Sunday, December 21, 2008

Semua Ekonomi Dunia Serentak Ambruk

Injeksi Dana Tak Menolong
Kesalahan Serius Telanjur Terjadi,
Ratusan Miliar Dollar AS Modal Hengkang


Ekonomi global mengalami kontraksi 0,4 persen pada tahun 2009 dengan pola resesi yang lebih sinkron sepanjang sejarah. Resesi terburuk sejak 1960-an tak terhindarkan. Pemerintah dan otoritas moneter mencoba mencegahnya, tetapi kerusakan serius telanjur terjadi. Injeksi dana tak menolong.

Demikian diutarakan The Institute of International Finance (IIF) yang berbasis di Washington, Kamis (18/12/2008). IIF beranggotakan 375 lembaga keuangan dunia.

Direktur Pelaksana IIF Charles Dallara menyebutnya sebagai resesi terburuk dunia. Kontraksi ditandai dengan resesi sinkron di sejumlah negara. Resesi merujuk pada pertumbuhan yang menurun setidaknya selama dua kuartal berturut-turut. Meski derajat penurunan berbeda-beda dan titik awal penurunan berbeda- beda, ada satu hal yang terjadi jelas atau terjadi sinkron, yakni semua perekonomian di dunia sama-sama mengalami penurunan.

Sejak 1960-an, resesi di satu kawasan biasanya teratasi dengan pertumbuhan di kawasan lain. Sekarang hal ini tidak terjadi. Semua ekonomi dunia serentak ambruk.

Resesi tidak dimulai dengan penurunan permintaan swasta atau pemerintah, tidak diawali dengan penurunan pasokan barang. Resesi dimulai dengan kredit macet massal dan global. Kerusakan serius sistem keuangan dan perbankan telanjur terjadi.

Studi empiris menunjukkan resesi karena kekacauan sektor keuangan lebih besar potensinya menjungkalkan perekonomian.

Kekacauan lembaga kuangan tidak saja membuat aliran kredit seret. Kekacauan ini memacetkan pinjaman antarbank, memacetkan pinjaman untuk konsumen lewat penggunaan kartu kredit.

Kekacauan ini mengganggu kelancaran transaksi perdagangan, baik secara nasional maupun global. Episentrum kekacauan sektor keuangan ini terjadi di AS, mesin ekonomi dunia. Macetnya transaksi keuangan makin memerosotkan aktivitas ekonomi.

Pasar uang terganggu
Kekacauan juga menyebabkan terganggunya bursa saham dan pasar modal, dua sumber pembiayaan berjangka pendek dan berjangka panjang. Kekacauan ini mengimbas ke sejumlah negara.

Para penyedia modal atau pemilik modal, yang selama ini menjadi sumber pinjaman, memegang sikap hati-hati.

Hal ini yang membuat injeksi modal dan penurunan suku bunga tidak berhasil mencegah resesi. Ketersediaan pinjaman relatif murah dari Bank Sentral AS, bahkan hanya 0,1 persen dari Bank Sentral Jepang, tak mampu menggerakkan ekonomi.

Kantor berita Associated Press menuliskan, lembaga keuangan menimbun uang. Fenomena ini sudah terjadi sejak Desember 2007, yang menyebabkan resesi sudah mulai terjadi sejak tahun 2007.

Steven Hansen di situs Seeking Alpha mengatakan, dalamnya beban utang korporasi, pemerintah, dan individu di AS membuat keberadaan pinjaman murah bank sentral tak mampu lagi diserap.

Transaksi atau spekulasi di bursa dan penempatan dana di negara berkembang yang dianggap prospektif dihentikan atau dikurangi untuk sementara.

Presiden Argentina Cristina Kirchner terpaksa melakukan pencegahan pelarian uang, yang sudah terjadi sebesar 100 miliar-120 miliar dollar AS. Argentina mencanangkan, antara lain, pembebasan pajak bagi modal yang ditanamkan kembali ke dalam negeri.

Wakil Gubernur Bank Sentral Rusia Alexei Ulyukayev mengatakan, ”Sejak September sudah terjadi pelarian modal 80 miliar dollar AS atau bahkan akan mencapai 100 miliar dollar AS sepanjang 2008.”

Krisis ekonomi, di samping kekacauan sektor keuangan, membuat pemodal menarik dana dari negara berkembang dengan menempatkan ke lokasi yang dianggap jauh lebih aman.

Sebab itu, Philip Suttle, Direktur Analisis Ekonomi Makro IIF, mengatakan, data sejak 1950-an menunjukkan tidak pernah ada kontraksi ekonomi global. Namun, kini semua negara terimbas krisis.

Respons bersama
Dallara mengatakan, respons global yang terkoordinasi dibutuhkan untuk mencegah keadaan lebih buruk. Dallara memuji tindakan Pemerintah AS menurunkan suku bunga dan pencanangan stimulus ekonomi berupa penyiapan dana talangan 700 miliar dollar AS.

”Adalah penting bagi Eropa dan Jepang untuk melakukan hal serupa,” kata Dallara.

Namun, Jepang dan Uni Eropa tidak meluncurkan paket penyelamatan ekonomi selengkap AS. UE tidak mau karena khawatir peluncuran dana-dana itu akan mengalir kembali ke pasar uang AS, yang tidak tertata rapi, dan bahkan bisa dimainkan ke bisnis yang penuh tipu muslihat seperti yang terlihat dari skandal ”skema Ponzi”, yang diotaki Bernard Madoff, mantan ketua bursa saham AS, Nasdaq.
Ketua Komisi Urusan Moneter Uni Eropa Joaquin Almunia, mengatakan, 27 negara anggota UE mencanangkan dana stimulus 292,32 miliar dollar AS.

Namun, Uni Eropa memiliki rambu-rambu yang harus dituruti, yakni tidak boleh menjalankan defisit anggaran pemerintah melampaui 3 persen dari total produk domestik bruto. Gubernur Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet mengingatkan semua pemerintah untuk menghargai peraturan UE tentang peraturan anggaran yang dianggap aman.

KOMPAS, 20 Desember 2008

1 comment:

KULYUBI ISMANGUN said...

Ali bin Abi Talib,
“Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja,
Al-Qur’an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah.
Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga.
Dan Berkata kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat.”
Sabda Rasulullah S.A.W,
“Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain daripada agama, orang lelaki taat kepada isterinya, menderhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, orang dimuliakan kerana ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan karena takutkan Allah, maka kesemua itu adalah Tanda - tanda kiamat