Friday, October 28, 2011

Mengapa NATO Ingin Menjatuhkan Gaddafi ?


Ada beberapa fakta menarik bila kita mau menelisik lebih jauh atas situasi yang terjadi di Libya. Dalam pandangan Barat, Gaddafi adalah seorang diktator yang kejam dan konon mereka memiliki buktinya. Tetapi jika Anda belajar sejarah, maka Anda akan tahu bahwa dunia Barat tidak pernah mengusik dan mempermasalahkan para diktator, kecuali bila kepentingan dan agenda Barat mulai terganggu.


Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa NATO mengerahkan begitu banyak usaha untuk menjatuhkan Gaddafi? Apakah untuk membantu pengunjuk rasa dan kaum pemberontak? Mungkin, ya! NATO membantu pemberontak asalkan mereka sejalan dengan kepentingan Barat. Namun adakah jaminan di kemudian hari, kelak mereka tidak berubah menjadi lebih kejam dibanding Gaddafi?

Inti sebenarnya, Gaddafi telah dipandang sebagai ancaman terhadap kepentingan NATO di Afrika.


Mungkin tidak terlalu menyeramkan kedengarannya. Namun, alasan pokok kenapa sebagian besar Afrika merupakan negara-negara yang paling merana di Dunia Ketiga adalah karena mereka terlilit utang dengan jumlah yang besar kepada negara-negara anggota NATO. Dalam hal ini, Libya berusaha untuk membebaskan diri dari perbudakan siklus utang kepada Eropa yang tak berujung itu. Bukankah ini dapat dipandang sebagai suatu sikap yang tak menghargai Uni Eropa?


Hal itu, kedengarannya seperti contoh yang baik bagi negara-negara Afrika lainnya untuk mengikuti apa yang telah dilakukan Libya. Namun, ketika Afrika menjadi lebih sehat, berarti penyakit dan orang sakit jadi berkurang. Ini berarti, uang yang diperoleh Barat sebagai penyedia layanan kesehatan menjadi lebih sedikit. Dan keuntungan dari monopoli obat di seluruh benua Afrika pun jadi merosot.


Sepertinya aneh bila ada seorang diktator yang mau mendedikasikan dirinya dengan mendidik dan mencerdaskan rakyatnya. Bukankah para diktator pada umumnya tidak menginginkan penduduknya menjadi cerdas dan kritis? Dengan demikian, mudah untuk dikontrol? Bahkan jika pendidikan dalam rezim Gaddafi dianggap bias sekalipun, namun dengan menawarkan pendidikan gratis bagi warganya ke luar negeri ??? Bukankah hal ini bertentangan dengan tuduhan Barat bahwa Gaddafi tidak memungkinkan (tak memberi kesempatan) bagi warganya untuk meninggalkan negaranya ???


Apakah ada yang terkejut melihat fakta ini? Sepertinya tidak!

Namun, ibaratnya, “jerami telah mematahkan punggung unta,” dan memaksa NATO untuk bertindak kepada Libya dengan kekerasan militer.


Negara-negara Barat dapat berdiri tegak karena ditopang oleh negara-negara miskin di Afrika dan Amerika Selatan yang terbelakang. Inilah sebabnya mengapa mereka selalu menghalangi upaya pembebasan dari negara-negara miskin itu selama seratus tahun terakhir. Bahkan ketika mereka tidak dapat lagi secara langsung mengontrol bangsa-bangsa lain sebagai koloni, mereka masih tetap mengendalikannya melalui sarana ekonomi. Dan ketika sarana ekonomi itu gagal, berarti militerlah yang bertindak.


Faktanya, NATO telah mendominasi PBB. Mereka memegang kekuasaan yang paling menentukan dalam struktur kekuasaan dunia itu, dan mereka ingin tetap seperti itu selamanya.

Gaddafi berencana untuk hanya mau menjual minyaknya bila dibeli dengan mata uang Dinar (emas) Afrika. Dia juga jadi ujung tombak sebuah gerakan untuk meninggalkan Dolar dan Euro yang rencananya diganti dengan sistem pertukaran mata uang berbasis emas. Suatu hal lain yang jelas-jelas tak akan ditolerir oleh Barat.


Fakta lain yang mencurigakan, China menunjukkan dukungan bagi Uni Afrika. Sebuah langkah yang cerdas, karena Cina kemudian akan dapat menggunakan dukungan suara dari Uni Afrika untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan dalam struktur kekuasaan global. Itu hanyalah alasan yang kasat mata, namun lebih banyak lagi motif yang tersembunyi di balik pintu tertutup Negeri Tirai Bambu itu.


Jika Anda ingat, hanya beberapa tahun lalu, AS berusaha sebagai pemasok untuk menjual hasil industri militer mereka ke Libya. Ketika Libya tidak tertarik untuk membeli karena telah menyiapkan perjanjian perdagangan dengan Rusia dan Cina, maka tiba-tiba NATO menyediakan dirinya sebagai kepanjangan tangan atas kekecewaan AS dengan alasan untuk menghancurkan Gaddafi dengan cap diktator.


Perang di Libya, sebenarnya bukan tentang membantu para pemberontak. Karena para pemberontak sebenarnya adalah geng-geng kepanjangan tangan NATO dan Israel yang sama seperti geng-geng di Tunisia, Mesir, Yaman dan Syria.

Pada akhirnya, ini adalah tentang upaya mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan para bankir pemilik NATO yang tak ingin melepaskan cekikannya di seluruh dunia.

No comments: