Showing posts with label Haiti. Show all posts
Showing posts with label Haiti. Show all posts

Thursday, January 21, 2010

Bumi Haiti Terguncang


Lengang dan senyap mulai menyergap. Beberapa kejap mata akhirnya menghidupkan kesadaran, bumi baru saja berguncang di Haiti. Pemandangan berubah: gedung runtuh, perkantoran ambruk, rumah-rumah rata dengan tanah. Mulailah terdengar rintih dan jerit tangis kesakitan. Orang-orang mulai merangkak ke tempat terbuka, di pinggir jalan atau di tanah lapang.


Gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter mengguncang Haiti. Sampai kini tercatat lebih dari 50 ribu jiwa melayang. Pejabat setempat bahkan menyatakan kemungkinan korban jiwa mencapai 100 ribu jiwa. Bau busuk mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan-jalan di ibukota Port-au-Prince mulai menyesakkan dada.

Istana Presiden Haiti pun remuk diterjang gempa

Tim penyelamat yang terdiri dari 260 orang telah tiba dan 30 negara telah berjanji akan mengirim bantuan. Cina, Perancis, Islandia, Amerika Serikat dan Venezuela adalah tim pertama yang sampai tujuan. Sedangkan Washington mengirim tentara, kapal, helikopter, pesawat, tim penyelamat, rumah sakit terapung dan lebih dari 5.000 tentara. Indonesia pun tak kalah sigap, dengan mengirim tim medis, obat-obatan,dan penjernih air.

Nurharyanto
http://tempointeraktif.com/galeri/gempa.haiti/

H A I T I . . . . .


Port-au-Prince, dengan penduduk sekitar 846.200 jiwa (1995), adalah ibu kota Haiti. Kota ini terletak di Teluk La Gonave.

Kota ini didirikan pada tahun 1749 oleh pemilik perkebunan gula Perancis. Lalu pada tahun 1770 menjadi ibu kota. Pada tahun 1804 menjadi ibu kota Haiti merdeka.

Republik Haiti adalah sebuah negara di Karibia yang meliputi bagian barat pulau Hispaniola dan beberapa pulau kecil lainnya di Laut Karibia. Haiti merupakan negara kedua yang merdeka di Benua Amerika setelah Amerika Serikat. Dia juga salah satu produsen gula terpenting di dunia.


Motto: L'Union Fait La Force
(Perancis: "Kesatuan Membawa Kekuatan")

Wednesday, January 20, 2010

Port-au-Prince Diluluh-Lantakkan Gempa Bumi


Haiti, negeri kepulauan di Karibia, Selasa sore 12 Januari 2010 dilanda gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter, sejumlah besar rumah di Ibukota Port-au-Prince mengalami kerusakan berat atau rubuh, lalu lintas dan telekomunikasi putus, jumlah korban tewas dan luka-luka sampai sekarang masih sulit diketahui. Menurut pemimpin pemerintah Haiti, jumlah korban tewas kemungianan mencapai puluhan ribu orang.


Presiden Haiti Rene Garcia Preval mengatakan kepada CNN Amerika bahwa kerusakan akibat gempa bumi sulit dibayangkan, dan sekarang masih belum dapat memberikan angka konkret jumlah korban tewas dan luka-luka. Perdana Menteri Haiti Jean Max Bellerive mengatakan kepada media massa bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi kemungkinan akan melampaui 100.000 orang.


Lembaga PBB untuk Haiti menyatakan, kerusakan di Port-au-Prince besar dan luas. Istana presiden, rumah sakit, penjara utama, hotel dan super market rubuh diguncang gempa bumi. Gedung kantor pusat misi stabilitas PBB untuk Haiti juga rubuh, dan sekurang-kurangnya 16 staf PBB dikonfirmasi tewas dalam gempa bumi.


Fasilitas komunikasi di Haiti kini sudah putus sama sekali, komunikasi telepon, telepon genggam dan internet lumpuh, hubungan dengan dunia luar dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satelit maritim. Sebagian besar jalan di Port-au-Prince tertutup reruntuhan dan pohon tumbang.


Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon dalam laporannya kepada Majelis Umum PBB tentang keadaan bencana di Haiti menyatakan, sekitar sepertiga dari 9 juta penduduk Haiti mengalami bencana, sebagian besar daerah di Port-au-Prince hancur, layanan pokok seperti suplai air dan aliran listrik lumpuh sama sekali.


Seorang juru bicara Palang Merah Haiti menyatakan, pihaknya kini sedang bekerja ekstra keras, namun persediaan obat dan alat kedokteran serta kantung jenazah sangat kurang.


Berhubung gempa susulan terus menerus terjadi, banyak orang terpaksa bermalam di ruang terbuka dan menjauhi tembok, dan sejumlah besar lainnya mengungsi ke daerah pedesaan yang relatif ringan keadaan bencananya. Port-au-Prince di waktu malam gelap gulita karena fasilitas listrik masih belum diperbaiki.

Sumber: China Radio International (CRI)