Saturday, January 31, 2009

’Reinventing’ Amerika


DUNIA telah menyaksikan pelantikan Barack Obama sebagai Presiden ke-44 Amerika Serikat. Untuk pertama kalinya negara yang didirikan pada tahun 1776 ini mempunyai presiden yang tidak berkulit putih, melainkan berkulit hitam yang berayah dari Kenya (Afrika).

Bagi dunia, realita ini merupakan fenomena yang menakjubkan, apalagi mengingat bahwa hanya 30 tahun yang lalu diskrimasi ras di Amerika masih sangat kental seperti hukum segregasi di berbagai negara bagian di negara itu. Orang kulit hitam tidak dapat menikmati pelayanan umum publik yang sama dengan orang kulit putih sehingga naik bus sekalipun harus dengan bus yang berbeda. Presiden Amerika Serikat yang pertama George Washington sebagai petani tembakau di Virginia juga menggunakan orang kulit hitam sebagai budak di ladang pertaniannya.

Adalah dua tokoh utama yang membawa perubahan signifikan dalam memperjuangkan hak asasi manusia, khususnya untuk masyarakat kulit hitam dan etnis di Amerika Serikat. Dua tokoh ini adalah Abraham Lincoln dan Lyndon B Johnson. Presiden Abraham Lincoln dari partai Republican dan Presiden Lyndon B Johnson dari partai Democrat.

Presiden Abraham Lincoln pada tahun 1861 membawa Amerika ke perang saudara demi membebaskan orang kulit hitam dari perbudakan dan Presiden Lyndon Johnson menandatangani Civil Right Act pada tahun 1964 yang memberikan orang kulit hitam dan semua etnis di Amerika Serikat hak yang sama seperti orang kulit putih.

Dua pemimpin ini membuka jalan bagi terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika. Bahkan saat ini di Amerika Serikat banyak pemimpin nasionalnya berasal dari berbagai latar belakang etnis. Contoh lainnya adalah Gubernur Negara bagian Louisiana, Gubernur Bobby Jindal yang berlatar belakang suku etnis India dan berumur 37 tahun. Louisiana dulunya negara bagian paling diskriminatif di Amerika, tapi sekarang mempunyai gubernur dari non kulit putih yang berlatar belakang keturunan India.

Pelantikan Barack Obama adalah suatu kesaksian dari kemampuan suatu bangsa seperti Amerika melakukan reinvention, yaitu membangun paradigma baru dalam berbangsanya negara ini. Sehingga brand Amerika sebagai, ‘The Land of Opportunity’, negara yang terbuka peluangnya untuk siapa saja dapat menjadi apa saja yang dicita-citakan, menjadi terbukti.

Seorang pria bernama Barack Husein Obama yang dari ayah kulit hitam berbangsa Kenya dan dari ibu kulit putih dari negara bagian Indiana dan dibesarkan di Jakarta Indonesia menjadi Presiden ke-44 negara yang -terlepas dari segala permasalahan yang ada- sampai saat ini masih dinilai sebagai satu-satunya superpower dunia.

Secara praktis Obama adalah orang paling powerfull di dunia. Dan dengan tema kampanyenya ‘change’ atau perubahan maka Obama akan menyebar virus perubahan untuk menuju perbaikan ke seluruh Amerika dan tentunya dengan pengaruh Amerika di dunia maka akan berdampak kepada membangun paradigma baru dalam bagaimana tatanan dunia ini berinteraksi.

Filsafat dasar dari pemerintahan Obama adalah membangun perubahan dengan memerintah secara pragmatis dengan dasar semangat juang pendirian Bangsa Amerika pada tahun 1776 yaitu ‘The land of the Free’ atau tanahnya orang merdeka.

Pertanyaannya adalah apa hikmah yang dapat Bangsa Indonesia petik dari fenomena ini?

Sebagai bangsa yang besar Indonesia juga dapat membuktikan di tahun 2009 bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang juga dapat melakukan perubahan. Setelah 10 tahun reformasi yang telah kita lalui dengan penuh perjuangan Bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa kita mampu melakukan reinvention. Walaupun saat ini sebagai bangsa kita juga bertanya apakah reformasi yang kita lakukan telah sesuai dengan semangat juang para pendiri bangsa kita?

Maka di tahun 2009 Indonesia mempunyai kesempatan untuk membawa reformasi ini kembali sejalan dengan semangat juang para pahlawan kita pendiri republik tercinta ini. Sri Sultan Hamengku Buwono X menamakan proses ini ‘restorasi’. Suatu proses di mana kita sebagai bangsa kembali kepada prinsip dasar perjuangan berdirinya Republik Indonesia.

Kita terus membangun Indonesia yang modern dan membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia, tapi juga tidak meninggalkan semangat perjuangan berdirinya bangsa ini yang tertera di konsitusi UUD ‘45. Sehingga dari Sabang sampai Merauke seluruh Bangsa Indonesia dapat merasakan bahwa republik ini adalah juga Land of Opportunity.

Dengan semangat ‘Bhinneka Tunggal Ika’ mudah-mudahan kita semua dapat membawa perubahan bagi Bangsa Indonesia menjadi negara yang merdeka, berdaulat, sejahtera dan disegani dunia.

George Iwan Marantika, Rektor Ukrim Yogyakarta
Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 2009

1 comment:

A Husein said...

Bumi Allah, belahan yang mana pun, adalah land of opportunity. Tapi bagi siapa dan untuk apa Dia 'menghamparkan' bumi ini? Banyak orang bicara tentang kebebasan dan akhirnya terpuruk pada perbudakan. Penghambaan diri pada dunia, yang hanya mereka tempati sementara.