Wednesday, August 8, 2012

Fenomena Ustadz-ustadz Infotainment


Banyak jalan untuk jadi masyhur. Salah satunya lewat jalur pemberitaan infotainment dan tampil di televisi. Coba saja tanya ustadz Soleh Mahmoed yang  punya nama seleb: Ustadz Solmed.

Ustadz yang dalam bahasa Indonesia bermakna guru, selalu berkonotasi pada pemberi pelajaran di bidang agama Islam. Tapi kini ada jalan pintas menjadi ustadz kondang. Bukan sekadar mengajar ngaji dari satu surau ke surau lain, tapi dengan cara tampil di televisi. Apalagi sepanjang bulan Ramadhan, di saat acara keagamaan demikian marak, semakin banyak pula ustadz yang makin “eksis”.

Mereka panen rezeki dari membawakan acara siraman rohani. Bahkan, sebagian nekad memperbanyak canda dalam tayangan, termasuk di infotainment, hingga akhirnya didapuk jadi ustadz seleb.

Ustadz Solmed adalah satu di antara penceramah yang jadi seleb lewat jalur televisi. Dia dikenal lewat acara religi di berbagai stasiun seperti “Assalamu'alaikum Ustadz” di RCTI, “Cahaya Hati” di ANTV, “Titian Qolbu” di TV One, dan “Teropong Iman” di Trans TV.


Dapat stempel sebagai ustadz seleb, ia pun hanya tersenyum. “Nggak apa-apa, cara orang berdakwah itu kan berbeda-beda. Ada yang lewat nyanyi, ada melalui film, sampai yang jadi dalang wayang,” ujarnya.

Perihal keartisannya pun, dengan santai alumni pondok pesantren Assidiqiyah ini menilai bahwa seseorang yang telah muncul di depan publik secara otomatis sudah menjadi seorang selebritas. Sosok selebritas, katanya, memang tak melulu harus berangkat dari artis, melainkan lebih kepada tokoh yang telah dikenal banyak orang.

“Mungkin publik telah menganggap saya seleb, jadi mungkin juga mereka ingin lebih dekat dengan saya. Makanya mungkin infotainment meresponnya,” kata pria kelahiran 19 Juli 1983 itu.

Setelah muncul di banyak layar gosip, sontak popularitas Solmed meroket. “Insya Allah itu karena banyak orang yang mencintai saya, jadinya ingin nonton,” tutur suami April Jasmine itu.


Perjalanannya mungkin berbeda dengan Ustadz Cilik Guntur Bumi al-Qurthubi atawa Muhammad Susilo Wibowo.  Pria kelahiran 17 Februari 1982 itu pernah muncul dalam acara reality show televisi berjudul “Pemburu Hantu”. Dia juga sering mengadakan pengobatan massal di berbagai daerah. Kala itu, namanya belum setenar sekarang.

Berbeda dengan nama Solmed yang berasal dari singkatan nama panjangnya, Ustadz Cilik mendapatkan “nama bekennya” dari kyai besar yang juga mantan Presiden RI, almarhum KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).  Namun namanya justru meroket setelah ia menikahi Puput Melati, mantan penyanyi cilik.

Tapi kata Guntur, “Justru saya lebih dikenal sebagai ustadz yang berdakwah di jalur kesehatan. Jika memang saya menjadi nyeleb setelah menikah dengan seleb, ya itu lumrah.”

Baginya, dengan menjadi langganan infotainment, jalur dakwah pun diakuinya semakin terbentang. “Dibandingkan para ustadz di belahan negara lain yang masih sulit berdakwah, saya tentunya beruntung,” akunya.

Sumber: VISTA
http://id.omg.yahoo.com/news/fenomena-ustaz-ustaz-infotainment.html



Taushiyah “Surat Pembaca” Tulus
dari Seorang Ibu untuk Ustadz Solmed

Sebuah surat pembaca datang dari seorang ibu bernama Wulan Darmanto yang mengaku prihatin dengan da'i muda yang kerap tampil di televisi. Dari hatinya yang tulus, ia memberi nasihat secara tertulis, khususnya kepada Ustadz Soleh Mahmud atau yang ngetop disapa Solmed.

Tentu saja, bukan didasari rasa benci atau pun bermaksud untuk ghibah, Ibu Wulan mengharapkan para da'i muda agar memberi teladan pada umat. Dan seharusnya pula, Ustadz Solmed menerima nasihat itu dengan lapang dada, dan tidak menjadikan kritikan itu sebagai ancaman. Adakalanya, ustadz muda yang bergaya bak selebritis tidak menyadari, bahwa popularitas itu sesungguhnya adalah ujian. Boleh jadi, Ustadz Solmed merasa 'ditodong' oleh media entertainment untuk diwawancarai. Boleh saja, diwawancarai, namun satu hal, gunakan bahasa dakwah, bukan bahasa seleb.

Berikut surat terbuka seorang Ibu dua anak ini yang tinggal di Pamulang kepada Ustadz Solmed:


Assalamu’alaikum, Pak Ustadz ....

Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini. Saya bukan Solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di televisi. Saya hanya ibu rumah tangga yang sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.

Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang
dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan.

Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini. Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain.


Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah terpikat oleh pesona seorang wanita? Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat bapak
yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan mahromnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat Bapak singgung.

Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita.

Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah Bapak ada banyak ibu-ibu seperti saya geleng kepala melihat tingkah Bapak. Apalagi bolak balik Bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta'aruf tidak ada bedanya dengan pacaran.


Ustadz Solmed,

Sebagai ustadz tentu Bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan mahrom. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak Ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media infotainment.

Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi
komoditi seperti ini?! Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis.Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.


Ustadz Solmed,

Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya.

Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah menjadi ustadz.

Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara hiburan.


Pak Ustadz,

Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh dari kefahaman terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang Bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf.

Kasihan muda-mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.

Konon Bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara.

Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.


Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.

Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed ....” yang membuat miris  siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan Bapak dan berkiblat pada Bapak.

Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah da’i, bukan selebriti.

Wassalammu’alaikum


Sumber:
www.voa-islam.com

No comments: