Monday, October 26, 2009

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Hatta Rajasa


Ir. M. Hatta Rajasa lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 18 Desember 1953, adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia sejak 22 Oktober 2009. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), dan Menteri Negara Riset dan Teknologi (2001-2004).

Masa jabatannya sebagai Menteri Perhubungan ditandai dengan beberapa kecelakaan transportasi yang menonjol, di antaranya musibah Mandala Airlines Penerbangan 91, Kecelakaan KM Digoel, Musibah KM Senopati Nusantara, Adam Air Penerbangan 574, dan Garuda Indonesia Penerbangan 200.

Pendidikan, Insinyur Teknik Perminyakan angkatan 1973 Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB) selama setahun, akan tetapi tidak dilanjutkan karena sibuk di Parpol dan menjadi Menristek.


Karir:
1977-1978: Teknisi Lapangan PT. Bina Patra Jaya
1980-1983: Wakil Manager teknis PT. Meta Epsi
1982-2000: Presiden Direktur Arthindo
1999-2000: Ketua Fraksi Partai Reformasi DPR-RI.
2000-2005: Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (DPP-PAN)
2001-2004: Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Gotong Royong
2004-2007: Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu
2007-2009: Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu (reshuffle)
2009-sekarang: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II

Pengalaman Tugas dan Kerja yang lain:
Vice Chairman of ITB Alumni, Jakarta Branch
Vice Chairman, Indonesian Petroleum and Geothermal Drilling Association (APMI)
Advisor, the Indonesian Petroleum Engineering Association (IATMI)
Member of International Petroleum Association (IPA)
Member of American Management Association (AMA)
Member of "Fokus Indonesia"
Member of Indonesian Electricity Power Society (MKI)
Founder of the Natural Resource Energy and Environment Foundation (ESDAL)


Sosok Politisi Negarawan Relijius
Ir M Hatta Rajasa, seorang pengusaha dan CEO sukses yang kini berkonsentrasi jadi politisi. Setelah masuk partai, semua perusahaannya kemudian dijual. Pria relijius penganut pluralisme dalam politik ini berobsesi menjadi politisi negarawan yang mendahulukan kepentingan bangsa.

Terlatih bekerja keras, jujur, mandiri dan bekerjasama dalam sebuah tim sejak kecil. Sebagai Sekjen Partai Amanat Nasional saat itu, ia dipercaya dan menunjukkan integritas dan kapasitasnya sebagai Menristek pada Kabinet Gotong-Royong dan Menteri Perhubungan pada Kabinet Indonesia Bersatu. Setelah reshuffle ia ditempatkan sebagai Menteri Sekretaris Negara, dan kini dalam Kabinet Indonesia Bersatu II ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Banyak orang tak menduga dia menjadi Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu. Sama seperti saat dia dipercaya menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kabinet Gotong-Royong. Demikian juga ketika sekarang dipercaya SBY menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Maklum, lulusan perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, diprediksi banyak orang lebih pas menjabat Menteri Enerji dan Sumber Daya Mineral. Namun, dengan kemampuan manajerial yang dimilikinya, jabatan apa pun dapat diemban dengan baik. Terbukti, ketika menjabat Menristek, ia antara lain berhasil mengangkat nama bangsa yakni ketika secara aklamasi terpilih sebagai President of The 46th General Conference of The International Atomic Energy Agency (IAEA), yang berlangsung 16-20 September 2002 di Vienna, Austria.

Sebagai orang partai (politisi) yang duduk dalam kabinet, pria berambut perak kelahiran Palembang, 18 Desember 1953 ini selalu berupaya menjalankan perannya secara optimal. Prof. Dr. M. Amien Rais, mantan Ketua MPR-RI yang juga merupakan tokoh PAN pernah mengatakan: “Untuk dapat membedakan antara seorang negarawan dengan seorang politisi adalah kemampuannya membedakan kapan ia harus berbicara atas kepentingan bangsa atau kepentingan partai. Jika hal ini dapat dibedakan maka sudah tidak ada masalah.

Hatta Rajasa memang sudah berulangkali dalam beberapa kesempatan baik secara lisan maupun dalam tulisan di beberapa majalah dan buku, menegaskan prinsipnya, mampu melepaskan diri dari kepentingan partainya manakala duduk sebagai pejabat negara. “My loyality to the party end when loyality to the state began,” ujarnya.

No comments: