Akan tetapi beberapa pembisik mendorong agar Soeharto terus lanjut memimpin. Bisikan maut “rakyat masih membutuhkan Pak Harto” menyebabkan “racun kekuasaan” tersebut akhirnya diminum.
Pada 1998 terjadi lah gelombang aksi yang tak terprediksi. Ketidakpuasan rakyat memuncak dan Pak Harto tak mampu mengendalikan kondisi ekonomi.
Akhirnya semangat reformasi berhasil menjatuhkan Bapak Jenderal dari singgasananya. Kekuasaan telah menemukan momen untuk akhir ajalnya. Turun dengan tragis dalam proses tuntutan hukum. Karena pertimbangan kesehatan maka penuntutan terhenti. SKP3 (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Perkara) dikeluarkan.
Setelah Jokowi dilantik, KPK dilemahkan dengan Revisi UU KPK. Nyatanya memang KPK lumpuh. Menghadapi kasus suap PDIP saja tampaknya KPK belepotan. Upaya menangkap Harun Masiku berputar-putar. Ceritanya jadi membosankan. Lebih tepatnya menjengkelkan, karena jadi kisah ajaib banyolan konyol yang sangat jauh dari akal sehat.
Jadilah kini tahun 2020 penuh dengan misteri. Misteri untuk berapa lama lagi beliau mampu bertahan. Orang dekat Presiden sudah mulai goyah. Moeldoko, Ketua KSP, ditarget Jiwasraya. Erick Thohir Menteri BUMN meramal dirinya tidak akan lama menjadi menteri.
Sri Mulyani bongkar rahasia soal sakit perut dan janji palsu Jokowi. Yasonna siap-siap mundur terbentur kasus Sompie. Denny Siregar sang pemuja Jokowi membuat sensasi dengan bernyanyi mengecam para menteri. Menyebut kinerja Jokowi di periode ini lebih buruk.
Ketika pembantu tak mampu diarahkan, para menteri berjalan sendiri-sendiri, pendukung rakus menikmati kue di berbagai posisi, maka sinyal akhir kekuasaan semakin mendekat. Jika andalan rezim Jokowi di periode kedua adalah China, maka kini China sedang bermasalah. Virus corona menjadi lawan prioritas. Jokowi coba melompat ke sana-sini hingga ke Timur Tengah. Tapi itu bisa tak berarti. Ia sudah terkepung dari semua sisi.
Tahun 2020 adalah tahun rawan bagi rezim. Analis moderat sudah sampai pada pernyataan “tidak akan kuat hingga 2024”. Sementara angin bertiup tak terduga. Jiwasraya menjadi pembuka malapetaka bagi “istana”. Kasus semakin banyak terbuka. Rakyat gelisah tak jelas akan dibawa ke mana oleh sang pemimpin. Bisa-bisa 2020 menjadi tahun Jokowi “hands up” dan tak mampu berdiri lagi.
Rakyat tentu berfikir mencari opsi yang terbaik. Negeri tak bisa dibiarkan tenggelam bersama kerakusan para penikmat kekuasaan.
M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik
Gelora News, 5 Februari 2020
No comments:
Post a Comment