Monday, January 4, 2010

Perjalanan Karier "Sang Kiai Kontroversial" Gus Dur


Abdurrahman Wahid, presiden Indonesia periode 1999-2001 yang meninggal pada Rabu (30/12/2009), adalah putera tokoh Nahdlatul Ulama, Wahid Hasyim. Presiden yang dikenal sebagai intelektual dan "kyai kontroversial" ini menjalani pendidikan tinggi di Mesir dan Irak. Dia kerap melontarkan komentar-komentar panas dari soal sepakbola Piala Dunia sampai isu pluralisme.

Soal komentar panasnya, misalnya, dia sempat menganjurkan umat Islam Indonesia mengganti sapaan "Assalamu ‘alaikum" dengan "Selamat Pagi". Soal orang-orang yang berkukuh melakukan tindakan kekerasan untuk membela agama, dia juga berkomentar enteng. "Tuhan tidak perlu dibela."


Riwayat Singkat Gus Dur
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Dia dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Walaupun Gus Dur selalu merayakan hari ulang tahunnya pada tanggal 4 Agustus, sebenarnya hari lahir Gus Dur bukanlah tanggal itu. Memang Gus Dur dilahirkan pada hari keempat bulan kedelapan. Namun perlu diketahui bahwa tanggal itu sebenarnya dihitung menurut penanggalan Islam, ia dilahirkan pada bulan Sya'ban, yang merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan Islam. Tepatnya ia lahir pada tanggal 4 Sya'ban yang bertepatan dengan tanggal 7 September 1940.

Ayahnya, KH Wahid Hasyim, mantan menteri Agama tahun 1949. Kakek dari jalur ayahnya adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Kakek dari jalur ibunya adalah KH Bisri Syansuri yang juga merupakan tokoh pendiri NU.

Setelah lulus SD di Jombang, ia lalu melanjutkan di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan Yogyakarta. Sambil belajar di SMEP, Gus Dur mondok di pesantren Krapyak Yogyakarta. Setamat SMEP, Gus Dur pindah ke pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah. Setelah 2 tahun di Tegalrejo, Gus Dur meneruskan ke Pesantren Tambak Beras di Jombang.

Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat haji dan melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir. Kemudian pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Universitas Bagdad di Irak, masuk di Fakultas Sastra, sampai tahun 1970.


Warna Budaya Gus Dur
Dari segi kultural, Gus Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, Gus Dur bersentuhan dengan kultur dunia pesantren yang sangat hierarkis, tertutup, dan penuh dengan etika yang serba formal. Kedua, kultur dunia Timur yang cair (manjing, ajur, ajer), kepriyayian namun juga abangan. Dan ketiga, budaya Barat yang liberal, rasional dan sekuler.

Kesemua budaya tersebut tampak merasuki dan mewarnai dalam diri pribadi Gus Dur. Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur secara tunggal. Semuanya bercampur dan berdialektika dalam diri Gus Dur. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan sulit dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme yang dipegangi komunitasnya sendiri.


Berikut ini perjalanan karier bekas presiden yang dulu juga hobi menjadi komentator sepak bola itu.

Nama:
Abdurrahaman Ad-Dakhil alias Abdurrahman Wahid

Tempat Tgl. Lahir:
Denanyar, Jombang, 4 Agustus (7 September) 1940

Orang Tua:
Wahid Hasyim (Ayah), Solechah (Ibu)

Istri:
Sinta Nuriyah

Anak-anak:
Alisa Qotrunnada, Zanuba Arifah, Anisa Hayatunnufus, Inayah Wulandari (Semua Perempuan)

Pendidkan:
Pesantren Tambak Beras, Jombang (1959-1963)
Departemen Studi Islam dan Arab Tingkat Tinggi, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1964-1966)
Fakultas Sastra, Universitas Baghdad (1966-1970)


Karir:
Pengajar dan Dekan Fakultas Ushuludin, Universitas Hasyim Asy’ari
Ketua Balai Seni Jakarta (1983-1985)
Pendiri dan pengasuh pesantren Ciganjur (1984-sekarang)
Ketua Umum PBNU (1984-1999)
Ketua Forum Demokrasi (1990)
Ketua Konferensi Agama dan Perdamaian Sedunia (1994)
Anggota MPR (1999)
Presiden RI (20 Oktober 1999-24 Juli 2001)
Ketua Dewan Syuro PKB


Penghargaan:
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.

Wahid ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004.

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.

Ia mendapat penghargaan pula dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.

Gus Dur juga memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru.

Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.


Doktor kehormatan
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan:
• Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
• Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
• Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)
• Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
• Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
• Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
• Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
• Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
• Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
• Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)

Sumber:
TEMPOInteraktif, detikNews, Wikipedia, VIVANews, dll.

No comments: