Thursday, May 21, 2009

Keganjilan Pak Beye


Seperti kebanyakan dari kita, bilangan ganjil lebih disuka Pak Beye dibandingkan bilangan genap. Untuk itu, bilangan-bilangan ganjil mewarnai hampir semua rincian, arahan, perintah, dan kebijakan Pak Beye kepada pendengarnya. Ada juga sih yang genap, tetapi tidak seberapa.

Sejak awal Pak Beye memadatkan kebijakan ekonomi pemerintahannya dalam sebutan triple (3) track strategy (waktu pertama mendengarnya, saya teringat trilogi pembangunan Pak Harto). Triple track strategy itu adalah pro growth, pro job, dan pro poor. Meskipun dalam perkembangannya Pak Beye menambahkan satu track, yaitu pro bussines, Pak Beye tetap menyebutnya secara ganjil yaitu triple (3) track plus one (1).
He… he… he… bisa aja Pak Beye persatukan, ya.

Sebagai contoh kecil lainnya. Saat panen lele di Boyolali, Jawa Tengah dan membuat Pak Ical (Aburizal Bakrie) terkagum-kagum dengan gurihnya pecel lele yang pertama kali dilihat dan dimakannya, Pak Beye menyebut tiga (3) langkah sukses bagi petani: kecukupan modal, bimbingan teknis, dan pemasaran.

Dialog dengan petani lele di tengah sawah yang berubah menjadi kolam lele itu juga hanya mempersilahkan tiga (3) petani saja untuk bertanya. ketika Pak Beye merinci indikator peningkatan kesejahteraan rakyat yang dijanjikannya, tujuh (7) hal disebutnya: cukup pangan, cukup sandang, miliki papan, pendidikan baik, kesehatan baik, lingkungan hidup baik, dan rasa aman.

Tentang arah pembangunan, Pak Beye kerap sekali merincinya menjadi lima (5) pokok pikiran: terpadu dan berdimensi kewilayahan, resources and knowledge based economy, pertumbuhan disertai pemerataan, kemandirian ekonomi dalam kerja sama internasional, dan menempatkan dunia usaha di depan.

Bagi dunia usaha yang ditempatkan di depan dalam pembangunan, agar mampu bersaing di tengah kompetisi global, Pak Beye menyebut tiga (3) acuan: better, quicker, dan cheaper.

Masih banyak bilangan ganjil yang dipakai Pak Beye untuk sejumlah rinciannya. Dan bilangan ganjil kegemaran Pak Beye adalah sembilan (9). Mungkin sesuai dengan tanggal lahir, bulan lahir, dan tahun lahirnya: sembilan (9), sembilan (9), empat sembilan (49). Nomor hape Pak Beye pun sesuai angka ganjil ini.

Mengenai bilangan ganjil itu, untuk setiap acara yang dibuka Pak Beye, gong yang disediakan juga dipukul dengan jumlah bilangan ganjil. Bukan tiga (3) kali seperti harga BBM yang dinaikkan karena tingginya harga minyak internasional dan diturunkan lagi tiga (3) kali juga karena Pak Beye yang baik hati. Bukan tiga (3) kali, tetapi lima (5) kali.
Goung, goung, goung, goung, goung.

Pak Beye pernah berujar kenapa memilih memukul gong lima (5) kali. Pak Beye ingin selalu mengingatkan tentang lima (5) sila dasar Negara Indonesia: Pancasila.

Lega saya mendengarnya karena semula saya pikir ada klenik di sana. Berapa bilangan ganjil kegemaran anda?

Wisnu Nugroho, 24 Januari 2009
http://wisnunugroho.kompasiana.com/


9+9+4+9=31

Tahun 2004 dimaknai Pak Beye dan Partai Demokrat yang didirikannya sebagai berkah. Berkah itu dirasakan datang lebih awal dari nomor urut Partai Demokrat saat Pemilu 2004. Ya, anda mungkin masih ingat. Nomornya Sembilan (9).

Sembilan memang seperti sudah identik dengan Pak Beye. Angka itu tampaknya diyakini sebagai keberuntungan. Tanggal kelahiran Pak Beye yang penuh angka sembilan adalah pertanda awal keyakinan itu. Sembilan September empat sembilan atau 9949 yang diabadikan menjadi nomor PO Box dan nomor SMS-nya di istana.

Karena kegandrungan pada angka sembilan itu, mendapatkan nomor urut 31 pada Pemilu 2009 dirasakan kurang nyaman. Susah dikaitkan dengan sinyal berkah seperti nyata dalam Pemilu 2004.

Namun, tidak demikian dengan yang selalu berpikir positif. Nomor urut 31 pun tetap dimaknai sebagai sinyal berkah juga di tahun 2009. Betapa tidak. 31 adalah jumlah angka dari tanggal lahir Pak Beye. Bukankah jika 9949 digabungkan (9+9+4+9) jumlahnya = 31?

Karena itu, selain dengan kerja keras dari banyak tim yang dibentuk terbuka dan tertutup, nomor 31 dimaknai juga sebagai sinyal awal datangnya berkah.

Dengan sinyal awal itu, capaian target 20 persen suara dalam Pemilu 2009 dianggap sebagai target moderat. Para petinggi partai yakin, Demokrat dapat meraih suara lebih dari target moderat 20 persen. 25 persen adalah hitungan mereka seperti juga nyata dalam berbagai survei yang terus dikampanyekan.

Namun, di tengah optimisme akan kesuksesan Partai Demokrat, ada yang khawatir dan tidak merasa aman juga. Hidup memang tidak bisa hanya disandarkan pada pikiran positif saja. Kekhawatiran itu setidaknya tercermin dari berubahnya kebiasaan lama. Soal memukul gong.

Kebiasaan ini sepele dan tidak penting memang. Tetapi karena blog ini memang mengulas hal-hal yang tidak penting agar yang penting tetap penting, soal gong itu saya ceritakan juga.

Sejak menjadi presiden, Pak Beye penuh dengan kegiatan seremonial. Hampir semua acara, apapun tingkatannya, kalau bisa yang membuka adalah Pak Beye. Untuk setiap acara seremonial itu, gong selalu menjadi penanda. Tentu saja dengan memukulnya.

Baru pada masa Pak Beye, kebiasaan memukul gong tiga kali diganti. lima kali adalah pilihannya. Beberapa kali sesaat sebelum memukul gong, Pak Beye berujar, pilihan lima diambilnya agar kita selalu ingat akan lima dasar negara kita, Pancasila.

Lega mendengar alasannya karena semula kami pikir ada klenik tertentu di baliknya.
Namun, sejak memasuki tahun Pemilu 2009, kebiasaan itu diubahnya. Untuk setiap acara seremonial, gong tidak lagi lima kali dipukulnya. Cukup tiga saja. Acara terakhir dengan tiga kali pukulan gong adalah di Istana Negara, selasa (17/3). Saat itu Pak Beye meresmikan dialog kesejarahan Indonesia dan Malaysia.

Saya belum mendengar alasan perubahan ini kenapa. Saya tidak ingin menyimpulkan, Pak Beye meninggalkan lima sila dari Pancasila. Bisa celaka kalau kesimpulan saya itu sampai mengemuka.

Karena perubahan baru dilakukan di tahun Pemilu, saya mengaitkannya dengan Pemilu juga. Saya mengira-ira saja, Pak Beye menghindari angka lima (5). Kalau angka tiga, mungkin masih bisa dipandang sebelah mata. Tetapi angka lima. Anda tahu kan angka lima itu nomor urut siapa?

Ya, Partai Gerindra. Partai baru seperti Partai Demokrat tahun 2004 yang lantang berwacana dan gencar mempromosikan Pak Bowo sebagai Capresnya. Pak Beye adalah salah satu yang ditantangnya.

Perkiraan ini saya dasarkan juga pada kerapnya Pak Beye memakai gong sebagai penanda untuk partainya. setelah mendapat nomor urut 31, setiap acara Demokrat yang diresmikannya ditandai dengan pukulan gong tiga kali dan satu kali setelah sesaat jeda.
Gong, gong, gong, dan gooong, = 3 … 1.

Apa kira-kira yang ada dalam pikiran anda?
Tidak mungkin kan Pak Beye meninggalkan Pancasila?

Wisnu Nugroho, 17 Maret 2009
http://wisnunugroho.kompasiana.com/

No comments: