Friday, March 14, 2014

Catatan Harian Anas Urbaningrum (10)


Rabu, 15 Januari 2014. Beda halnya dengan Budi Santoso. Pengusaha asal Pontianak ini pada hari Kamis akan menghadapi vonis. Kasusnya terkait dengan Djoko Susilo. Dia tampak sudah pasrah dan siap apa pun putusan hakim. Yang dia protes adalah awalnya kasus ini sudah ditangani oleh polisi dan dirinya sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri. Atas kebijakan dan perintah Presiden kepada Kapolri, seluruh kasus yang terkait simulator SIM harus diserahkan dan ditangani KPK.

Selain itu, dia merasa sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah ditipu Rp 94 miliar kok malah jadi korban hukum di KPK? Sementara, yang menipu malah berada dalam perlindungan LPSK. Persisnya saya belum pernah mendalami kasusnya seperti apa. Yang jelas, sebagai kenalan baru, Budi sangat ramah dan mudah bergaul.

Dia juga tampak sebagai tipe yang loyal kepada kawan-kawannya. Sebagai pengusaha, dia mengeluh atas iklim bisnis dan praktik penegakan hukum di Indonesia yang tidak pasti dan tidak adil. Dia banyak cerita tentang kondisi dan praktik-praktik di lapangan yang mengerikan. Budi Santoso dituntut 12 tahun dan besok menanti putusan hakim. Yang jelas, ia tampak sudah siap.

Tubagus Chaeri Wardana dengan pengacara Adnan Buyung Nasution dan timnya.

Beda, Prof Rudi, beda Budi Santoso, dan beda lagi dengan Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Dia baru saja ditetapkan sebagai tersangka kasus alkes di Banten bersama Atut, kakaknya. Wawan yang tipenya lebih pendiam tidak mudah ditangkap reaksi dan sikapnya. Yang saya lihat dia juga tetap tenang. Tidak kelihatan gusar atau marah-marah.

Sama dengan saya, Wawan juga didampingi Bang Buyung (Adnan Buyung Nasution) dan timnya sebagai penasihat hukum. Ada juga Firman Wijaya di dalamnya. Tadi sore setelah Bang Buyung dkk bertemu saya di Posko Rutan, Wawan berkesempatan bertemu dan konsultasi. Pasalnya, besok Wawan akan diperiksa sebagai tersangka terkait Akil Mochtar. Tentu Wawan membutuhkan konsultasi dan juga pengacara yang besok akan mendampinginya. Saya sendiri tadi belum banyak bicara tentang langkah-langkah hukum dan strategi dalam menghadapi sangkaan dan nanti dakwaan dengan para penasihat hukum. Bang Buyung baru tanya-tanya informasi seputar penahanan dan bagaimana kondisi saya di tahanan.

Gang "Empat Sekawan" main gaple: Prof Rudi, Mas Budi, Anas, dan Kang Wawan.

Setelah saya terlepas dari isolasi, kami berempat banyak waktu untuk ngobrol dan diskusi, baik di meja makan maupun di kamar Rudi dan Wawan. Sebagai sesama tahanan, kompak dan perasaan senasib adalah pilihan satu-satunya. Saling menyuguhkan dan bahkan saling bersih-bersih piring dan alat-alat makan setelah selesai. Pokoknya, mirip kerjaaan anak kos.

Bahkan, saya mendapat pelajaran main gaple. Profesor memberi briefing bagaimana prinsip-prinsip permainan gaple.Ternyata, model permainannya sederhana saja sehinggga dengan cepat saya bisa mengerti. Untuk kali pertama, saya ikut main gaple dalam gang “Empat Sekawan”. Siapa yang kalah? Ternyata semua berkesempatan kalah. Secanggih apa pun kemampuan mereka bertiga bermain kartu, selalu ada ruang misteri, karena kartunya tertutup. Sehebat apa pun orang merencanakan hidupnya, selalu ada misteri yang mengiringinya. Hidup mengandung elemen misteri sebagaimana alam yang terkembang di depan mata kita.

Panta Rei, semua bergerak, semua berubah. Tak ada yang kekal, tiada yang abadi.

Profesor Rudi, Wawan, Budi Santoso, dan saya adalah bagian dari kekayaan Tuhan tentang misteri hidup itu. Begitu pula yang lain. Semua perjalanan hidup dipandu oleh dinamika antara rencana manusia dan misteri yang dikirim Tuhan. Hidup yang sesungguhnya adalah hari ini. Yang kemarin sudah menjadi sejarah, tak bisa diubah. Besok belum terjadi. Apa yang akan terjadi besok, kita tak pernah tahu. Definisi terkini tentang hidup adalah apa yang kita jalani hari ini. Hanya itu. Selebihnya adalah rencana-rencana dan ikhtiar-ikhtiar yang akan bertemu dengan garis batas ketentuan dan takdir Tuhan.

Panta Rei. Semua bergerak, semua berubah. Tak ada yang kekal, tiada yang abadi. Keabadian adalah wilayah prerogratif Tuhan. Perubahan terus-menerus adalah ruang ikhtiar yang disediakan Tuhan untuk manusia yang berada di dalamnya. Di situlah kita akan bertemu dengan kadang kala rasa manis, kadang kala rasa getir.

(Bersambung)

Sumber:
www.asatunews.com

No comments: