Monday, June 22, 2009

Gelombang Baru Bencana Keuangan “ARM” Picu Krisis Baru


Bencana Kegagalan Hipotek Segera Terjadi

Para pakar ekonomi memperingatkan, sebuah gelombang baru bencana keuangan dalam bentuk kegagalan bayar surat utang bernama ARM segera datang. Besaran jumlahnya mengimbangi bahkan melebihi bencana akibat kehancuran sektor properti di AS tahun 2008.

Potensi bencana baru itu akan mempersulit keadaan ekonomi yang belum pulih akibat kejatuhan masalah perumahan di AS, yang mengorbankan triliunan dana perbankan global yang memicu krisis ekonomi.

Jenis surat utang itu diberi nama adjustable rate mortgage (ARM), yakni surat utang dengan suku bunga yang selalu disesuaikan dengan kondisi pasar. Makin tinggi suku bunga, makin besar beban bayar dan sebaliknya.

Jumlah ARM yang statusnya meragukan saat ini sekitar 230 miliar dollar AS. Ini adalah turunan dari produk-produk pinjaman ”kreatif” yang banyak ditawarkan pada saat bisnis perumahan AS mengalami masa jaya.

Seorang peminjam surat utang ARM bisa melakukan cicilan pembayaran lebih rendah dari seharusnya setiap bulan. Namun, sisa pinjamannya dimasukkan ke dalam pokok pinjaman yang jumlahnya terus membengkak.

Banyak pakar telah memperkirakan akan terjadinya ledakan gagal bayar pada musim semi 2009, atau lebih dari 564.000 unit ARM. Kegagalan bayar itu kini masih bisa terselamatkan karena suku bunga sedang turun hingga tingkat terendah sepanjang sejarah. Hal ini menunda ledakan ARM, yang oleh banyak pengamat perumahan dianggap sebagai bom waktu.

Dikatakan bom waktu karena peminjam ARM belum bisa menuntaskan utang yang pernah dipakai untuk membeli rumah di masa lalu. Karena tidak bisa membayar utang, pembeli rumah diberi pinjaman baru melalui ARM. Dengan kata lain, ARM dipakai untuk mengatasi kegagalan bayar surat utang sebelumnya yang disebut sebagai subprime mortgage. Ini adalah surat utang dengan kualitas rendah, yang melahirkan krisis yang disebut sebagai subprime mortgage crisis.

”Mereka kemungkinan akan gagal bayar dan akan membuat ledakan subprime tampak lebih kecil,” kata Rick Sharga, Wakil Presiden Senior RealtyTrac, peneliti sita jaminan di Irvine, California.


ARM berjangka waktu lima tahun, yang umum ditawarkan antara tahun 2004-2007. Pinjaman-pinjaman ARM itu sangat rentan gagal bayar di negara-negara bagian seperti California, Florida, dan Nevada, daerah di mana harga-harga rumah telah turun jauh. Di wilayah ini banyak pemilik rumah kini masih kesulitan membayar utang.

Pembayaran bulanan atas surat-surat utang ini akan segera disesuaikan dengan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih tinggi antara tahun 2009 dan 2012.

Bahayakan ekonomi
Elizabeth Warren, profesor hukum dari Universitas Harvard, menilai warisan ARM itu membahayakan ekonomi AS. Pemegang surat utang ARM rentan terhadap penyitaan rumah. Jumlah potensi gagal bayar telah mencapai lebih dari satu juta hanya antara Maret hingga Mei 2009. ”Kita tidak akan bisa memulihkan kembali nilai perumahan ketika sebuah risiko serius menghadang bahkan serangkaian surat utang akan runtuh,” kata Warren.

Asosiasi Bankir Hipotik (MBA), yang mewakili para pemberi surat utang, berpandangan lebih optimistis. Michael Fratantoni, Wakil Ketua Peneliti MBA, mengatakan, ARM tak akan menjadi masalah seperti yang dibayangkan banyak orang.

Harapan untuk menghindari kegagalan bayar ARM adalah pemulihan ekonomi.

KOMPAS.com, 20 Juni 2009

No comments: