Monday, July 20, 2009

Bersatu Lawan Terorisme


Ledakan bom mengguncang Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta, Jumat (17/7) pukul 07.47 dan 07.57. Polri memastikan ledakan bom yang dikecam sejumlah kalangan dari dalam dan luar negeri adalah bom bunuh diri. Untuk menghadapi aksi terorisme dibutuhkan sikap kebersamaan dari segenap komponen bangsa.

Ledakan bom yang terjadi satu hari sebelum tim Manchester United menginap di Hotel Ritz-Carlton itu menewaskan 8 orang dan melukai 53 orang. Di antara orang yang menjadi korban adalah Timothy D Mackay (61) asal Selandia Baru (Presiden Direktur PT Holcim Indonesia). Dari olah tempat kejadian perkara dipastikan dua bom rakitan meledak dan satu bom aktif yang belum sempat diledakkan ditemukan di kamar 1808 Hotel Marriott.

Dalam jumpa pers di halaman Hotel Ritz-Carlton, Jumat malam, Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri menjelaskan, pelaku bom bunuh diri di Hotel Marriott dan Ritz-Carlton menginap terlebih dahulu di Marriott. ”Mereka menginap di kamar 1808 sejak 15 Juli dan menyiapkan bom bunuh diri di sana,” kata Bambang.

Kapolri menolak menjelaskan teroris berinisial ”N” yang memesan kamar di Hotel Marriott. Para teroris dijadwalkan keluar hotel tanggal 17 Juli.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna menambahkan, pelaku peledakan bom membawa tas laptop untuk menyembunyikan bom yang dibawa.


Ledakan di Marriott meninggalkan lubang seperti kawah di dalam ruangan megah antara lobi dan Restoran Syailendra. Dari lubang tersebut tercium bau amis meski polisi sudah menyiram air untuk membersihkan lokasi.

”Dipastikan low explosive dari analisis tempat kejadian perkara, yaitu dengan ditemukannya black powder. Dua ledakan masing-masing terjadi pukul 07.47 di Restoran Syailendra JW Marriott dan di Ritz-Carlton pukul 07.57. Ketepatan waktu terjadinya ledakan didapat dari analisis CCTV di setiap hotel,” kata Nanan.

Sebelumnya, Menko Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS yang juga meninjau lokasi mengatakan ledakan berasal dari bom berdaya ledak tinggi (high explosive).

Nanan memastikan terdapat 61 korban ledakan, 8 di antaranya tewas dan 53 lainnya luka-luka. Korban tewas telah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Korban luka dirawat di RS MMC, RS Medistra, RS Jakarta, dan RS Pusat Pertamina.


Presiden jenguk
Jumat siang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjenguk korban di RS MMC. Sebelum menjenguk korban, Presiden Yudhoyono menggelar jumpa pers di Istana Negara. Presiden mengemukakan, serangan teroris di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, merupakan titik hitam sejarah Indonesia. Presiden memperkirakan aksi teror belum tentu dilakukan kelompok jaringan terorisme selama ini.

Dalam bagian jumpa persnya itu, Presiden Yudhoyono juga sempat menyinggung soal pemilu presiden. Pernyataan Presiden itu kemudian mengundang tanggapan balik dari calon presiden lain.

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, yang calon presiden, menegaskan, ledakan di Hotel Marriott dan Ritz-Carlton tak ada hubungannya dengan pelaksanaan pemilu presiden yang baru lalu. Apalagi dikaitkan dengan kegagalannya sebagai calon presiden bersama calon presiden lain, Megawati Soekarnoputri. ”Ah! Tidak ada itu. Jadi, dikira Ibu Megawati dan saya yang melakukan itu? Mohon maaf. Saya sama sekali tidak akan dan tidak pernah melakukan itu,” ujar Wapres berkali-kali.

Di tempat terpisah, Megawati meminta semua pihak tidak mempolitisasi dan memperkeruh suasana dengan mengaitkan peristiwa peledakan bom dengan proses dan hasil pemilu legislatif maupun pemilu presiden yang baru berlangsung. Ia mengingatkan pemerintah, dalam kondisi seperti ini seharusnya semua elemen bangsa bersatu padu melawan terorisme.


