Tuesday, March 17, 2009

Sistem Keuangan Porak-poranda dengan Kerugian Triliunan


Memiliki mobil atau rumah tidak harus dengan uang tunai, tetapi bisa dengan mencicil. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama di dunia dengan mengandalkan pembayaran dari gaji. Hanya orang mapan yang bisa membeli segala kebutuhan dengan uang tunai.

Kegiatan mencicil seperti itu berjalan lancar. Tidak terdengar kebangkrutan massal perusahaan keuangan secara global sejak 1930-an. Ada sejumlah kasus kehancuran sistem keuangan di beberapa negara, tetapi tidak memberi efek domino kebangkrutan massal seperti sekarang.

Bukti lain, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan, tak pernah ada pertumbuhan ekonomi dunia yang negatif sejak Depresi Besar 1929.

Paul Krugman dan Joseph E Stiglitz, dua ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi, mengatakan, ada regulasi yang membuat bank dan lembaga keuangan memberi kredit dengan rambu-rambu yang aman. Jika sebagian kredit yang dikucurkan macet, ada perusahaan asuransi yang menjamin kemacetan itu. Jika bank bangkrut sekalian, ada perusahaan penjamin deposito.

Dengan sistem seperti itu, konsumen, nasabah, dan perbankan sama-sama merasa aman dengan kegiatan saling meminjamkan, termasuk kegiatan meminjamkan kepada perusahaan. Dari proses pinjam-meminjam ini terjadilah permintaan, yang menjadi inti pendorong aktivitas perekonomian.

Kegiatan seperti itu buyar untuk sementara. Nasabah dan konsumen tidak dipercaya atau tidak memiliki daya beli sebagian karena sudah dikenai PHK. Bank tidak punya dana, bahkan sudah bangkrut, dan ini terjadi pada bank-bank kaliber dunia, seperti UBS, Citigroup, dan ABN-AMRO yang sudah almarhum.

Ini merembet ke perusahaan dengan anjloknya, misalnya, penjualan mobil buatan General Motors, Ford, Toyota, dan Honda. Hampir semua kategori produk mengalami penurunan penjualan. Sebagian kartu kredit pun kini sudah sekadar kartu yang tak berdaya beli lagi.

Warren Buffett mengatakan, kepercayaan itu pilar dari sistem yang tidak akan jalan tanpa kepercayaan. Ketiadaan kepercayaan itu contagious, menular dan menyebar ke semua sektor dengan daya rusak yang besar.

”Shadow banking”
Mengapa keadaan menjadi kacau? Kegiatan shadow banking, ”bank-bank gelap”, merajalela dalam 25 tahun terakhir. Sebagian ”bank-bank gelap” adalah perpanjangan tangan bank-bank konvensional dan tidak disentuh oleh hukum karena memang tidak diawasi. Regulator ketinggalan kereta.

Michael Hiltzik, kolumnis di harian AS, The Los Angeles Times, pada 12 Maret menulis, terjadi cerita horor dalam sistem keuangan. Walau dikatakan ”bank-bank gelap”, perusahaannya tidak gelap. Lehman Brothers adalah perusahaan AS berusia di atas 150 tahun. Sejumlah bank dan perusahaan besar dan resmi lainnya di AS juga terlibat. AIG, perusahaan asuransi terbesar dunia asal AS, pun sudah mirip ”spekulan”.

Besaran bisnis kegiatan ”bank-bank gelap”, menurut Paul Krugman, sekitar 10 triliun dollar AS, lebih besar dari kegiatan bank-bank konvensional. Mereka menggantikan peran utama bank konvensional dan menjadi saluran utama proses pinjam-meminjam.

”Bank-bank gelap” menipu investor, nasabah, dan masyarakat, serta menipu sesamanya. Pemodal dibujuk untuk menanamkan dana di perusahaan mereka. Dana dikucurkan kepada siapa saja yang bisa ditubruk tanpa memerhatikan kemampuan pengembalian pinjaman. Sekitar 1,2 juta warga di AS, misalnya, bisa mendapat rumah dari kredit, yang tidak didukung pendapatan untuk mencicil di kemudian hari. Walau untung tak ada, eksekutifnya mendapat bonus besar, seperti terjadi pada Merrill Lynch. ”Horrific,” kata Krugman.

Masalah bukan hanya karena kucuran kredit berlebihan tanpa rambu-rambu. ”Bank-bank gelap” itu juga turut serta berspekulasi di bursa. Dana-dana yang mereka dapat dimainkan di bursa. Salah satu yang terkenal adalah dengan mengerek harga komoditas menjadi tinggi, seperti harga kedelai dan minyak, sebagaimana pernah dikatakan Steve Forbes, pemilik majalah Forbes.

Para eksekutif keuangan Wall Street meraup keuntungan pribadi tidak dari keuntungan perusahaan, tetapi menelan dana dengan mengorbankan nasabah. Ini terjadi pada kasus Bernard Madoff, penipuan tunggal terbesar dalam sejarah dengan kerugian 170 miliar dollar AS.
CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon, di New York, pekan ini, mengakui, perilaku seperti itu telah mengacaukan sistem keuangan. CEO HSBC Stephen Green mengakui, etika buruk sistem perbankan telah menjadi sumber kekacauan.

Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, jumlah uang yang lenyap akibat kekacauan di sektor keuangan sekitar 50 triliun dollar AS. Ini termasuk nilai kekayaan dunia yang lenyap akibat kejatuhan indeks-indeks di bursa global, bukan saja di AS.

CEO Blackstone Group LP Stephen Schwarzman, Selasa (10/3) di New York, mengatakan, 45 persen kekayaan dunia rusak akibat krisis kredit global. Jika dunia kehilangan 50 triliun dollar AS dana, bayangkan apa dampaknya untuk dunia dengan besaran produk domestik bruto (PDB) 60 triliun dollar AS?

Bagaimana memulihkan ekonomi dunia, kapan krisis akan selesai. ”Saya hanya bisa mengharapkan agar kita semua mendapatkan keberuntungan,” kata Krugman di National Press Club, Washington, Desember 2008. Pernyataan ini merefleksikan dalamnya persoalan, yang tidak bisa diprediksi kapan dan bagaimana menyelesaikannya.

Simon Saragih
KOMPAS, 14 Maret 2009

2 comments:

KULYUBI ISMANGUN said...

Kapitalisme betul-betul adalah sebuah sistem merusak disamping juga
punya nilai plus yaitu pertumbuhan luarbiasa bagi yg mampu
menjalankannya.. Ini sistem adalah pedang bermata dua....
mempercepat pertumbuhan ekonomi tapi juga mempercepat kiamatnya
bumi.. kita sedang berlari tunggang langgang menuju akhir dunia..
runaway world katanya Anthony Gidden..

Konsumsi adalah tujuan sistem ini.. tanpa konsumsi yg meningkat maka
tidak ada pertumbuhan, tidak ada akumulasi keuntungan, tidak juga
ada kemakmuran... Maka upaya melecut pertumbuhan adalah hal kunci
disistem ini... Itulah sebabnya negara-negara kaya terutama AS
menolak menandatangani protokol Kyoto thn 1997 lalu bahkan hingga
sekarang....

sebab efek utama dari dipatuhinya protokol ini adalah perlambatan
pertumbuhan ekonomi Negeri ini yg harus keluar biaya ekstra bagi
tiap perusahaan AS untuk meredam dampak polusi dan itu berarti
ongkos produksi akan lebih mahal dan berujung harga produk lebih
tinggi dan otomatis bisa kalah bersaing dipasar bebas... AS masih
tarik ulur sambil gencarkan melakukan riset ttg upaya meredam efek
polusi yg keluar dari negari ini.. misinya adalah gimana pertumbuhan
tetap tinggi sementara efek gas rumah kaca bisa teratasi....

Saya lihat hal ini akan mustahil dilakukan sebab hal ini adalah
bertolak belakang.. pabrik tiap detik kepulkan CO2 yg kalau tidak
itu sama artinya dgn bangkrut alias stop produksi..produsen
kendaraan tujuannya ingin produksi kendaraan sebanyak-banyaknya
sesuai dgn permintaan pasar, dealer pemasar juga ingin jual sebanyak-
banyaknya, pemakai semuanya bermimpi punya kendaraan pribadi yg
jikapun sudah punya masih ingin tambah model baru.. busyet...

Sementara udara panas diluar rumah akan memotivasi orang untuk beli
AC pendingin dan otomatis akan keluat hawa panas dari AC tsb tiap
rumah.. dan Ibu rumah tangga merengek-rengek pada suami supaya bisa
beli kulkas... paa, mama capek keluar masuk pasar tiap hari, beliin
dhonk kulkas biar mama belanja sekali seminggu saja... si papa yg
sayang istri harus putar otak dapatin duit kalau perlu korup asal
dapat kulkas, AC dan Mobil...adudududuuu... Dan semua produk ini
adalah penyumbang pemanasan global..

Sementara itu ditingkat atas, pemodal telah bikin sensasi dgn
terjadinya kenaikan harga BBM yg menyiksa orang kecil... Orang-orang
yg ada di bursa minyak telah mengendalikan proses permintaan
penawaran yg jadi kunci utama pergerakan harga minyak.... semakin
besar permintaan maka akan semakin gampang mereka bikin khawatir
pasar ttg kelangkaan pasokan, maka harga bisa dinaikkan seenak
udel... Dana luarbiasa besar bisa dipergunakan untuk menahan pasokan
yg ada ditangan hingga pasar kekurangan dan harga bisa ditentukan...

Maka bisa dikalkulasi kelemahan-kelemahan sistem Kapitalisme ini:
1. Kapitalisme dgn konsumsi Massal bisa mengkiamatkan bumi ini lebih
cepat dari jadwal..
2. Prinsip Permintaan-penawaran bisa dikendalikan oleh sekelompok
Invisible Hands dgn modal luar biasa besar..
3.Pasar bisa dibikin panik oleh permainan pasokan..
4. Tidak ada yg bisa kendalikan pasar kecuali pemodal besar...
bahkan Otorita AS juga mulai khawatir dgn kekuatan Hedge Funs dan
pengelola dana Investasi yg butuh penyaluran modal.
5. Pemodal besar pada sektor bissniss yg sama akan matikan pemodal
kecil satu persatu...
6. Investasi pemodal bermental spekulan bisa mengancam mata uang
negara manapun dan ini bisa menghancurkan kesejahteraan global..
krisis Asia thn 98 adalah bukti kuat ttg ini..
7. Jurang kaya-miskin akan makin melebar bukannya makin merata sebab
bissnis sikecil tidak bisa eksis oleh pemodal dgn harga diskon
ditiap swalayan, supermarket dan ditingkat produsenmungkin ongkos
produksi bisa ditekan lebih besar dgn produksi massal.. maka
produsen besar bisa bikin gulung tikar produsen kecil dan perusahaan
mini bubar maka yg terjadi adalah pengangguran dan kemelaratan...
8. efisiensi yg merupakan proses produksi ala kapitalisme akan
berujung program padat modal daripada padat karya.. mesin mesin yg
terus menerus diperbarui akan jauh lebih baik, lebih murah daripada
pekerja-pekerja yg merengek-rengek minta kenaikan upah, tunjangan,
kesehatan dsb.. maka Mesin akan lebih bernilai dibanding manusia...
mesin tidak pernah mengeluh, tidak pernah minta istirahat dan tidak
pernah cuti terkecuali operatornya matikan mesin tsb... Maka manusia
akan tersingkir sedikit demi sedikit dan yg dominan adalah pasti:
mesin dan nanti robot artificial intelligence..

Maka tidak ada pilihan lain.. segera usulkan pada dunia global
supaya sistem ini ditinjau ulang terutama liberalisasi pasar...

KULYUBI ISMANGUN said...

“apakah kau yakin ini tak akan terulang lagi!”

Sejarah adalah pertentangan masa sekarang dan masa lalu untuk masa depan yang baik. Setidaknya begitulah, banyak cakap yang selalu hinggap di kepala ini dan tumbuh jadi kepercayaan sedari dulu. Sampai suatu masa dimana masa itu seperti terulang lagi, bahwa ini untuk kesekian kali. Langit begitu kelam, semua menjadi bayangan, dan aku kembali bertualang dengan ketidakpastian.

Sedari dulu matahari selalu menyinari bumi dan kehidupan, namun matahari membuat panas dan gerah para manusia dan kemudian orang-orang murk. Matahari tak lagi dipercayai untuk menyinari dan orang-orang berkemas untuk berumah dalam diri sendiri.

Matahari, apakah kau punya bayangan? Setidaknya di bumi dan semesta yang kau sinari. Satu per satu mulai murka padamu. Bahwa berulang kali kau ucapkan sajak Rendra, dan berulang kali pula kau mejadi keledai dungu untuk menggali liang kubur untuk cahayamu sendiri.

Bahkan di ujung kenihilanmu, kau menggantungkan leher dan imanmu pada jalan lain yang selama ini susah payah kau bangun di atas puing-puing renaissance dan kemegahan filsafat. Kau mencoba mengenali bau amis darah, warna tanah, dan sedikit berkompromi tentang makna surga di dunia. Akankah semua akan bisa kau kenali satu persatu, atau kau sedang kehilangan dirimu dalam sendiri.

Matahari, di senja kala, kau ditelan bulat-bulat oleh mulut laut, walau tak ada yang menyangsikan kau akan hadir di ufuk timur keesokan hari, ooooiii mak ooiii, malam itu panjang sekali, apakah kau hanya akan mengikuti siklus alam. Sementara keyakinan kecil dalam hidup acap kali berdendang bahwa tak ada yang evolutif dalam realitas sosial.

Berulang kali kau sanksi akan dunia yang monolitik, sampai kau tergoda oleh Kahn dan melihat perimbangan peradapan antara sensasi dan imaji. Tetapi apakah kau akan bermoral seperti Kahn dengan imperatif kategorisnya? Alah, dungu sekali kau seperti keledai beban.

Aku sudah memberikan kau berbagai kitab, Art of War-nya Sun Tsu, untuk kau bisa mengasah lakumu. Tak kurang juga aku sisipkan The Prince-nya Machiavelli untuk kau menjadi binatang sosial dan mengerti kalau alam ini keji.

Matahari, sebentar lagi kau akan memilih untuk menancapkan umurmu di semesta ini, di bumi mana kau akan tanam namamu, sebab hidup harus memilih dan jangan pilih kasih atau belas kasihan kalau kau mau dan mau. Berulang kali Nietczhe memilin kupingmu bahwa kehendak ada dalam diri dan dunia. Bahwa setiap orang adalah kehendak, dan perang adalah pemaksaan kehendak, lalu kehendak siapa yang akan menang!