Monday, April 18, 2011

Riwayat Hidup Rosihan Anwar


H. Rosihan Anwar lahir di Kubang Nan Dua, Solok, Sumatera Barat, 10 Mei 1922; adalah tokoh pers Indonesia, meski dirinya lebih tepat dikatakan sebagai sejarawan, sastrawan, bahkan budayawan. Rosihan yang memulai karier jurnalistiknya sejak berumur 20-an, tercatat telah menulis 21 judul buku dan mungkin ratusan artikel di hampir semua koran dan majalah utama di Indonesia dan di beberapa penerbitan asing.

Anak keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di Padang, Sumatera Barat ini menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar negeri, termasuk di Yale University dan School of Journalism di Columbia University, New York, Amerika Serikat.

Rosihan telah hidup dalam 'multi-zaman'. Di masa perjuangan, dirinya pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukitduri, Jakarta Selatan. Kemudian di masa Presiden Soekarno koran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup oleh rezim saat itu. Namun di masa peralihan pemerintah Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan sejak sebelum Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Sayangnya rezim Orde Baru ini pun menutup Pedoman pada tahun 1974-kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di leher para penerimanya.


Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai sekarang.

Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.


Rosihan Anwar menikahi Siti Zuraida Binti Moh. Sanawi, yang terhitung kerabat M. Husni Thamrin, pahlawan nasional dari Betawi, pada 1947. Pasangan ini dikaruniai tiga anak dan sejumlah cucu. Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.

Rosihan Anwar meninggal dunia Kamis pagi jam 08.15 WIB di Rumah Sakit Metropolitan Media Center (MMC) Jakarta dalam usia 89 tahun, diduga karena gangguan jantung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Rosihan_Anwar


Rosihan Dirawat Tiga Rumah Sakit Sebelum Wafat

Wartawan senior Rosihan Anwar, 89 tahun, sudah dirawat tiga rumah sakit dalam sebulan terakhir, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. "Iya dia sudah ke RS MMC, RS Medhistra dan RS Harapan Kita," ujar Alma Tania, cucu Rosihan yang ditemui usai keluar dari Kamar Jenazah, RS MMC Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (14/4)

Rosihan baru saja menjalani operasi jantung by pass sekitar 1-2 pekan lalu. Tapi, kata Alma, tiba-tiba tadi pagi tubuhnya terkulai. "Setelah makan, tiba-tiba napasnya sesak dan tubuhnya terkulai sehingga di bawa ke sini," kata dia.

Padahal, awalnya Rosihan sempat sarapan di teras. Lalu serangan terjadi di sana. Sarapan pagi tadi, merupakan sarapan pertama setelah operasi jantung di RS Harapan Kita. Pihak keluarga menduga kematian Rosihan karena sakit jantungnya tersebut.

Dianing Sari
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2011/04/14/brk,20110414-327387,id.html

No comments: