Wednesday, February 25, 2009

Saurip Kadi: Indonesia Butuh Pemimpin Baru


Reformasi tahun 1998 belum membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa bernegara. Reformasi yang dimotori mahasiswa itu baru sebatas pergantian presiden, sementara reformasi yang sesungguhnya masih jauh.

Ini dapat dilihat dengan masih banyaknya persoalan bangsa yang belum terselesaikan secara maksimal. Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih merajalela. Rakyat masih hidup di bawah garis kemiskinan, kekerasan aparat negara masih kerap diterima rakyat kecil.

Menurut Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi, menyikapi persoalan yang begitu kompleks itu masyarakat dituntut untuk jeli dalam memilih pemimpin kedepan. “Jangan hanya ketampanan yang dilihat, pemimipin yang baik harus berani kontrak sosial,” ujar mantan asisten teritorial KSAD dalam dialog interaktif di SONORA pagi tadi yang dipandu oleh Buyung Wijaya Kusuma dari Harian KOMPAS.

Calon presiden mendatang diminta pula untuk berani mengambil kebijakan yang salah bagi negara lain namun berguna bagi lebih dari 220 juta rakyat Indonesia. Bila tidak berlaku seperti itu maka selamanya negara ini akan terus tunduk kepada kepentingan asing.

Selain itu Jenderal yang 8 tahun non job ini juga menantang calon presiden untuk mempunyai solusi yang jitu untuk mengobati keterpurukan bangsa ini.

Banyak pendengar yang bergabung dalam dialog interaktif ini diantarnya seorang ibu bernama Lita, warga Banyuasin Sumatera Selatan ini tampaknya sudah hilang kepercayaan terhadap pemimpin; “Pemimpin itu mudah berjanji tapi susah menepati,” demikian keluh ibu Lita lewat SMS. Menurut Saurip Kadi wajar bila ibu Lita seperti itu. Makanya kedepan dibutuhkan kontrak sosial dengan calon presiden agar bila tidak ditepati maka rakyat dapat menagih dan memberikan sanksi secara sosial pula.

Radio SONORA Palembang, 6 Juni 2008

No comments: