Thursday, May 21, 2009

999 di Pendapa Cikeas


Ada yang tercecer di tengah kepanikan dan hiruk-pikuk yang terpusat di Puri Cikeas Indah, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Rabu malam. Yang tercecer itu hendak saya ceritakan kepada anda sekalian agar pikiran tidak tegang karena mendengar berita perceraian.

Mungkin apa yang saya lihat ini kebetulan. Tetapi saya terlanjur tidak mempercayainya. Kalau memang kebetulan, kenapa kebetulan itu selalu berulang-ulang. Karenanya, maafkan saya jika tidak percaya dengan hal-hal yang dikategorikan sebagai kebetulan.

Ini masih soal angka-angka ajaib kegemaran Pak Beye atau yang ada di sekitar Pak Beye. Ya, anda tahu semua. Pak Beye penggemar angka ganjil. Di antara semua angka ganjil itu, angka kegemarannya adalah angka Sembilan (9).

Mungkin karena bawaan lahirnya di Pacitan, Jawa Timur, yang dicatatkan di akta kelahiran dengan tanggal 9 bulan 9 tahun 1949 sehingga Pak Beye begitu gemar dengan angka 9. Soal angka-angka ganjil di sekitar Pak Beye dan Partai Demokrat sudah saya ceritakan dalam postingan sebelumnya.

Cerita kali ini adalah cerita tentang angka 9 yang baru saya dapati di Pendapa Cikeas. Dalam saat yang bersamaan, jajaran tiga angka sembilan “999” hadir dalam jumpa pers Demokrat merespon “gugatan cerai” Partai Golkar.

Saya sebut saja “999″ itu satu per satu.
9 pertama menunjuk pada Tim Sembilan yang diberi mandat Pak Beye untuk berkonsultasi dengan tim negosiasi Partai Golkar. Tim Sembilan diketuai Pak Hadi Utomo, kakak ipar Pak Beye yang juga ketua umum DPP Partai Demokrat. Delapan anggota lain adalah Pak Anas, Pak Marzuki, Pak Syarief, Pak Ruhut, Pak Hayono, Pak Max, Pak Jero, dan Pak Yahya.

Saat Pak Anas yang ditugasi Pak Beye berbicara menggantikannya untuk menjawab pernyataan Partai Golkar yang disampaikan Pak Sekjen Golkar Soemarsono, delapan anggota Tim Sembilan menungguinya.

9 kedua adalah jumlah lampu gantung yang ada tepat di atas Pak Anas. Saya semula tidak terlalu peduli. Tetapi keisengan saya sambil menunggu berlama-lama membuat saya menghitung jumlahnya. Senang mendapati sembilan adalah jumlahnya.

9 ketiga adalah jumlah rusa tutul (axis axis) dalam lukisan yang diletakkan sebagai latar belakang jumpa pers. Lukisan ini adalah lukisan yang baru diletakkan sebagai latar belakang di Pendapa Cikeas. Saya mengenalinya juga baru minggu lalu saat Pak Beye menyebut lima kriteria calon wakil presidennya.

Sebelumnya, di latar belakang pendapa adalah mozaik foto yang membentuk wajah Pak Beye dan Bu Ani. Menjelang Pemilu Presiden 2009, mozaik foto itu dipindahkan dan diganti dengan gambar sembilan rusa tutul sedang makan rumput di Istana Bogor.

Mendapati tiga angka sembilan di Pendapa Cikeas membuat saya tersenyum juga. Tradisi itu memang terjaga dan ingin diulang kesuksesannya.

Berapa angka kegemaran anda? Kalau saya 25.

Wisnu Nugroho, 23 April 2009
http://wisnunugroho.kompasiana.com/


Time Bisa aja ….

Sejak kemarin sore dan sepanjang hari ini, hati Pak Beye pasti berbunga-bunga. Bukan terutama karena Pak Beye terpilih sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh sejagad versi majalah Time.

Menurut saya, hati Pak Beye berbunga-bunga terutama karena nomor urutnya. Di antara 100 tokoh, Pak Beye masuk di nomor urut Sembilan (9). Pak Beye juga bersama dengan 20 tokoh lainnya masuk kategori pemimpin dan pembawa perubahan.

Saya tersenyum saat semalam membuka website Time. Time bisa aja .…

Anda ingat dengan angka-angka kegemaran Pak Beye kan? Untuk apresiasi Time yang “Pak Beye banget” itu, Pak Beye akan mengirimkan putra mahkotanya yaitu Mas Edhie Baskoro Yudhoyono didampingi staf khsusus Pak Beye yaitu Pak Dino Patti Djalal ke New York, Amerika Serikat. Mereka dikirim untuk hadir mewakili Pak Beye dalam jamuan makan malam Time 100-2009, edisi 5 mei 2009.

Ngomong-ngomong, kenapa bukan Bu Ani ya yang dikirim? Selamat makan.

Wisnu Nugroho, 1 Mei 2009
http://wisnunugroho.kompasiana.com/

No comments: