Friday, December 27, 2024

Pak Gun, Kesederhanaan Guru Besar dan Sang Khatib


Jalan Kauman Jogja, 1992. Rapat rutin Rabu malam berlangsung di kantor Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) DIY. Sebagai pengurus baru ikutan aku menyimak pembicaraan para senior yang selalu hangat. Beberapa dari mereka aku kenal sebelumnya. Mereka kakak kelasku di SMA Muhi, seniorku di IPM, atau orang Kauman dimana aku pernah kos beberapa waktu. Ketua kami Kang Azman dan Kang Isnawan misalnya adalah alumni Muhi orang Kauman. Tetapi satu pengurus masih baru bagiku. Beliau humoris tetapi ketika berbicara selalu konseptual. Maklum beliau juga akademisi. Tentang beliau aku bercerita kali ini. Tentang seorang tokoh yang multi talenta tetapi tetap bersahaja. Nama lengkapnya Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM, ASEAN Eng. Selanjutnya dalam tulisan ini aku tulis Pak Gun saja.

Aku kenal Pak Gun agak belakangan. Meski kami sesama alumni Muhi dan beliau juga orang Kauman. Beliau terlalu senior di atasku. Ketika aku masuk Muhi pada 1982 beliau sudah lama lulus dan kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Ketika kos di Kauman dan menjadi jamaah Masjid Gedhe pada era 1984-1985 aku belum lagi kenal beliau yang juga jamaah aktif Masjid Gedhe. Ketika aku aktif di IPM di Jogja beliau sudah menjadi aktivis IMM di UGM. Ketika aku menjadi dosen baru di Fakultas Agama Islam UMY beliau sudah menjadi dosen senior dan pimpinan di Fakultas Pertanian UMY. Pemuda Muhammadiyah menjadi ajang yang mendekatkan aku dengan beliau. Meski belum dekat-dekat amat. Beliau kan pengurus senior dan aku baru anak bawang yang masuk gerbong kepengurusan di tengah periode berjalan.


Tetapi belakangan beberapa irisan kegiatan membuat aku merasa lebih dekat dengan Pak Gun. Misalnya di Majelis Pustaka PP Muhammadiyah dimana aku anggota ikutan dan Pak Gun wakil ketuanya. Ketuanya adalah senior kami Pak Abuseri Dimyati yang juga dekanku di FAI UMY. Kedekatan personal membuat Pak Gun mempercayakan penyelenggaraan qurban beliau sekeluarga padaku. Selama bertahun-tahun sapi qurban keluarga beliau sebagai warga Kauman disalurkan ke jamaah Masjid Darussalam Ngampilan tempat aku lama berdomisili. Uniknya beliau sekeluarga terkadang tidak mengambil bagian sohibul qurban. Sepenuhnya diserahkan kepada jamaah. Setelah aku pindah domisili daging qurban keluarga Pak Gun menjangkau jamaah kami di Masjid Iman Wijaya di Gonjen, Tamantirto, Ringroad Selatan Jogja. Bahkan sampai kini.

Pak Gun adalah tokoh multi talenta. Tentu saja beliau adalah seorang akademisi. Bidang keahlian beliau adalah ilmu tanah. Sejak awal beliau memang sudah memilih jurusan IPA di SMA Muhi. Pada 1979 beliau kuliah S-1 di Fakultas Pertanian UGM. Setamat dari UGM Pak Gun sempat bekerja di perusahaan perkebunan di Bengkulu. Sejak 1986 beliau masuk dunia kampus dengan menjadi dosen PNS yang ditempatkan di Fakultas Pertanian UMY. Pak Gun lalu melanjutkan studi S-2 di almamaternya dan memperoleh gelar Doktor dari Universitas Padjajaran Bandung. Di dunia kampus, Pak Gun banyak terlibat sebagai pimpinan dari level Prodi sampai Universitas. Pak Gun pernah menjadi Wakil Dekan, Direktur Pasca Sarjana, dan menjadi Wakil Rektor Bidang Akademik. Sejak November 2021 Pak Gun menyandang jabatan fungsional sebagai Guru Besar atau Profesor.

Pak Gun bersama teman-teman SMA MUHI Yogyakarta.

Pada periode 2017-2025 Pak Gun menjadi rektor UMY dua periode. Pada masa ini UMY menghadapi tantangan yang sangat berat. Kompetitor makin banyak. Sedangkan masyarakat tidak melihat kualitas berdasar akreditasi BAN. Mereka masih silau dengan status negeri sebuah perguruan tinggi. Maka calon mahasiswa baru PTS makin kecil karena dihisap hampir habis oleh perguruan tinggi negeri (PTN). Terutama PTN Berbadan Hukum. Maka sejak 2022, UMY dan semua PTS mengalami penurunan jumlah pendaftar mahasiswa baru. Tetapi Pak Gun menegaskan, UMY tetap optimis. Beliau berhasil meningkatkan kinerja banyak unit dan menjalankan efisiensi. Buktinya kinerja rata-rata unit mencapai 80 persen dengan serapan anggaran hanya 66 persen. Pak Gun juga berhasil membawa UMY melewati masa-masa sulit akibat Pandemi Covid 19.