Prabowo Subianto yang melakukan konferensi pers, Jumat malam, karena baru tiba dari luar kota memberi penegasan senada. Menurut Prabowo, memang banyak yang kecewa dengan pemilu, tetapi mengaitkan rasa kekecewaan itu dengan peledakan bom adalah lompatan yang terlalu jauh. ”Tidak ada dari kubu Mega-Prabowo juga JK-Wiranto yang mengungkapkan kekecewaan dengan melakukan tindakan biadab ini,” ujarnya.

Menurut Prabowo, dalam menghadapi terorisme, semua pihak justru merapatkan barisan. Sebagai orang yang punya pengalaman di militer, dia pun siap membantu mengamankan negara. ”Saya pun siap menghadap Presiden. Dalam menghadapi terorisme, kita mendukung pemerintah,” ucapnya.


Teridentifikasi
Berdasarkan data dari Mabes Polri, korban tewas dipindahkan ke RS Polri Sukanto dalam 12 kantong mayat. Sebanyak enam jenazah dalam kondisi utuh, masing-masing dipisahkan dalam kantong mayat tersendiri. Dari hasil identifikasi tim forensik RS Polri Sukanto, menurut Bambang Hendarso Danuri, baru satu yang positif teridentifikasi, yaitu Timothy D Mackay.

Sementara itu, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengkhawatirkan tiga warga negara Australia yang ikut menjadi korban. Mereka antara lain Nathan Verity (39) dan Garth Mc Evoy (40) (Commercial Manager PT Thiess).

Nanan Soekarna menambahkan, kejadian ledakan bom kedua kalinya di Marriott belum dipastikan akibat keteledoran sistem keamanan. Sementara Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar yang juga mendampingi Presiden di RS MMC mengakui pihaknya kecolongan sehingga terjadi ledakan bom tersebut. ”Bisa saja kau bilang begitu (kecolongan) karena tidak terdeteksi oleh kita (BIN),” ujar Syamsir. Namun, Syamsir berpendapat, soal kecolongan itu adalah hal yang bisa terjadi kapan saja, termasuk di Indonesia. ”Soal kebobolan kapan saja bisa, bukan negara kita saja. Superpower saja bisa kebobolan,” ujarnya. Meskipun menjamin keamanan pascaledakan, Syamsir mengakui, pihaknya masih mencium hal-hal yang mencurigakan. Namun, dia enggan mengungkap hal apa itu.


Suasana lapangan
Hingga Jumat sore, kerumunan orang, polisi, dan reporter dari sejumlah media massa lengkap dengan berbagai peralatan pengiriman berita masih terlihat di kawasan Mega Kuningan. Sebelumnya, beberapa saat setelah ledakan, ratusan karyawan hotel, apartemen, dan perkantoran yang beroperasi di Mega Kuningan diliburkan. Namun, sebagian karyawan tetap bertahan di sekitar lokasi ledakan. Masyarakat di sekitar Kuningan dan dari penjuru Jakarta juga mulai berdatangan.

Salah seorang korban, Bambang Trianto, mengalami shock lantaran dia pernah menjadi korban peristiwa serupa di Hotel Marriott tahun 2003. Hal itu dibenarkan juru bicara Yayasan Forum 58 -yayasan sosial yang menaungi korban peristiwa peledakan bom, yang pernah terjadi di sejumlah tempat di Indonesia hingga sekarang- Vivi Normasari, saat ditemui di RS Jakarta. ”Pak Bambang sebetulnya masih berobat jalan untuk menyembuhkan luka bakar di tubuhnya akibat ledakan bom di Hotel JW Marriott beberapa tahun lalu. Dia bekerja sebagai tenaga pengamanan di sana. Sekarang dia tidak mengalami luka fisik, hanya shock,” ujar Vivi.

Wardi, petugas keamanan yang berjaga tak jauh dari Hotel JW Marriott, mengatakan, sejak pagi hingga sore kemarin memang banyak orang yang menanyakan keberadaan keluarganya yang kebetulan bekerja atau sedang mengurus sesuatu di Mega Kuningan.

KOMPAS, 18 Juli 2009

No comments: