Bahwa perbuatan seseorang itu pada mulanya berakar pada pemikiran. Orang yang selalu berpikir untuk menjadi orang kaya, maka dia akan lebih peka melihat setiap peluang usaha dan tindakan yang mendatangkan kekayaan. Begitu pun orang yang pikirannya selalu ingin korupsi dan maling, maka yang dicari adalah peluang untuk mewujudkan pikirannya dalam tindakan nyata.
Kalau seseorang dalam pikirannya tidak ada pikiran untuk mencuri, kalaupun ada peluang, maka dia tidak akan tergerak karena memang dalam hati dan pikirannya tidak ada ketertarikan ke arah sana. Hubungan antara pikiran dan orientasi tindakan sangatlah mudah diamati dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan terdekat. Dalam dunia kampus, mahasiswa yang tengah menulis skripsi atau disertasi akan sangat familier dan peka dengan urusan literatur yang mendukung risetnya.
Di era keterbukaan dan ketersediaan media komunikasi semacam telepon seluler, Facebook dan Twitter, mudah sekali dijumpai sampah-sampah pikiran dan emosi yang pada urutannya akan menggerakkan tindakan. Perilaku porno dan kejahatan seksual pada awalnya berada dalam pikiran yang dipasok oleh sampah-sampah informasi.
Penelitian psikologi mengatakan bahwa pikiran dan imajinasi yang tertampung dalam sel-sel otak sesungguhnya tak ada bedanya apakah itu sekadar imajinasi atau realitas empiris. Semuanya terekam dalam sel-sel syaraf otak yang disebut synapses. Jadi ketika otak membayangkan sesuatu, hal itu telah terjadi pada tataran imajinasi dan pemikiran dan akan terwujud menjadi tindakan dan realis empiris ketika ada peluang.
Oleh karena itu, sangat masuk akal, berbagai temuan teknologi yang hebat-hebat seperti pesawat terbang itu pada mulanya adalah mimpi dan imajinasi. Bahkan, benih perubahan sosial dan revolusi sebuah bangsa pada mulanya merupakan imajinasi sekelompok orang, yang kemudian menyebar menjadi gagasan kelompok dan massa yang pada urutannya menjadi kekuatan raksasa bagaikan air bah atau tsunami.
Pikiran besar dan mulia akan melahirkan tindakan besar dan mulia. Sebaliknya, pikiran kerdil juga akan melahirkan tindakan yang kerdil. Demikianlah, kita mesti mengajari dan menanamkan pada anak-anak kita gagasan besar dan terpuji agar nantinya mereka jadi pelaku sejarah dengan tindakan besar dan terpuji.
Tak kalah pentingnya, siapa pun yang menjadi pemimpin, entah dalam tubuh pemerintahan ataupun perusahaan, mesti menyadari bahwa kepemimpinan itu bermula dari imajinasi, pikiran, dan wawasan yang kemudian dituangkan dalam program dan tindakan. Pemimpin itu adalah juga pemimpi.
Komaruddin Hidayat
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
SINDO, 25 Januari 2013
No comments:
Post a Comment