Selama dua periode memimpin UMY Pak Gun memiliki gaya kepemimpinan yang menarik. Bagi banyak dosen dan karyawan, pada periode pertama, Pak Gun memimpin dengan gaya keras. Beliau tidak segan menegur dosen maupun staf yang tidak fokus. Meski sebagai PNS beliau memimpin UMY seakan sebagai dosen yayasan yang hidupnya tergantung pada maju mundurnya UMY. Untuk itu beliau menetapkan IKS bagi setiap dosen, Prodi, Fakultas, maupun Universitas. Dengan sistem infromasi manajemen yang terukur, Pak Gun berhasil membawa UMY leading. Bukan hanya di level Jogja tetapi juga di level nasional. Tetapi pada periode kedua Pak Gun nampak lebih humanistik. Beliau berhasil membawa UMY siap berlaga pada level dunia dengan gaya kepemimpinan yang lebih lembut. Sisi kehangatannya sebagai pecinta seni lebih nampak.

Pak Gun yang multi talenta.

Sesungguhnya Pak Gun memiliki darah seni yang kuat. Dalam seni beladiri Pak Gun adalah pemegang sabuk hitam. Ini membuat beliau pemberani. Ketika ada gejolak mahasiswa Pak Gun tidak ragu untuk terjun langsung ke lapangan. Dalam seni suara beliau seorang pianis. Tentu beliau juga penikmat lagu. Grup band favoritnya adalah The Queen yang legendaris itu. Salah satu lagu favoritnya adalah Mustafa Ibrahim. Pada suatu waktu Pak Gun sebagai Rektor menghadiri acara di Sportorium UMY. Di hadapan ribuan hadirin Pak Gun dengan fasih menyanyikan sebuah lagu favorit. Darah seni ini nampaknya diwarisi Pak Gun dari ayahnya yang dikenal sebagai pencipta Sang Surya mars Muhammadiyah yang sangat menggugah. Maka sudah tepat pada periode Muktamar ke-49, Pak Gun dipercaya memimpin Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pak Gun terlahir sebagai anak tokoh. Tetapi tidak banyak orang tahu tentang ini. Ayah beliau H. Djarnawi Hadikusuma adalah tokoh Muhammadiyah yang lama berkiprah di jajaran Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Beliau pernah menjadi Sekjen maupun Ketua PP Muhammadiyah. Sebagaimana disebutkan di atas Pak Djarnawi adalah pencipta lagu Sang Surya. Tetapi Pak Djarnawi juga seorang politisi tangguh. Pada masa Orde Baru di kalangan keluarga besar Muhammadiyah berdiri partai politik Parmusi. Pak Djarnawi menjadi Ketua Umumnya. Tetapi ini tidak berlangsung lama. Kepemimpinan beliau dikudeta dan digantikan tokoh kontroversial yang bisa dikendalikan penguasa. Pak Djarnawi juga seorang intelektual dan penulis produktif. Tulisan serta buku beliau banyak dan bernas. Salah satu buku beliau yang aku koleksi berjudul Matahari-Matahari Muhammadiyah.


Pak Djarnawi sendiri juga anak seorang tokoh. Ayah beliau Ki Bagus Hadikusuma adalah pahlawan nasional. Ki Bagus adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah ketika Indonesia baru merdeka. Saat itu terjadi debat sengit di kalangan tokoh bangsa terkait dasar negara Indonesia. Ki Bagus dikenal sebagai perumus Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi jalan tengah dan menjadi rumusan Pancasila seperti yang dikenal saat ini. Jadi Pak Gun memiliki darah ketokohan yang tidak ditonjolkannya. Pada nama beliau tidak dicantumkan nama besar Hadikusuma yang berhak beliau warisi. Beliau bangga dengan namanya sendiri Gunawan Budiyanto. Di atas itu semua Pak Gun bergaya hidup sangat sederhana. Tentu untuk ukuran beliau sebagai seorang tokoh, Rektor, dan Profesor.

Masjid KHA Dahlan Kampus Terpadu UMY, Jumat 20 September 2024. Shalat Jumat dimulai, khatib naik ke mimbar, dan aku pun terkejut. Sang Khatib adalah sahabat senior yang sudah puluhan tahun aku kenal. Tetapi aku hanya tahu beliau sebagai akademisi, berjiwa seniman, dan bergaya komunikasi egaliter. Inilah pertama kali aku menyaksikan beliau khutbah Jumat. Isi khutbah beliau sangat berisi. Tentang Revolusi Industri R-4 dalam kaitannya dengan agama dan kemanusiaan. Bagiku ini kejutan karena kini beliau bisa aku panggil Pak Khatib. Beliau adalah Prof Gunawan yang aku ceritakan di atas. Beliau segera mengakhiri periode keduanya sebagai rektor UMY. Setelah sukses membawa UMY ke level dunia tentu beliau tidak kekurangan kesibukan. Banyak orbit lain yang siap menjadi ajang kiprah beliau. Salah satunya adalah menjadi khatib tetap Masjid Gedhe Kauman Jogja.

Gedung Pascasarjana UMY, 24 Desember 2024

Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si
Lektor Kepala Program Studi Magister Studi Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

https://www.facebook.com/mahli.tago

No comments: