Sunday, May 10, 2009

KISRUH PAN: Keinginan Mundur Sang Ketua Umum


"Mas, betulkah Mas Tris akan mengundurkan diri?” Itulah bunyi pesan singkat dari seorang atase Indonesia di luar negeri yang masuk ke ponsel Kompas, Rabu (6/5). Dan ada ratusan pesan singkat senada yang ditujukan ke Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir.

Tampaknya, kekecewaan karena jerih payah dan kerja kerasnya untuk membangun PAN tidak dihargai oleh teman dan orang-orang yang dicintainya di jajaran internal partai membuat Soetrisno Bachir melontarkan keinginan untuk mundur dari PAN. Keinginan itu memang baru menjadi salah satu opsi yang keluar secara spontan.

Paling tidak, itulah yang dirasakan Soetrisno, seusai membuka Rakernas PAN di Yogyakarta, akhir pekan lalu. Tidak heran kalau selama empat hari setelah rakernas, Soetrisno hampir tidak keluar dari rumahnya di Pondok Indah, Jakarta.

Setiap hari, hingga larut malam, rumahnya ramai didatangi sahabat pribadi ataupun dari partai politik, untuk memberikan dukungan moral dan semangat untuk membangun kembali puing-puing etika dan arti dari sebuah perjanjian.

Meski disadari bahwa politik bukanlah soal hitam-putih, bagi Soetrisno, yang sangat ingin menjalankan amanah almarhum ibunya untuk selalu menghormati Ketua Umum Majelis Pertimbangan Partai PAN M Amien Rais, membuatnya hampir tidak percaya terhadap proses delegitimasi dirinya.

Opsi pengunduran diri ini, tentu saja mengejutkan banyak pihak. Ketua Barisan Muda PAN Rizki Sadiq mengakui, Soetrisno memang sangat terpukul dengan perkembangan partainya.

Soetrisno pernah mengatakan, kelelahan fisik masih bisa ditahankan. Namun, kelelahan kalbu akan membuat hidupnya tidak tenang. ”Saya tidak ingin hidup dengan kalbu merasa resah karena akan membuat shalat saya tidak khusyuk, dan hidup tidak tenang,” ujarnya.

Pada Kamis (7/5) dukungan mulai mengalir. Mayoritas anggota MPP PAN dan lebih dari 250 DPD dan beberapa DPW menyarankan agar ia tidak mundur. Namun, bagaimana kelanjutan senjakalaning PAN, dalam beberapa hari ini, mungkin akan terungkap akhir ceritanya.

Imam Prihadiyoko, KOMPAS, 8 Mei 2009

No comments: