Konsistensi partai Golkar untuk tetap beroposisi atau tidak, akan dilihat masyarakat. Jika partai ini tak dapat memiliki ketegasan sikap serta tak melakukan pembenahan partai, slogan partai masa lalu akan menempel pada partai berlambang pohon beringin ini.
"Golkar kan masih punya nama besar, tapi kini semakin buruk," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito ketika berbincang dengan detikcom, Minggu malam (12/7/2009).
Menurut Arie, jika partai kuning ini tak segera menentukan sikap dan membenahi internal partai maka nama besar Golkar pun akan pudar. "Mereka (masyarakat) akan punya keyakinan Golkar adalah partai masa lalu. Sejarah Golkar akan pudar dan ini yang akan diambil alih oleh Partai Demokrat dan partai lain," jelas Arie.
Partai yang ideologis, lanjut Arie akan siap beroposisi dalam keadaan apapun, sebab yang dikejar adalah idealisme bukan survive-nya partai.
"Kalau partainya tidak ideologis tidak akan oposisi. Wong partai sekarang nggak ideologis, faktanya mereka cenderung pragmatis. Mereka tidak bicara idealisme tapi apa yang bisa ditempuh supaya partai mereka tetap survive," tandas Arie.
Ditanyakan apakah Golkar akan siap beroposisi, Arie menduga tidak akan siap sebab Golkar adalah partai konservatif yang tidak terbiasa menjadi oposisi. Gokar sudah terbiasa berkuasa sejak Orde Baru. "Saya nggak yakin Golkar akan siap oposisi, apalagi di dalam tubuh Golkar ada friksi tajam dan karakter Golkar nggak siap juga (menjadi oposisi)," tambah Arie.
Golkar Harus Sudah 'Turun Mesin' Bukan Sekedar 'Tune Up'
Partai Golkar dianggap akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Setelah mengalami kekalahan telak pada pemilihan presiden lalu dan juga friksi dalam tubuh Golkar yang tak kunjung reda, maka sangat dibutuhkan pembaruan untuk menghadapi itu semua.
"Golkar ke depan memang berat. Tata kelola di tubuh Golkar jika diibaratkan harus sudah turun mesin bukan tune up lagi. Kalau nggak ada pembaruan maka akan berat," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito ketika berbincang dengan detikcom, Minggu malam (12/7/2009).
Tak hanya internal partai, kedekatan Golkar dengan konsituennya juga dinilai mengalami gejolak. "Saya kira kedekatan kader Golkar dengan konstituen semakin pudar. Apalagi dulu Golkar besar karena dibantu Orde Baru, seperti tentara dan sekarang kan nggak lagi. Persaingan partai semakin meningkat, maka semakin kabur ikatannya (dengan konstituen)," jelas Arie.
Maka, lanjut Arie satu-satunya jalan untuk bertahan dan tidak kehilangan konstituen bagi Golkar adalah segera melakukan pembenahan internal. "Kuncinya pembenahan partai, bukan koalisi atau tidak koalisi (dengan pemenang Pilpres). Harus ada pembenahan manajemen. Kalau nggak, apapun itu tidak akan berpengaruh pada mereka (konstituen)," tandas Arie.
Senada dengan Arie, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Zulfikar Ghazali menyerukan secepat mungkin Golkar dan partai lainnya melakukan perbaikan internal.
"Refleksi buat partai, kalau terus menerus seperti ini mereka ke depan tidak akan diperhitungkan orang. Pembenahan mulai dari kaderisasi, rekrutmen, pendidikan politik, manajamen kepemimpinan dan seterusnya," saran Zulfikar.
Amanda Ferdina, detikPemilu, 13 Juli 2009
http://pemilu.detiknews.com/
No comments:
Post a Comment