Friday, October 3, 2008

Krisis Keuangan Global



Banyak warga kaya, yang mempunyai uang lebih, menanamkan dana lewat lembaga keuangan asing. Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam memilih produk investasi asing lewat agen asing adalah brand, yang dianggap jaminan mutu.

Di Indonesia, Citibank misalnya, dipersepsikan sebagai jaminan mutu di tengah rimba kegelapan, akibat minimnya pengetahuan warga kaya soal keamanan investasi. Postulat ini telah gugur, setidaknya untuk sementara dan setidaknya di mata sejumlah nasabah Citibak yang termakan “rayuan” untuk membeli surat-surat berharga terbitan Lehman Brothers.

Tigor M Siahaan, Direktur Pelaksana dan Manajer Bisnis Citibank Indonesia, mengatakan, Citibank bukan penjamin, tetapi hanya sebagai penjual produk Lehman (Kompas, edisi 24 September).

Ke depan, penyandaran kepercayaan yang didasarkan pada citra tidak bisa dilakukan lagi tanpa reserve. Bukti sudah banyak, citra, brand tidak lagi bisa dipakai secara membabi buta. UBS, Societe Generale, Lehman Brothers, AIG, Merrill Lynch, terbukti terjebak dalam investasi di sektor perumahan Amerika Serikat.

Nama-nama besar itu, kampiun keuangan dunia, tidak lagi bisa dipercayai begitu saja. Para nasabah dunia juga sudah ada yang menarik sebagian dananya dari pasar. Financial Times edisi 24 September, dengan mengutip Citigroups, menyebutkan 600 miliar AS dana telah ditarik pemiliknya dari pasar. Hal ini akan berdampak pada terganggunya aktivitas perekonomian global.

Kini pemodal hanya menanamkan dana di produk yang dianggap sebagai super aman karena tidak ada jaminan keamanan investasi.

Mengapa tak ada jaminan?
Sebuah revolusi ekonomi, dimulai dari era almarhum Presiden Ronald Reagan. Presiden ini meyakini, sesuai dengan opini Chicago boys (alumnus University of Chicago), pasar akan bergerak lebih dinamis dan fleksibel jika tidak diatur. Dengan kata lain, peran dan keberadaan birokrasi justru menjadi beban dan penghambat fleksibilitas pasar dan ekonomi.

Opini ini mengalahkan pandangan para ekonom MIT, yang memilih regulasi pasar. Alasannya, ada premis-premis yang tidak dipenuhi oleh pasar, yakni unsur kerakusan, yang bisa membuat pelaku pasar, termasuk pelaku di sektor keuangan, mengumbar nafsu, ingin meraup untung dengan berjudi di produk-produk spekulatif. Hal seperti ini dengan jelas pernah dikritik Joseph E Stiglitz, ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2001, ketika berbicara soal kemunafikan AS di pasar uang.

Muncullah dotcom-dotcom di akhir era 1990-an, yang dibuat jadi tambang untung, ternyata kemudian membuat dana-dana buntung. Lalu muncullah sektor perumahan AS, yang sejak 2001 dipoles sedemikian rupa seolah-olah menjadi sarana investasi paling menggiurkan. Terlalu banyak dana dialokasikan ke sektor perumahan hingga akhirnya jenuh. Harga rumah anjlok dan sebagian dana yang dialokasikan barangkali tak akan pernah kembali dan kemudian menjadi pemicu krisis.

Menurut Gubernur Bank Sentral Italia Mario Draghi, perbankan dunia membutuhkan suntikan modal sekitar 350 miliar dollar AS karena kerugian di sektor perumahan AS. Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss Kahn mengatakan, perbankan dunia membutuhkan suntikan modal baru sekitar 500 miliar dollar AS.

Menurut Draghi, tak semua bank berhasil mendapatkan dana tersebut. “Sejumlah perbankan akan bangkrut dan mungkin ada yang berhenti beroperasi,” kata Strauss Kahn.

Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan besar nasabah, termasuk nasabah di Indonesia juga akan menjadi korban, sebagaimana korban Lehman Brothers.

Pilihannya adalah, pikirkan kembali keamanan investasi Anda, atau tariklah dana-dana itu jika masih mungkin untuk sementara, dan relalah mendapatkan keuntungan yang lebih kecil, tetapi yang pasti dana selamat.

Alasannya, otoritas Indonesia juga tidak mengatur produk-produk, yang oleh media asing disebut sebagai toxic. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman Hadad, mengatakan, BI segera menerbitkan peraturan soal produk asing yang akan memberi panduan. Namun jangan lupa, BI hanya sebatas melakukan itu, bukan menjamin.

Jerman berang
Bukan hanya nasabah korban, Jerman pun berang dan menyalahkan AS yang dituding menyebabkan krisis keuangan global. AS membiarkan keserakahan demi meraup untung besar tanpa kontrol lewat pengaturan di pasar uang, yang menyebabkan praktik penipuan bermunculan.

“Krisis telah menyebabkan dua sisi Atlantik terjebak,” kata Menkeu Jerman Peer Steinbrueck seraya menambahkan, krisis itu akan membuat AS kehilangan status sebagai superpower sektor keuangan. Dia juga meramalkan, yen, euro, yuan akan menandingi reputasi dollar AS.

Begitu goyah dan rapuhnya sektor keuangan, sehingga Gedung Putih buru-buru mengajukan paket penyelamat sektor keuangan, dengan menyuntikkan dana 700 miliar ke korporasi keuangan AS yang sakit-sakitan. Hal ini mendapatkan perlawanan keras di Kongres AS, yang seharusnya segera melahirkan undang-undang untuk peluncuran penalangan itu.

Lagi, di harian Financial Times, edisi 24 September, George Soros, menulis secara terang-terangan, bahwa penalangan jangan diberikan begitu saja. Harus ada kejelasan bahwa korporasi keuangan tidak lagi melakukan kesalahan lama. Juga harus ada kejelasan bahwa dana talangan itu harus kembali suatu saat di kemudian hari.

Simon Saragih
KOMPAS, 28 September 2008

3 comments:

KULYUBI ISMANGUN said...

Masalahnya disebut kapitalisme
Terjemahan dari buku Esoteric Deviation In Islam – Umar Ibrahim Vadillo, Capetown 2003
Dunia mempunyai satu masalah dan itu disebut kapitalisme. Dunia tidak dapat melepaskan diri dari padanya. Pernah dicoba sekali tapi revolusi itu dibajak oleh marxisme, gagal dan di fahami. Kita tidak akan gagal karena kita percaya kepada Allah sedangkan Proudhon tidak. Freemasonry bukanlah tangan tersembunyi dari kapitalisme, tapi adalah suatu alat yang melayani kepentingan kapitalisme.Pertama filosofi toleransi, kemudian esoterisasi dari agama, membongkar kekuasaan dibelakang pelarangan riba.
Fremasonry memasuki dunia Muslim, tetapi kapitalisme lebih dulu masuk dengan pengaruh yang lebih merusak. Orang Muslim tidak tahu harus bagaimana bersikap menghadapinya.Perbankan adalah kekuatan yang besar sekali, dan tidak seorangpun dari penguasa waktu itu yang dapat menghadapinya. Akibatnya adalah tamatnya Khalifah.
Untuk seratus tahun kita tanpa Khalifa. Selama waktu itu perubahan telah diperkenalkan kedalam Islam, dalam dua front yang direncanakan untuk melumpuhkan Islam, satu-satunya kekuatan yang dapat mencegah kapitalisme dari pencapaian tujuan akhirnya yaitu negara dunia. Satu front adalah modernisme exoteris dan yang kedua adalah tradisionalisme atau keabadian esoteric
Keduanya dipengaruhi oleh freemasonry dan didorong oleh para freemason. Dalam zaman kita sekarang ini kedua front telah menjadi satu.Penyimpangan esoteris ini adalah persiapan untuk Islam memasuki fase akhir dari kapitalisme. Kita akan mencegah hal itu. Buku ini adalah langkah awal dalam membasmi penyakit yang telah berumur seratus tahun ini. Insha’allah. Keyakinan saya pada Allah
Buku ini akan menilai apa yang kita sebut penyimpangan esoteris, usaha sia-sia yang akan merusak Islam dengan ide-ide dan doktrin tertentu yang palsu. Tujuan kita adalah membersihka ruangan untuk membuat perlengkapan untuk meninggalkan kapitalisme. Kita tidak bermaksud menghancurkan bank, kita akan membuat bank ini tidak diperlukan. Ini adalah persiapan untuk perang melawan kapitalisme. Allah telah melarang riba dan karena itu telah menyatakan perang terhadap kapitalisme.Mulai sekarang dunia harus dan akan tahu bahwa Islam adalah musuh mematikan dari kapitalisme.
Untuk waktu yang lama di Barat, ilmu ekonomi telah menjadi dewa yang utama. Pialang dan bankir adalah pendeta pendeta tinggi. Paling tidak sejak Adam Smith mengemukakan idenya tentang tangan yang tidak tampak, dianggap bahwa bila seseorang pertama tama mencari kerajaan dari Mammon, maka segala hal (sosial, kebebasan individu, kesejahteraan unuversal) akan diberikan kepada anda, juga produk sampingan dari pasar bebas ( pernyataan pasar bebas itu sendiri kenyataannya tidak jujur seperti menyatakan bahwa prostitusi adalah cinta sejati). Ilmu ekonomi telah menembus semua segi kehidupan: ia mengambil alih politik, mengubah negara menjadi hanya suatu industri; ilmu pengetahuan dan informasi telah di privatisasi, dengan akibat yang menghawatirkan dengan mengetahui bahwa dari observasi dunia terhadap obat obatan yang kita pakai bersama adalah kekayaan perusahaan yang dapat di patenkan; dan agama-agama telah di ubah secara universal untuk menerima kapitalisme dan riba.Hanya Islam yang dapat menyelamatkan.
Agama2 lain? Apa itu agama2 lain? Toleransi telah menamatkan mereka pada waktu yang lalu. Mereka telah disaring, dikurangi dan disatukan diluar pengetahuan. Yang tinggal hanyalah dewa pribadi dan perasaan pribadi. Kita hanya akan mempunyai kerajaan kristen dan Khalifat Muslim, daripada suatu kekaisaran dunia Soros. Kejahatan adalah satu. Muslim hanya akan hidup bila kita berbeda dari orang kafir. Yahudi dan kristen telah berkembang di bawah Islam atau melawannya. Dan Atheis? Mereka adalah penghianat kristen pada jalan Islam.. Dewa yang tidak mereka percayai juga tidak kita percayai. Mereka telah mengatakan setengah pernyataan : “la ilaha”, yang tidak masuk akal, jika tidak anda tambahkan “illa Allah”
Kita menerima persamaan berikut: evolusi yang tidak terputus dari kapitalisme dalam lima abad yang lalu memerlukan penghapusan dari undang-undang tentang riba. Itu berarti penghapusan dari kekuatan normatif dari agama. Ini seperti mengatakan: “Hukum Allah tidak berlaku atau tidak universal” kepada orang Muslim. Implikasi moral dari perembesan kapitalisme adalah; “riba, meskipun dilarang oleh Allah, harus diterima”. Itu menyatakan, Muslim harus menerima kapitalisme. Ada tiga jawaban terhadap hal ini: menerima kapitalisme, menolak kapitalisme atau keduanya. Yang pertama hanya suatu penerimaan pasif dari kehidupan seperti dalam moto “agama tidak ada urusannya dengan ilmu ekonomi”; tapi yang terakhir paling berbahaya karena itu berarti penolakan diam-diam dari Islam yang disamarkan sebagai reformasi. Mereka menemukan “ekonomi Islam”. Reformasi ini dimulai oleh Al-Afghani, ‘Abduh dan Reda. Hal ini menuju kepada fundamentalisme Islam dan modernisasi Islam. Lambang mereka adalah “Bank Islam” , “konstitusi Islam” dan “negara Islam”. Islam pasca fundamentalis berarti penolakan kepada kapitalisme bersama dengan lembaga-lembaganya.
Esoterisasi Islam mempunyai rencana metafisis: monoteisme menggantikan Tauhid; dan rencana sosial: prinsip-prinsip Islam menggantikan Hukum Islam. Esoterisasi terjadi dalam beberapa tahap:
Tahap pertama esoterisisme terdiri dari penghapusan masa lalu: menghilangkan madhab-madhab (fiqh) dan Tasawwuf. Secara politik diwakili oleh oposisi terhadap Khalifate Osmanli, terutama Sultan Abdulhamid II Yang Agung.
Tahap kedua dari esoterisisme adalah fase pemanfaatan dimana Hukum Islam harus dinilai kembali secara menyeluruh dalam arti sosial, politik atau pragmatisme ekonomi. Sufisme yang benar dibuang dan Tassawuf baru mulai timbul dinyatakan sebagai Islam esoteris. Madhab lenyap dan satu set dasar-dasar Islam diaktifkan. Prinsip-prinsip Islam mengizinkan penerimaan asimilasi dengan masyarakat kafir: Bank Islam, negara Islam, bursa efek Islam, konstitusi Islam, asuransi Islam dst. Disamping mengakui bahwa Allah sangat berkuasa, mereka mengakui bahwa orang kafir Barat (yang dianggap jahat) pada kenyataannya lebih praktikal, dan mereka mau menyerah untuk meniru kekafirannya yang telah mereka katakan sangat membencinya ( misal: Republik Islam Iran).

Tahap akhir adalah tahap asimilasi. Keabadian adalah metafisik baru mereka. Persaudaraan manusia dan agama yang universal diterima secara luas sebagai doktrin Islam. Tasawwuf di esoterisasi dan diterima dan Shari’ah secara esoteris diperlunak dan dibuat siap untuk menjadi hak azasi manusia secara Islam.. Hal ini mengikuti secara implisit Declaration of Human Rights, dan negara dunia sebagai mesiah kafir baru. Secara progresif semuanya yang membedakan agama-agama dinyatakan sebagai ruang exoteris (external, accidental dan peripheral) sedangkan ruang esoteris (internal, esential dan central) menjadi sesuatu yang membawa mereka bersama -sama.
Kapitalisme memerlukan keseragaman dan kebebasan untuk riba. Esoterisasi menyediakan keduanya. Merangkul semua agama adalah tehnik penipuan mereka. Riba di tafsirkan ulang secara esoteris. Mula-mula dikurangi menjadi ‘bunga’ dan kemudian menjadi pernyataan moral dari ‘perdagangan jahat’. Riba tidak lagi suatu praktek nyata, tapi suatu prinsip moral. Dari menghadapi kejadian itu kita memproyeksikannya kedalam bidang etik dan moralitas, dimana prinsip-prinsip dan hak-hak menguasai kenyataan.
Keperluan dari suatu gerak ibadat yang murni telah dikurangi nilainya dan dicemarkan sesuai dengan pengertian praktis keperluan tsb. Kelakuan ini menyerupai kelakuan seseorang yang tidak percaya kepada Tuhan.Dalam hubungan ini penting untuk dicatat bahwa orang-orang penganut semua agama pada saat ini mengikuti cara hidup yang kurang lebih sama. Kita semua punya bank, uang kertas, membayar dibawah suatu sistim pajak yang makin homogen, dengan kartu identitas dan suatu sistim registrasi. Muslim, kristen dan yang tidak percaya kepada Tuhan pada dasarnya harus hidup dengan cara yang sama . Perbedaan dikurangi sesuai dengan moral pribadi dan sikap sexual, yang membentuk puritan atau liberal dialektik, juga kepada hari apa mereka akan pergi ke kuil. Moralitas di turunkan menjadi ‘aku mengerjakan apa yang aku bisa’. Kami mengusulkan suatu perubahan mental yang dibuat oleh penelitian manfaat dari ‘apa yang dapat kita kerjakan?’ Kita bisa berbuat jika kita menurut hanya kepada perintah Allah.
Perbuatan orang tidak dapat dinilai hanya dari keperluannya. Itu berarti kemenangan teknik dari kepatuhan terhadap Allah. Itu berarti kepentingan dari sistim bank lebih tinggi dari pada kepatuhan terhadap Allah. Seperti yang dikatakan oleh yang menyimpang: ” Allah yang paling berkuasa, tapi para bankir lebih praktis. Kita harus mengikuti sunna para bankir”. Ini suatu ironi dari dualisme mereka. Mereka menyebut bank adalah setan, tapi mereka cepat cepat meng-Islam-kan mereka (Bank Islam). Hal ini menunjukkan ketidak berdayaan visi mereka dan jelas menyebabkan mereka menyerah. Bank adalah lembaga yang dilarang oleh Allah dan untuk menerima mereka dan mencoba memasukkannya kedalam shalat kita berarti menyembah kepada sesuatu selain Allah. Hal ini biasa dihubungkan sebagai suatu yang praktis. Mereka berkata “kami praktis”, tapi mereka menipu diri sendiri. Dengan mengatakan bahwa mereka praktis adalah bukti ketidak berdayaan mereka yang berakibat ketidak mampuan bertindak sesuai dengan Islam. Satu ide yang paling umum pada cara berpikir secara esoteric adalah ‘kami tidak bisa menuruti perintah’ karena ada kekuatan-kekuatan lain yang melarang kami bertindak. Biasanya kekuatan-kekuatan ini dihubungkan dengan setan. Jadi setan itu-kata mereka- tidak mengizinkan mereka bertindak. Setan adalah semua musuh politik mereka. Tapi orang-orang ini tidak menyadari bahwa satu-satunya rintangan yang ada adalah diri mereka sendiri. Buktinya adalah ketika akhirnya mereka diberi kesempatan untuk bertindak mereka meniru setan yang mereka benci : Bank Islam. Mereka pikir bahwa sesuatu yang halal adalah tidak mungkin, dan pengertian ini membutakan mereka.
Tindakan Muslim adalah kepatuhan kepada Allah, dan kepatuhan ini ada di atas segala tujuan (keperluan). Kepatuhan adalah tujuan itu sendiri.Patuh kepada perintah Allah mengatasi segala keperluan. Hal ini bebas dari prasyarat dan segala ikut campur pengaruh pribadi.Bertindak dalam kepatuhan tidak terhalang oleh keterbatasan seseorang. Bertindak dalam kepatuhan adalah menginginkan apa yang diinginkan Allah. Seseorang yang patuh kepada Allah dapat dengan seketika menghilangkan sistim bank. Sistim bank tidak punya kekuatan dimata seorang Muslim.Sistim bank hanya punya kekuatan dimata pengguna esoteric atau exoteric. Ini suatu kegilaan.
Kemenangan seorang Muslim adalah kepatuhan kepada Allah. Kepatuhan dan hanya kepatuhan, memberinya perasaan apa itu shalat dan kemudian ia dapat menghormati hadiahnya. Tanpa kepatuhan shalat menjadi ritual dan kebudayaan dan mesjid menjadi kuil Jum’at terpisah dari kegiatan sosial ekonomi.
Pragmatisme adalah khayalan yang menipu diri sendiri dan ini berada dalam inti etik kemanusiaan. Ini adalah hasil dari metafisik Kantian, metafisik dari alasan praktis yang menerima arsitekturnya dari alasan murni, dan teori yang menentukan jalan ke praxis. Ini adalah metafisik dari prinsip-prinsip objektif dan subjectif. Pembebasan dari perangkap yang mendasar ini adalah suatu pencapaian Islam. Hasilnya adalah Muslim bisa patuh, dapat berdagang dengan benar, dapat berjuang di jalan Allah, dan dengan begitu bisa sembahyang. Dan ini yang kita inginkan.Kafir telah melarang kepatuhan kepada Allah, menghilangkan perniagaan, perkelahian diluar hukum fisabillillah, dan mengurangi sembahyang sesuai keperluan. Tapi Allah adalah aktor sejati dari sembahyang yang benar. Allah berkata dalam Qur’an: “Kamu tidak melempar, yang melempar itu adalah Allah yang melempar”. Allah juga mengatakan:”Perangi mereka! Allah akan menghukum mereka melalui tanganmu”. Tujuan hidup kita hanya memuja Allah. Kewajiban kita adalah Mengikuti perintahNya dan Allah dengan jelas mengatakannya dalam Qur’an: (Qur’an 33, 1-3).
Humanisme dengan kekuasaan legalnya, hak azasi manusia, pura-pura menolong agama-agama, kenyataannya menghapuskan semuanya. Tapi ini tidak berarti tidak ada lagi agama sama sekali. Agama baru adalah sistim perbankan. Dia memerintah dengan sistim yang berdasarkan mata uang buatan. Sistim perekonomian dunia dimana setiap orang harus menggunakan US Dollar adalah jelas suatu tirani terhadap semua bangsa lain di dunia, dan terutama Muslim. Semua grup politik dan perserikatan Muslim yang dalam seratus tahun terakhir telah mendukung sistim uang kertas, tidak peduli apa yang dikatakan mereka, telah mendukung sistim tirani yang dipakai oleh orang kafir menguasai dunia. Pengertian mereka tentang Islam disimpangkan karena mereka tidak dapat memahami apa yang tidak dapat diterima oleh Shari’ah, dan alasan untuk itu adalah mereka telah tercemar oleh pragmatisme kebutuhan yang sebenarnya adalah hasil dari metafisik esoterik. Ini adalah cerita seratus tahun fundamentalisme. Mengapa para fundamentalis telah tidak berhasil dalam seratus tahun terakhir? Mengapa mereka telah dikalahkan dalam setiap segi politiknya? Karena mereka tunduk kepada agama modern, riba.Pembentukan bank Islam menunjukkan sifat jahat dari kepercayaan mereka. Grup ini sama dengan grup pseudo-Sufi ( pseudo artinya palsu) yang mendukung riba sebab mereka pikir bahwa riba tidak akan mempengaruhi ‘transendental’ mereka.
Selubung moral baru telah menggantikan kekuatan normatif dari agama-agama. Hak azasi manusia, toleransi dan demokrasi adalah bendera moral yang digunakan untuk mengatur dunia. Mereka mengajukan ceramah palsu. Dengan latar belakagan tidak seorangpun dapat menanyakan sifat moral dari riba, saham atau uang kertas.Mereka sudah pasti, tidak dapat dibantah, tidak dapat disangkal. Kepastian mutlak dari riba ini , meskipun oleh kritik dari kapitalisme (Marx menerima riba seperti juga Friedman) membuktikan dasar suci dari kapitalisme.
Kapitalisme adalah gaya hidup utama saat ini dan jalan keluarnya hanyalah Islam. Islam adalah jalan dari semua penganut, adalah satu-satunya strategi yang tidak hanya menentang tapi menawarkan cara lain terhadap sistim kapitalis. Kapitalisme seluruhnya berdasar kepada riba, dan ini adalah kejahatan, karena begitulah yang ditetapkan oleh Allah. Muslim diminta menerima hak asasi manusia, toleransi dan demokrasi, tapi mereka tidak diminta untuk menerima kapitalisme, itulah yang sebenarnya.Seluruh perdebatan humanistik adalah suatu olok-olok untuk mnyembunyikan sifat jahat dari kapitalisme.
Kapitalisme tidak berperikemanusiaan, tidak toleran atau tidak demokratis. Tapi karena anda tidak dapat mengkritik bank dengan perangkat moral ini, jadi perangkat ini tidak cukup bagus. Semuanya tidak berguna. Riba telah memperbudak dunia dengan cara mengubah sifat uang, membuatnya se-akan akan produktif (bunga) dan seakan akan bernilai (fiat money). Tidak perlu dikatakan lagi, penilaian ini di atas dialektik palsu dari kiri dan kanan, dan kami menganggap sosialisme marxist adalah bentuk lain dari kapitalisme.
Pertempuran selanjutnya adalah antara Muslim melawan bank. Informasi sepihak berarti kebanyakan orang tidak tahu apa Islam itu dan penyelenggaraan pemerintahan Islam juga tidak memberikan contoh yang benar. Tapi Islam lebih besar dari pada itu yang menutupi-nya (kafir). Ketika Allah membuka gerbang Islam, orang akan mengerti dan mereka akan memeluk Islam dalam jumlah yang besar. Islam bukanlah kepunyaan orangArab, itu benar-benar agama dunia dan kita akan membutuhkan orang baru untuk menghadapi tantangan ini bersama dengan orang orang Arab terbaik.
Bila riba diizinkan tidak akan ada pemerintahan Muslim yang muncul. Kekuatan ekonomi yang dikuasai bank melebihi kekuatan dari lembaga-lembaga sipil atau politik manapun. Karena itu setiap usaha untuk membangun masyarakat yang jujur dan sopan berarti secara tidak langsung penghapusan sistim bank dan menggantikannya dengan sistim keuangan dan pembayaran yang baru yang tidak menyangkut riba. Melawan kenyataan riba-kapitalis saat ini, hanya ada satu kenyataan lainnya yang dapat menghapuskannya, dan itu adalah Islam.
Untuk mengerti politik kita anda harus mengerti aksioma ini: Tidak mempunyai agenda ekonomi adalah mempunyai agenda ekonomi. Semua agama dan jalan spiritual yang tidak mempunyai agenda ekonomi mempunyai agenda ekonomi yang harus mempertahankan status quo saat ini dan karena itu harus mempertahankan kapitalisme. Semua agama dan jalan spiritual itu yang tercemar oleh esoterisasi tidak mempunyai agenda ekonomi, sebab dalam pandangan mereka hal ini tidak perlu. Kita melihat bahwa sikap esoterik mereka yang mendukung secara diam-diam kepada kapitalisme, dan karena itu kami tidak heran menemukan bahwa kapitalisme telah mendorong visi esoterik. Esoterisisme adalah agama bagian dalam dari kapitalisme, seperti kapitalisme adalah jalan hidup esoterisisme.
Bagaimanapun juga, Allah mempunyai agenda ekonomi untuk kita. Allah berkata dalam Qur’an (2, 274): “Allah telah mengizinkan perdagangan dan melarang riba”. Ini berarti Allah telah melarang perbankan. Karena itu apakah bank harus dihilangkan atau hukum Allah yang harus dihilangkan. Karena hukum Allah tidak dapat dihilangkan, berarti bank yang harus pergi. Lumrah bahwa bank akan melakukan apapun untuk mempertahankan keadaannya, termasuk mencoba melemahkan atau malah menghilangkan hukum Islam. Mereka akan membela diri dengan mengatakan bahwa agama Allah tidak perlu melaksanakan hukum Islam, itu artinya, bahwa pelaksanaan hukum Islam tidak penting untuk agama Allah; dengan cara lain mereka akan mengatakan bahwa pelaksanaan hukum Islam tidak memerlukan Allah, itu artinya, tidak memerlukan kepercayaan pada Allah dan itu bisa diubah atau disesuaikan dengan alasan praktis– ini adalah orang-orang yang akan mengusulkan bank Islam. Pada urutan pertama dipertahankan oleh grup esoteric dan kedua oleh grup exoteric. Meskipun kedua grup ini berada dalam konflik satu sama lain, pada kenyataanya mereka sama.
Dibawah topik populer hak azasi manusia, toleransi dan persaudaraan kemanusiaan, doktrin esoteric telah mendominasi semua ceramah palsu politik dan agama pada saat pembangunan cepat dari dunia ekonomi sedang terjadi. Agama telah dipaksa kedalam suatu proses homogenisasi dan introspeksi. Proses ini adalah esotercisation. Dan tidak ada lebihnya, kecuali pengertian terhadap mekanisme yang dipakai dalam proses ini. Proses ini sejajar dengan kebangkitan atau eksternalisasi dari kapitalisme, yang telah menyerbu tidak hanya keseluruhan geografis dunia tapi juga segala aspek keberadaan kemanusiaan Ide dari Filosofi Esoteric telah dipalsukan mencoba membuat sesuatu dari ketiadaan. Nama ini telah diberikan kepada sesuatu semacam sintesis antara ilmu, agama dan filosofi dimaksudkan untuk memberikan visi baru untuk membentuk kembali peradaban masa depan, budaya, politik dan ekonomi, atau menyelamatkannya selama dalam pembentukan kembali.Kepadanya telah diberikan sejarah, prinsip-prinsip, hukum dan juga nilai-nilai moral yang menyatakan akan menuju ke pembukaan potensi-potensi manusia. Dinamika dari esoterisisasi secara tidak langsung menunjukkan adanya suatu kepergian dari bidang kekuasaan dan masuk kedalam bidang kekuasaan. Kedua bidang kekuasaan ini disebut sebagai exoteric atau exterior dan esoteric atau interior.Kedua golongan ini digambarkan secara simbolis sebagai bagian luar lingkaran dan pusat lingkaran. Jadi apakah proses itu bergerak secara esoteris kearah pusat, yaitu esotericisation, atau secara exoteric kearah lingkaran, yaitu exotericisation.Pusat lingkaran adalah bidang kekuasaan dari esoterisisme dan konsep atau persoalan esoteric, dan lingkaran luaradalah bidang kekuasaan exotericisme dan konsep atau persoalan exoteric. Untuk menjadi esotericist atau exotericist telah ditentukan dari kedua dinamika ini. Karena itu esotericist adalah mereka yang memuja persoalan esoteric diatas persoalan exoteric, dan exotericist adalah mereka yang buta mengenai persoalan esoteric yang mengingkari mereka sementara itu memuja persoalan exoteric. Memahami bahwa ini adalah proses dinamis, salah satu dari mereka selalu bereaksi terhadap salah satu yang dominan.Dalam hubungan dengan esotericisasi, exotericisme adalah ‘reaksi’ dan sebaliknya. Apa yang dibicarakan disini bukanlah arah dari proses ini, apakah itu esoteric atau exoteric, tapi lebih kepada prosesnya sendiri.
Pertumbuhan dari kapitalisme memerlukan dan mencapai penghapusan nilai-nilai normatif agama, dan ini adalah proses esoteric, esotericisasi. Tanpa belas kasihan, agama-agama yang berbeda dan pengertian-pengertian mereka yang bertentangan telah dihapus karena agama-agama ini telah ditetapkan lagi dalam proses yang dapat digambarkan sebagai yang ‘bergerak’ kearah pusat yang tidak dapat di beda-bedakan. Ini adalah proses yang kita sebut esotericisasi. Meskipun proses ini dominan, setiap saat masa lalu kelihatan exoteric dan masa depan lebih esoteric. Reformasi kristen adalah esoteric dalam hubungan dengan keadaan sebelumnya, tetapi adalah exoteric dalam hubungan dengan ketuhanan; ketuhanan adalah exoteric dalam hubungan dengan keabadian. Dalam proses ini exotericisme adalah masa lalu dan reaksi terhadap masa depan. Reaksi ini telah dimanfaatkan sebagai konflik yang menutupi pertumbuhan kapitalisme. Cara menetapkan konflik ini, termasuk alasan-alasan konflik dan lapangan pertempuran yang dipilih, menguntungkan kapitalisme, lagi pula hal-hal itu memperkuat kapitalisme. Malah Perang Dunia II dengan menyedihkan dinyatakan oleh para ahli sejarah profesional dalam istilah pribadi-pribadi, dan sedikit atau tanpa usaha yang dikerjakan untuk memperjelas akibat utama dari perang: kelahiran kapitalisme keuangan modern. Berikutnya untuk melepaskan diri dari kapitalisme, perang harus di definisikan ulang. Kita akan meninjau hal ini kemudian. Yang penting adalah untuk menyadari bahwa kapitalisme memerlukan penghapusan semua agama lainnya atau esotericisasi terhadap mereka untuk menyatakan kekuasaan universal yang tidak dapat disangkal.Hanya kapitalisme exotericisme yang diizinkan. Kapitalisme sendiri dapat mengadakan upacaranya, sebab sendirian dia tidak dapat menimbulkan konfflik. Perdamaian kapitalis berarti dominasi sepenuhnya dari kapitalisme dan penghapusan dengan cara pengurangan dari agama lainnya.
Bila esotericisasi diterapkan terhadap Islam berarti secara tidak langsung putus dengan masa lalu, sering dinyatakan sebagai reformasi ‘jinak’. Ini kita fahami sebagai penyimpangan. Reformasi esoteric atau penyimpangan telah diterapkan kepada Shari’ah dan Tasawwuf.
Esotericisasi terhadap Shari’ah secara tidak langsung menyatakan pencarian untuk prinsip-prinsip yang terlihat sebagai simbol yang dipakai untuk merumuskan ulang hukum dalam hubungan dengan skala manusia atau kemanusiaan. Hukum kemanusiaan adalah perumusan esoteric dari hukum Islam. Kemanusiaan dilihat sebagai satu persaudaraan, ‘persaudaraan manusia’.Unsur-unsur perbedaan dalam Shari’ah Islam berangsur angsur dihapus dengan rumusan seperti ‘tidak ada paksaan dalam Deen’ atau ‘persaudaraan kemanusiaan’.Hal ini tidak dapat kita terima, karena hukum Islam tidak dapat direformasi, hanya masyarakat kita yang harus direformasi.Perumusan esoteric mereka mengganti atau mendefinisi ulang Jihad dan persaudaraan Islam.
Esotericisasi dari Tasawwuf menyatakan secara tidak langsung pemisahannya dari Shari’ah, untuk mengatakan, pendefinisian ulangnya sebagai ‘Islam esoteric’, sedangkan Shari’ah didefinisikan ulang sebagai ‘Islam exoteric’. Hal ini tdak masuk akal Islam, sebab ide Tasawwuf tanpa Shari’ah sama tidak berdasar seperti Shari’ah tanpa Tasawwuf. Esotericist menyatakan bahwa Tasawwuf mendukng ‘kesatuan trans cendental dari semua agama’ dalam dasar metafisik kepercayaan kepada Tuhan. Persoalan exterior yang berhubungan dengan kegiatan dan kewajiban dari kepercayaan kepada Tuhan kepentingannya dianggap nomor dua. Bidang kekuasaan absolut adalah metafisikal dan bidang pengikut adalah bersifat ritual
Simbolisme membolehkan esotericist untuk mengiyakan Islam padahal kenyataannya mereka mengingkarinya. Simbolisme membolehkan mereka mengatakan, ‘kami percaya kepada Allah seperti anda”, padahal kenyataannya mereka percaya kepada tuhan lain. Tuhan mereka dapat mempunyai beberapa nama. Ini suatu simbol. Dari beberapa segi anda dapat menemukan gambar yang berbeda. Adalah penting untuk difahami bahwa esotericist tidak menyangkal percaya pada Allah dan mereka akan mengatakan mereka adalah Muslim meskipun mereka menegaskan bahwa semua agama dan jalan spiritual percaya kepada tuhan yang sama. Beberapa freemason, contohnya, mengatakan bahwa mereka adalah Muslim bila mereka tinggal di negara Muslim dan mereka mengatakan bahwa mereka kristen bila mereka berada di negara kristen.Ini karena mereka melihat diri mereka sendiri diatas ‘interpretasi kaku’ dari agama. Freemason menerima semua agama dalam persaudaraan mereka dan mereka semua memuja apa yang mereka sebut ‘Arsitek Agung dari Alam’. Posisi tidak jelas ini lebih tidak jujur dari pada pengingkaran kepada Islam yang terbuka dan bermusuhan.Dengan alasan ini kita kemudian akan menelaah secara lebih detil sejarah dan kepercayaan golongan freemason.
Esotericist juga mengatakan bahwa mereka mendukung Shari’ah tapi pada saat yang sama ingin menyusunnya kembali, atau menguranginya, atau tidak menginginkannya disini atau sekarang. Mereka mengatakan mereka ingin menyelamatkan kemanusiaan, tapi jelas ini hanya dapat dicapai oleh mereka sendiri –grup yang terpilih.Semua penyusunan kembali mereka menuntun mereka kepada filosofi hak asasi manusia, toleransi dan persaudaraan kemanusiaan.’Shari’ah hasil penyusunan kembali yang harus tunduk kepada prinsip-prinsip esoteric ini bukanlah Shari’ah Islam. Ini adalah sesuatu yang baru tapi mereka ingin memakai nama Shari’ah. Lalu mereka menunjuk kepada lembaga dan perlengkapan kafir dan menambahkan nama Shari’ah. ” kami ingin Shari’ah Islam, kami ingin pemerintahan yang dkuasai Shari’ah”. Pada pengamatan apa yang mereka inginkan adalah versi penyusunan kembali mereka yang baru, lalu mereka berbicara tentang hak asasi manusia Islam dan toleransi Islam. Ketika mereka tidak dapat melebarkan Shari’ah lebih jauh, setelah mengingkari madhhab dan fiqh yang telah ada, mereka memohon kepada “jiwa undang-undang’ dan ‘prinsip-prinsip Islam’.Ini adalah teknik esoteric yang disebut simbolisme. Shari’ah digambarkan dengan simbol-simbol atau prinsip-prinsip yang membolehkan tingkat lebih lanjut dari interpretasi introspektif. Akibatnya mereka memperkenalkan penjelasan simbolis apa arinya Jihad dan riba.
Pada akhirnya yang jadi persoalan adalah dibelakang prinsip-prinsip Islam mereka dan hak asasi manusia Islam mereka adalah dorongan penuh mereka untuk mempertahankan sistim perbankan. Tugas mereka adalah untuk ‘mengislamkan’ bank, artinya mempertahankan kapitalisme dan lebih jauh membujuk Muslim untuk menerima kapitalisme. Mereka mnyangkal perbankan tapi merekan mengiakan perbankan Islam. Mereka mengiakan kejahatan kapitalisme tapi mereka siap untuk ‘mengislamkan’ kapitalisme. Menurut mereka bank bukanlah lembaga kapitalis , bank hanyalah sekedar servis. Menurut mereka kapitalisme adalah salah, tapi kapitalisme Islam akan dapat diterima. Kapitalisme Islam mereka adalah kapitalisme dengan nilai-nilai moral Islam, dimana bank Islam telah menggantikan bank bukan Islam. Menurut mereka riba adalah simbol yang, tanpa memperhatikan apa yang dikatakan oleh Shari’ah, berarti bunga. Akibat dari semua ini adalah bahwa kekejaman, intoleran dan praktek tidak manusiawi dari riba, yang artinya kapitalisme, dipertahankan oleh esotericisasi dari agama. Untuk alasan ini adalah sangat penting untuk mengenali mereka dan apa yang mereka katakan, dengan tujuan untuk segera mengenali bermacam muka dari satu kepercayaan umum. Kufr adalah satu sistim.
Ada unsur karakteristik lain dari esotericism: messianisme. Messianisme adalah pembebasan dari kegagalan saat ini dan tanggung jawab. Juru selamat Messianis yang datang untuk menyelesaikan semua masalah kita sekarang dapat mempunyai muka banyak dari Messiah kristen , ke Mahdi, demokrasi dan negara dunia. Dalam praktek dikatakan: ” jangan bertindak sekarang, kita menunggu”. Mahdiisme, dikatakan, menunggu Mahdi seperti dalam tindakan menangguhkan atau memperlambat atau mengecilkan hati keberatan saat ini dalam segala bentuk, adalah bagian dari apa yang kita sebut penyimpangan esoteric. Penggunaan secara politik dari doktrin shi’a dari ‘menunggu Mahdi’ sepanjang sejarah Muslim telah digunakan untuk membenarkan pemberontakan dibawah salah satu dari banyak Mahdi atau malahan lebih jelek lagi memperlambat pembentukan Islam sekarang karena “menunggu Mahdi”.

KULYUBI ISMANGUN said...

Kapitalisme, “The Satanic Ideology”
Kapitalisme yang saat ini menjadi sistem kehidupan yang diterapkan di banyak negara di dunia ini, sejatinya memiliki sejarah panjang nan gelap. Sistem kehidupan yang berakidah sekularisme ini telah menorehkan catatan berdarah dalam upaya penerapannya di banyak negara. Seperti disampaikan penulisnya pada bagian buku ini dengan mengungkapkan proses berdirinya negara Amerika dan Perancis. Di kedua negara tersebut, terjadi revolusi berdarah untuk mewujudkan sekularisme-liberalisme yang merupakan akidah dari Kapitalisme.
Di Amerika pada tahun 1775 meletuslah Perang Revolusi. Perang Revolusi ini berawal dari pertempuran Lexington dan Concord. Dan setahun kemudian (1776) Amerika mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris. Slogan-slogan Hak -hak Asasi Manusia diangkat dalam Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika yang ditulis oleh Thomas Jefferson. Thomas Jefferson dianggap juru bicara kebebasan manusia. (hlm., 45)
Di Perancis, pada tahun 1789 pecah Revolusi Perancis yang mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”. Sistem Feodal dihapus dan diproklamasikan Hak-hak Asasi Manusia. Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette dieksekusi bersama ribuan penduduk Perancis lainnya. Sebuah revolusi ideologis yang sangat berdarah. (hlm., 46)
Berbeda dengan Islam, Revolusi Islam tanpa kekerasan dan darah. Rasulullah saw. ketika hendak menyampaikan Islam dan ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara, menjadikan jalan merangkul ahlul quwwah (pemilik kekuasaan) dari kabilah-kabilah dari Madinah yang melakukan haji ke Mekkah. Mereka diberikan pemahaman tentang ajaran Islam dengan cara yang sangat baik. Setelah Baiat Aqabah pertama (12 orang penduduk Madinah yang memeluk Islam berjanji dengan Muhammad saw. untuk tidak menyekutukan Allah Swt., tidak berzina, dan bentuk maksiat lainnya), Rasulullah saw. kemudian mengutus Mush’ab bin Umair untuk menyampaikan Islam ke penduduk Yastrib (Madinah).
Alhamdulillah, dakwah Mush’ab mendapat sambutan dari banyak penduduk Madinah (terutama kalangan tokohnya) hingga kemudian pada musim haji tahun berikutnya 75 rombongan dari Madinah (73 laki-laki dan 2 orang wanita), melakukan Baiat Aqabah II dengan Nabi Muhammad saw. Pada Baiat Aqabah kedua ini, Rasulullah saw. Bukan hanya membicarakan dakwah, tapi sekaligus menyusun strategi agar Islam bisa diterapkan sebagai pondasi sebuah negara. Atas pertolongan Allah, seluruh pemuka masyarakat dari Madinah ini menyetujui. Singkat kata, negara Islam berdiri di Madinah tak lama setelah Rasulullah saw. berhijrah ke sana. Subhanallah, inilah revolusi Islam yang tak perlu mengucurkan darah. Bahkan ketika futuh (penaklukan) Mekah pun, sama sekali tak ada darah yang menetes. Islam datang dengan damai. Jika pun terjadi pertempuran, itu lebih karena pihak musuh terlebih dahulu menantang Islam ketika Islam sudah menjadi dasar negara di Madinah. Tentu saja tantangan perang dari musuh-musuh Islam itu harus dilayani dengan mengangkat senjata pula sebagai pilihan logis supaya kedaulatan Islam tetap berdiri tegak.
Buku ini cukup bagus mengupas fakta dengan lengkap dan detil. Hanya saja, dari sisi bahasa, buku ini terasa “lurus” karena didominasi data-data yang sepertinya begitu saja dicantumkan tanpa dikemas ulang dengan gaya bahasa penulisnya. Sehingga membaca buku ini seperti sedang membaca kumpulan fakta yang disatukan dalam satu buku. Meski saling bertautan tapi rasa bahasanya kurang ‘hidup’. Namun demikian, hal ini tidak mengurangi bobot dari buku ini karena data yang dicantumkan sangat bagus dan diperlukan bagi para pejuang Islam yang berupaya menyerang Kapitalisme-Sekularisme ini. Bekal untuk dakwah dan mengemasnya kembali untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat secara umum.
Ada kabar gembira bagi Anda yang masih belum puas dengan membaca buku ini, karena el-Moesa Production dalam waktu dekat akan segera meluncurkan karya ini dalam bentuk visual, format VCD. Kita nantikan saja. Semoga buku dan VCD ini nantinya menjadi penyemangat dan penambah wawasan untuk menghancurkan bersama-sama the satanic ideology tersebut. Percayalah, meski Kapitalisme tampak digdaya saat ini dan diperjuangkan serta diterapkan banyak negara, tapi Kapitalisme dibangun di atas pondasi yang sangat rapuh. Menurut George Ritzer dan Douglas J Goodman (keduanya pakar sosiologi) menjelaskan dalam bukunya (Modern Sociological Theory) bahwa Kapitalisme cenderung menaburkan bibit kehancuran bagi dirinya sendiri. Ya, Kapitalisme memang sudah cacat sejak lahir. Jadi insya Allah seharusnya akan lebih gampang untuk menguburnya. Allahu Akbar!

KULYUBI ISMANGUN said...

Merekonstruksi Sistem Ekonomi Islam

Problem utama ekonomi menurut Islam adalah perolehan manusia terhadap alat pemuas, atau bagaimana setiap individu bisa memperoleh alat pemuas yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Beranjak dari asumsi ini, masalah mendasar yang dibahas di dalam sistem ekonomi Islam adalah, bagaimana cara mendapatkan kekayaan, mengembangkannya, dan mendistribusikannya. Dari sini pula dapat ditarik kesimpulan bahwa asas ekonomi Islam adalah: kepemilikan, pengelolaan, dan distribusi kekayaan. Pada dasarnya, Islam telah membedakan antara ilmu ekonomi dengan sistem ekonomi. Ilmu ekonomi yang lingkup pembahasannya adalah, bagaimana cara memproduksi barang dan jasa, peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja, dsb, adalah sesuatu yang bebas nilai (free of value); Islam tidak turut campur dalam masalah semacam ini. Adapun mengenai sistem ekonomi, yang membahas bagaimana cara memperoleh kekayaan, mengelola kekayaan dan mendistribusikan kekayaan, Islam memandangnya sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai dan terkait dengan pandangan hidup tertentu. Oleh karena itu, Islam menetapkan solusi-solusi tertentu untuk mengatur masalah-masalah seperti ini. Politik ekonomi Islam selalu mengacu pada problem utama ekonomi, yakni jaminan terpenuhinya semua kebutuhan primer (basic needs) tiap individu masyarakat serta kemungkinan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekundernya. Politik ekonomi Islam tidak ditujukan untuk sekedar meningkatkan GNP, tetapi bagaimana agar setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya sekaligus, jika memungkinkan, mereka bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekundernya. Sistem ekonomi Islam disangga oleh tiga asas utama yakni: konsepsi tentang kepemilikan, pengelolaan, dan distribusi. 1. Konsep Kepemilikan Islam memandang bahwa semua yang ada di langit dan bumi adalah kepunyaan Allah. Allah Swt. Telah mengizinkan manusia untuk memanfaatkan semua yang ada di langit dan di bumi ini. Hanya saja, ketika seorang individu hendak menguasai kekayaan secara langsung, ia wajib terikat sebab-sebab yang menjadikannya sah memiliki kekayaan tersebut. Selain itu, Islam juga menjelaskan batas-batas kepemilikan kepada manusia sehngga mereka bisa memahami kekayaan mana yang boleh dikuasai oleh individu, umum, dan negara. 2. Konsep Pengelolaan Kepemilikan Kejelasan konsep kepemilikan sangat berpengaruh terhadap konsep pemanfaatan harta milik. Pemanfaatan pemilikan adalah cara—sesuai dengan hukum syariah—seorang Muslim memperlakukan harta miliknya. Pemanfaatan harta dibagi menjadi dua topik yaitu pengembangan harta dan pembelanjaan harta. Pengembangan harta adalah upaya-upaya yang berhubungan dengan cara dan sarana yang dapat menumbuhkann pertambahan harta. Islam hanya mendorong pengembangan harta sebatas pada sektor riil saja; yakni sektor pertanian, industri dan perdagangan. Islam tidak mengatur secara teknis tentang budidaya tanaman atau tentang teknik rekayasa industri. Namun, Islam hanya mengaturnya pada aspek hukum tentang pengembangan harta dan distribusinya. Pada sektor pertanian, misalnya, Islam melarang seorang Muslim menelantarkan tanahnya lebih dari tiga tahun, larangan menyewakan tanah, dll. Dalam bidang perdagangan, Islam telah mengatur hukum-hukum tentang syirkah dan jual-beli. Demikian pula dalam hal perindustrian, Islam juga mengatur hukum produksi barang, manajemen dan jasa, semisal hukum perjanjian dan pengupahan. Islam melarang beberapa aktivitas pengembangan harta, misalnya, riba—nashi’ah pada perbankan dan riba fadhal pada pasar modal—menimbun, monopoli, judi, penipuan dalam jual-beli, jual-beli barang haram dsb. Adapun pembelanjaan harta adalah pemanfaatan harta dengan atau tanpa ada kompensasi. Islam mendorong umatnya untuk menginfakkan hartanya untuk kepentingan umat, terutama pihak yang sangat membutuhkan. Islam telah melarang penggunaan harta pada hal-hal yang dilarang oleh hukum syariah seperti riswah (sogok), israf, tadzbir, dan taraf (membeli barang atau jasa haram), seta mencela keras sikap bakhil. Pelarangan pemanfaatan harta pada jalan-jalan tersebut ditujukan agar harta benar-benar bermanfaat sekaligus untuk melenyapkan pembengkakan biaya, akibat adanya suap, pungli, dsb. 3. Konsep Distribusi Kekayaan Islam telah menetapkan sistem distribusi kekayaan di antara manusia dengan cara: (1) Mekanisme Pasar, yaitu bagian terpenting dari konsep distribusi. Akan tetapi, mekanisme ini akan berjalan dengan alami dan otomatis jika konsep kepemilikan dan konsep pemanfaatan harta berjalan sesuai dengan hukum Islam. Agar mekanisme pasar bisa berjalan normal, Islam melarang praktik-praktik haram yang bisa menganggu stabilitas mekanisme pasar seperti penimbunan, riba, spekulasi, serta sektor-sektor ekonomi non riil. (2) Transfer dan Subsidi. Untuk menjamin keseimbangan ekonomi bagi pihak yang tidak mampu bergabung dalam mekanisme pasar—karena alasan tertentu seperti cacat dan idiot—Islam menjamin kebutuhan mereka dengan berbagai cara, di antaranya dengan zakat, pemanfaatan harta kepemilikan umum oleh rakyat, subsidi pemerintah, pembagian tanah, dll. Untuk menunjang jalannya aktivitas ekonomi, Islam juga telah menetapkan sejumlah ketentuan hukum. Dalam bidang moneter, Islam akan menerapkan sistem dinar dan dirham. Dalam perdagangan luar negeri, Khilafah Islamiyah akan turut campur dan mengontrol sepenuhnya perdagangan dengan negara lain. Khalifah berhak untuk mencegah keluarnya komoditas tertentu ke luar negeri dan komoditas mana yang diperbolehkan. Negara juga berhak mengontrol pelaku bisnis kafir harbi dan mu’ahid.