Thursday, April 2, 2009

Ketegangan Baru AS - China


Sorotan AS atas Militer China

Kontroversi atas laporan Pentagon tentang kekuatan militer China memperlihatkan hubungan AS-China tetap menyimpan persoalan.

Pada permukaan, hubungan kedua negara raksasa itu terkesan membaik, antara lain oleh kerja sama ekonomi dan perdagangan. Namun, pada lapisan yang lebih dalam, hubungan bilateral tetap menyimpan sikap saling curiga.

Ekspresi sikap saling curiga itu antara lain terlihat pada laporan Pentagon tentang pengembangan persenjataan canggih oleh China, yang dinilai dapat mengubah keseimbangan kekuatan militer di kawasan Asia Pasifik, bahkan berimplikasi di luar kawasan.

Anggaran militer China tahun 2009 diperkirakan 70,27 miliar dollar AS. Sekalipun anggaran masih sekitar sepersepuluh dari militer AS, pengembangan kekuatan militer dan persenjataan China meningkat cepat dalam satu dasawarsa terakhir. Praktis anggaran menjadi dua kali lipat dalam satu dasawarsa terakhir.

Pengembangan persenjataan China, menurut Pentagon, antara lain diarahkan kepada persoalan Taiwan maupun gugus Kepulauan Paracel dan Spratly di Laut China Selatan, yang diklaim tumpang tindih oleh Brunei, Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Indonesia.

Atas laporan Pentagon yang mengejutkan berbagai kalangan itu, China membantah keras. China menilai laporan Pentagon sebagai distorsi besar. Laporan itu juga dianggap sebagai bentuk campur tangan urusan dalam negeri China, dapat mengancam hubungan serta kerja sama ekonomi dan militer kedua negara.

Selama ini AS bersama Jepang dan Australia merisaukan peningkatan pembangunan militer China karena dapat mengganggu keseimbangan kekuatan militer di kawasan Asia Pasifik. Kerisauan itu dinilai China tidak berdasar.

Namun, tak dapat dimungkiri, postur militer China memang meningkat cepat seiring dengan kemajuan pembangunan ekonominya. Kekuatan militer digunakan untuk menjaga jalur pemasokan bahan mentah maupun pengiriman produknya ke mancanegara.

Kelihatannya AS sebagai negara adidaya satu-satunya setelah Perang Dingin berlalu mulai terganggu oleh kiprah China dalam bidang ekonomi dan militer yang melesat tinggi. Tanda-tanda China akan segera menjadi negara adidaya sudah kelihatan jelas.

Sudah disebut-sebut pula, China akan mengambil alih posisi AS sebagai adidaya ekonomi dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun mendatang. Keyakinan itu seakan mendapatkan pembenarannya oleh krisis keuangan dan ekonomi yang sedang menerjang AS.

Kedua negara akan bertarung merebut pengaruh secara geopolitik dan geoekonomi. Tarik-menarik kekuatan dan kepentingan dua negara raksasa itu dikhawatirkan akan kembali membawa dunia ke dalam ketegangan baru.


Pengembangan Militer China Ubah Perimbangan

Upaya China mengembangkan senjata canggih berpotensi mengubah perimbangan kekuatan militer di Asia. Pengembangan militer itu juga bisa digunakan untuk memperkuat klaim China atas sejumlah wilayah sengketa di kawasan.

Demikian antara lain isi laporan militer tahunan yang dirilis oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon, Rabu (25/3). ”Angkatan Bersenjata China yang terus berkembang dan teknologi militer yang mengacaukan, seperti antiakses, nuklir, ruang angkasa, dan perang siber, mengubah keseimbangan militer kawasan dan berimplikasi di luar kawasan Asia Pasifik,” sebut laporan itu.

Pentagon terus mengkritik China yang tidak transparan soal anggaran militer sehingga berisiko menciptakan ketidakpastian dan salah perhitungan. Diperkirakan anggaran militer China tahun 2008 dua kali lipat dari anggaran satu dekade lalu.

China terus memodernisasi persenjataan nuklir dan mengembangkan armada kapal selam yang dilengkapi rudal balistik agar memiliki kemampuan serangan strategis lebih besar. Salah satunya, seperti dikonfirmasi laporan Pentagon, China telah membangun pangkalan baru Angkatan Laut di Pulau Hainan di Laut China Selatan yang mewadahi armada kapal selam.

Menurut Pentagon, China mengembangkan persenjataan yang bisa membuat negara itu melakukan operasi udara hingga ke Laut China Selatan. Kapal selam China juga bisa mendapat akses langsung ke jalur laut internasional vital.

Belum lama ini China mengklaim kedaulatan atas gugus Kepulauan Spratly dan Paracel. Kepulauan itu menjadi sengketa antara Brunei, Malaysia, Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Taiwan.

Pengacauan
Di Beijing, Pemerintah China mengkritik laporan militer tahunan Pentagon itu dan menyebutnya sebagai ”pengacauan kebenaran dan intervensi urusan domestik”.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Qin Gang, mendesak AS menghentikan laporan militer semacam itu jika tidak ingin merusak hubungan baik kedua negara. ”Ini adalah pengacauan fakta besar-besaran. China benar-benar menentangnya,” kata Qin.

Dia menekankan bahwa China mengembangkan militer untuk tujuan damai. Pengembangan itu dimaksudkan untuk mempertahankan wilayah China.

”Kami mendesak AS untuk menghormati fakta fundamental ini, meninggalkan mental dan bias Perang Dingin, dan berhenti membuat tuduhan tidak berdasar terhadap China sehingga tidak merusak lebih jauh hubungan militer kedua negara,” ujar Qin.

Baru-baru ini Washington menyatakan kapal AS, USNS Impeccable, yang didesain untuk melacak kapal selam, diganggu kapal China di perairan internasional. Kapal China itu membelok tajam sangat dekat dengan USNS Impeccable. China menuding AS memata-matai Pulau Hainan.

KOMPAS, 27 Maret 2009

No comments: