro (Golkar), Abdul Hadi Djamal (PAN). Semuanya sudah terbukti di persidangkan kecuali yang terakhir (Abdul Hadi Djamal) yang masih sebagai tersangka.

1 comment:

KULYUBI ISMANGUN said...

TOLAK PEMILU 2009

"Beaya Pemilu 2009 sangat besar, sekitar 21 trilyun, kalo dibagi ke 250 juta penduduk Indonesia, maka masing-masing orang dapet 84 juta. Itu lebih baik daripada untuk melangsungkan Pemilu yang tidak jelas hasil dan kualitasnya"
(Kulyubi Ismangun, S.Si.)

Akankah Pemilu 2009 nanti bisa berjalan damai? Belum-belum SBY malah sudah mengumandangkan gosip ABS, Asal Bukan Caleg ‘S’. Lha kok ya sempet, presiden bergosip yang katanya sumbernya dari SMS itu? Jangan-jangan bener, SBY mau pakai taktik dizolimi lagi, seperti jaman Pemilu 2004? Aneh bin ajaib. Tapi memang kelakuan presiden kita ini rada aneh-aneh belakangan ini. Mulai dari menurunkan BBM tiga kali, mengunjungi lokasi penemuan bandar sabu, nggak tahu nanti ngapain lagi. Tampaknya beliau menikmati betul posisinya sebagai capres incumbent.

Belum lagi fatwa haram Golput. Lha, memilih kok hukumnya wajib? Darimana nih datangnya? Bisa-bisanya pemilu disamakan dengan shalat 5 waktu. Kalau money politik, atau yang semacamnya gimana? Makruh? Nih MUI kok lama-lama kurang kerjaan ya…

Belakangan ini juga mulai berkembang, jangankan para pendukung partai, bahkan para caleg sudah mulai saling sikut. Tidak hanya antar partai, bahkan di dalam partai sendiri juga ada indikasi begitu, terutama sejak dimunculkannya ketetapan mengenai dihapuskannya nomor urut caleg. Semua caleg kini seperti kebakaran jenggot, terutama mereka yang selama ini mengandalkan posisinya di urutan atas karena berbagai alasan. Indikasi seperti ini bukan tidak mungkin akan berimbas pada para konstituen masing-masing caleg. Yang lebih ditakutkan, politik uang semakin menggila.