Wednesday, November 17, 2010

Des Alwi Abubakar Berpulang


Salah seorang tokoh nasional, Des Alwi Abubakar, meninggal dunia Jumat (12/11) sekitar pukul 5 dini hari di kediamannya Jalan Taman Biduri Blok N 1/7 Permata Hijau, Jakarta Barat.

Menurut cucunya, Sharem, 25 tahun, almarhum masih mengobrol dengan keluarga semalam dan sempat bangun beberapa kali, sebelum didapati meninggal sekitar pukul 5 pagi.

Des Alwi, kata Sharem, baru pulang dari menjalani operasi by pass jantung di Rumah Sakit Cinere sekitar tiga minggu lalu. Dia pulang ke rumah kemarin untuk menjalani masa penyembuhan.

Tadi malam, Des sempat diberi obat penenang agar dapat tidur. Menurut susternya, kata Sharem, obat itu sesuai resep dari dokter.

Pihak keluarga saat ini sedang mengupayakan agar Des Alwi dapat dikebumikan di kampung halamannya di Banda Neira, Maluku. Hal itu sesuai dengan pesan almarhum sebelumnya.


Des Alwi lahir di Banda Neira, 17 Nopember 1927. Di Jakarta, ia terkenal sebagai pelobi tingkat tinggi dan simbol masyarakat Banda.

Sebagian orang menilai, kepiawaian Des Alwi dalam hal melobi hingga mendapat julukan pelobi tingkat tinggi dari petinggi nasional hingga internasional itu salah satunya hasil dari kebiasaannya bergaul dengan tokoh-tokoh tahanan politik yang dibuang ke Banda.

Des banyak belajar dari dr. Tjipto Mangunkusumo yang disebutnya sebagai Oom Tjip, Dr. Muhammad Hatta yang dipanggilnya sebagai Oom Kaca Mata, Sjahrir sebagai Oom Rir, Mr. Iwa Kusumah Sumantri dan beberapa anggota Sjarikat Islam Indonesia lainnya.

Erwin Z
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/11/12/brk,20101112-291371,id.html


Des Alwi: Saya Meninggal Nanti, Hari Jumat

Rabu lalu (10/11/2010), Des Alwi sempat kabur dari rumah sakit dengan membawa infusan.

Enam hari sebelum wafat, sejarawan Des Alwi sudah memberikan tanda-tanda akan pergi. Cucu Des, Farhas, mengingat hari-hari jelang ulang tahun ke-84 kakeknya itu.

"Malam itu dia bolak balik, dari tempat tidur, kursi roda, tempat tidur, kursi roda. Dia sempat bilang: Saya mau pulang dari rumah sakit, saya mati nanti di hari Jumat," kata Farhas mengulang perkataan kakeknya saat ditemui di rumah duka, Jumat 12 November 2010.

Des Alwi wafat Jumat subuh (12/11/2010) dan meninggalkan empat anak dan enam cucu. Rabu lalu, lanjut Farhas, kakeknya sempat mau kabur dari rumah sakit sambil membawa selang infusan. Untungnya, seorang suster memergoki dia tengah memencet tombol lift. Saat ditanya mau kemana, Des menjawab enteng,"Mau ke Surabaya, upacara hari Pahlawan."


Lalu, keesokan harinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat menelepon Des Alwi untuk menanyakan kabar. Dalam perbincangan itu, Des Alwi kembali melontarkan soal kematian. "Saya habis ini (meninggal)."

Semula, Alwi akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Namun, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Des Alwi sempat menyatakan permintaan terakhir untuk dimakamkan di kampung halaman, Banda Neira, Maluku.

Des Alwi merupakan peraih Bintang Pejuang 45, Bintang Pejuang 50 dan Bintang Mahaputra Pratama 2000.

Ita Lismawati F. Malau, Fina Dwi Yurhami
http://nasional.vivanews.com/news/read/188380-des-alwi--saya-meninggal-nanti--hari-jumat


Des Alwi, Pengumpul Dokumen Sejarah yang Handal

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto memiliki kesan mendalam kepada mendiang sejarawan Des Alwi. Des Alwi bukan sekadar pelaku sejarah, tetapi ahli sejarah pengumpul dokumen terbaik.

"Kalau tidak ada yang kumpulkan seperti beliau, saya rasa bisa banyak dokumen yang sudah hilang," kata Prabowo Subianto usai melayat di rumah duka di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Jumat 12 November 2010.

Menurut Prabowo, Des Alwi adalah sosok yang sangat patriotik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Sosok yang nasionalis, "seorang Islam yang baik dan mengayomi agama-agama lain," kata Prabowo.


Des Alwi merupakan pengumpul dokumen-dokumen sejarah yang cukup handal. Dari mulai dokumen berbentuk arsip sampai jenis film. "Dari zaman Belanda hingga Jepang. Lengkap," ujar dia.

Mantan calon wakil presiden ini menilai, Des Alwi sangat terkenal dan sangat diterima oleh semua komunitas di Maluku. Apalagi saat terjadi kerusuhan Ambon. Des Alwi dinilai turut berperan besar. "Beliau justru tokoh yang melindungi banyak komunitas lain. Kita kehilangan putra terbaik," ujar Prabowo sedih.

Des Alwi akan dimakamkan di tanah kelahirannya, Banda Neira, Maluku. Pemakaman secara militer oleh negara diharapkan bisa berlangsung lancar.

Ismoko Widjaya, Fina Dwi Yurhami
http://nasional.vivanews.com/


Fadel: SBY Panggil Des Alwi "Ayahanda"

Fadel dan Des Alwi memiliki satu proyek besar yang masih harus diselesaikan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad memiliki kesan mendalam dengan almarhum Des Alwi. Kenegarawanannya, kata Fadel, harus dijadikan panutan.

"Pak Presiden saja memanggil beliau Ayahanda," kata Fadel saat dihubungi VIVAnews melalui telepon, Jumat 12 November 2010. "Kalau saya memanggilnya Om," ujar Fadel.
Fadel menceritakan, kedekatannya dengan Des Alwi karena sama-sama berasal dari Maluku. Fadel, meski putra Gorontalo, dilahirkan di Ternate yang dulu bagian dari Provinsi Maluku. Sementara Des Alwi merupakan putra Banda Neira, tempat Bung Hatta dan Bung Sjahrir dibuang di zaman Belanda.

Kemudian, Fadel mengaku beberapa kegiatannya juga berkaitan dengan Des Alwi yang diangkat anak oleh Bung Hatta itu. "Saya hobi menyelam, beliau juga hobi menyelam. Kami pernah menyelam bersama termasuk di Banda," kata Fadel yang pernah jadi Gubernur Gorontalo itu.


"Kami semakin dekat lagi ketika acara Sail Banda digelar beberapa waktu lalu," kata Fadel. Des Alwi adalah orang yang berperan besar di balik kesuksesan acara internasional itu. Sementara Fadel adalah salah satu penanggung jawab acara itu karena dia adalah Menteri Kelautan.

Fadel mengaku, memiliki satu proyek besar bersama Des Alwi yang belum selesai dilakukan. "Kami ingin meluncurkan film detik-detik terakhir Bung Karno," kata Fadel. "Bagus sekali filmnya." Meski lebih dikenal sebagai diplomat, Des Alwi pernah menjadi Wakil Ketua Pusat Persatuan Film Indonesia antara 1984-1987.

Des Alwi meninggal pada Jumat 12 November 2010 dini hari dan jasadnya disemayamkan di rumah duka di Permata Hijau, Jakarta. Des Alwi merupakan peraih Bintang Pejuang 45, Bintang Pejuang 50 dan Bintang Mahaputra Pratama 2000.

Arfi Bambani Amri
http://nasional.vivanews.com/

1 comment:

Anonymous said...

Des Alwi manusia langka. Semoga Allah memberikan tempat yang baik baginya!