Thursday, October 8, 2009

Satu Dunia dalam Suka Duka


Skalanya memang tidak sebesar yang terjadi di Banda Aceh tahun 2004, di mana Bandara Sultan Iskandar Muda penuh dengan pesawat asing pengangkut bantuan.

Namun, dari segi semangatnya, apa yang kini diulurkan oleh negara-negara sahabat sehubungan dengan terjadinya gempa di Sumatera Barat, dan juga sebelumnya di Jawa, mengingatkan kita pada apa yang terjadi tahun 2004.

Bangsa-bangsa lain juga merasakan senasib sepenanggungan dengan kita. Melihat penduduk kota Padang dan Pariaman yang tertindih oleh bangunan yang runtuh karena gempa, juga yang lalu harus tinggal di tenda-tenda karena kehilangan tempat tinggal, masyarakat bangsa lain juga iba dan tergerak hatinya. Mereka ikut merasa, apa yang dialami warga Sumatera Barat adalah penderitaan yang berat dan sepantasnya ditanggung bersama.

Sungguh, kita tidak meragukan bahwa umat manusia dalam banyak hal berbagi rasa persaudaraan. Mereka peka terhadap penderitaan sesama sehingga manakala ada satu pihak menderita, pihak lain tanpa pikir panjang segera mengulurkan tangan, menawarkan bantuan.

Yang lebih menggugah, sering kali sikap tanggap menawarkan bantuan tidak terbatas pada pemerintah, tetapi juga pada organisasi-organisasi masyarakat, sampai siswa sekolah, dan bahkan pada tingkat perorangan.

Di luar gempa, dunia juga dihadapkan pada bentuk bencana lain, seperti bencana kelaparan. Ini pun, untuk Afrika, melahirkan solidaritas para seniman yang tergabung dalam USA (United Support of Artists) for Africa di tahun 1985 dengan program ”We Are the World”. Menyebut program itu kita hanya ingin memperlihatkan, tidak di benua sana, tidak di benua sini, manakala ada musibah dan ketidakberuntungan, secara naluriah, pada umumnya kita terpanggil untuk membantu, dan berbagi.


Liriknya memang mengajak kita untuk berbagi. ”We are the world, we are the children, we are the ones who make a brighter day, so let’s start giving.” Ya, kita inilah yang akan membuat dunia lebih cerah, jadi, mari mulai memberi.

Kini, di Bandara Minangkabau, Padang, berdatangan pesawat dari berbagai penjuru untuk menyalurkan bantuan, mulai dari bahan makanan hingga alat penggali ukuran besar. Bantuan tersebut datang dari Singapura, Australia, dan sebagainya. Jerman menyiapkan dana khusus yang dapat kita pergunakan manakala kita perlukan.

Kita berharap tradisi baik penuh semangat kemanusiaan ini bisa terus hidup, dan lebih baik lagi apabila hal itu dapat diperluas di saat tidak terjadi bencana.

Dengan semangat itu, kita yakin akan tumbuh pula saling pengertian lebih besar, yang pada gilirannya bisa mengurangi potensi konflik.

Pada kenyataannya, seluruh umat manusia berbagi bumi yang satu. Sewajarnyalah berkembang komunitas yang satu, di luar perbedaan yang ada. Inilah kearifan yang kita perlukan ketika kita menghadapi fenomena pemanasan global, bencana alam, dan problem kemanusiaan lainnya.

Tajuk Rencana KOMPAS, 3 Oktober 2009

No comments: