”Secara historis media mengumpulkan banyak informasi dan menyajikannya kepada khalayak. (Dan kini) ada hasrat yang tumbuh dari masyarakat untuk melakukan sendiri hal itu.”
Sebelum ini dari Tanah Air kita sudah cukup banyak mendengar pemanfaatan teknologi informasi (dan komunikasi, atau TIK) untuk penyelenggaraan pemerintahan. Istilah umum untuk ini adalah e-gov (electronic-government). Sejumlah pemerintah daerah, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota, diasosiasikan dengan penerapan e-gov yang berhasil dan produktif.
Seperti pernah disampaikan oleh Budi Rahardjo (yang tahun 2001 bekerja di PPAU Mikroelektronika ITB) dalam situsnya, Bank Dunia mendefinisikan e-gov sebagai penggunaan TI (seperti wide area network, internet, dan komputasi bergerak) oleh badan-badan pemerintah yang punya kemampuan untuk mentransformasi hubungan dengan anggota masyarakat, kalangan bisnis, dan lengan-lengan pemerintah lainnya.
Ada pula definisi lain dari Legislative Analyst’s Office AS yang menyebut e-gov sebagai proses transaksi bisnis antara masyarakat dan pemerintah melalui penggunaan sistem otomatik dan jaringan internet, yang lebih umum disebut sebagai world wide web.
Dalam perkembangannya, lanjut Budi, pemanfaatan TI ini lalu menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti G2C (government to citizen), G2B (government to business enterprises), dan G2G (inter-agency relationship/hubungan antarbadan pemerintah).
Sementara penerapan e-gov masih terkendala sejumlah faktor, TIK sendiri justru semakin banyak dimanfaatkan untuk komunikasi. Masih segar dalam ingatan bagaimana kalangan masyarakat sempat terkejut ketika menerima SMS peringatan bahaya narkoba dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini, ketika Presiden Barack Obama mulai memimpin pemerintahan Amerika, orang pun tergelitik untuk menyimak, bagaimana ia memanfaatkan TIK untuk penyelenggaraan pemerintahan. Sekilas mengenai hal ini terkuak dari laporan Jim Rutenberg dan Adam Nagourney di New York Times, Senin (26/1/2009).
Kita tahu bahwa selama masa kampanye lalu, Barack Obama intensif—dan ekstensif—sekali memanfaatkan TIK. Para pendukungnya giat menggunakan internet dan produk TIK lainnya—SMS, Facebook, YouTube—untuk penggalangan rapat, pengumpulan dana, penyebaran pamflet, dan sebagainya.
Kini, setelah Obama terpilih, sebagian dari para pendukung tersebut menyatakan akan istirahat dulu setelah habis-habisan bekerja. Namun, para pembantu Obama sendiri tampaknya tidak ingin kehilangan momentum dalam penggunaan TIK ini. Mereka menginginkan organisasi akar rumput yang pada masa kampanye sangat berjasa dengan menggunakan teknologi mutakhir ini bisa terus menjadi instrumen pemerintah. Obama sendiri, yang memulai karier politik sebagai penggiat komunitas, juga melihat hal itu sebagai prioritas.
Kini, para pembantu, termasuk manajer kampanye, telah membentuk kelompok yang dinamai Organizing for America guna mengarahkan kembali mesin kampanye untuk penanganan perubahan besar di bidang kesehatan, lingkungan, dan kebijakan fiskal. Dengan itu, yang akan terlihat adalah banyak kelompok yang akan berbicara serta mengirim e-mail dan SMS kepada teman dan tetangga untuk menggalang dukungan publik.
Melewati media utama
Dengan cara di atas, Obama—seperti halnya pendahulunya, George W Bush—cenderung melewati media utama (mainstream) dan menyampaikan langsung pesan yang ingin ia sampaikan kepada publik. Menurut salah seorang pembantu Obama, kini ada minat di kalangan masyarakat untuk mendapatkan sendiri berita baru.
Salah satu contoh penting dari langkah ini adalah pidato mingguan Presiden. Pada masa lalu, pidato direkam untuk dan disiarkan di stasiun-stasiun radio pada Sabtu pagi. Kini, Presiden Obama merekam pidato tersebut untuk video dan pada Sabtu pagi ia kirim ke situs Gedung Putih dan YouTube. Di dalamnya tampak ia menjelaskan apa yang ingin dicapai dengan stimulus ekonomi senilai 825 miliar dollar AS. Pada Sabtu petang, video pidato tersebut telah ditonton lebih dari 600.000 kali di YouTube.
Memang ada sejumlah pembatasan dalam penggunaan TIK ini, tetapi itu terlebih dari sisi legal, bukan dari sisi teknologi. Sempat muncul kekhawatiran bahwa TIK yang digunakan ini juga dimanfaatkan melobi atau menekan anggota Kongres guna memuluskan satu kebijakan. Namun, sejauh ini isi video yang direkam oleh Presiden Obama hanya berisi penyampaian pokok pikiran pemerintah menyangkut stimulus ekonomi.
Persyaratan
Seperti diperlihatkan oleh Presiden Obama dan pemerintahannya, TIK bisa banyak membantu. Namun, agar pelaksanaannya sukses, sejumlah persyaratan harus dipenuhi.
Pertama tentu tersedianya tenaga TIK yang mengerti persoalan dan punya antusiasme terhadap masalah politik, pemerintahan, dan komitmen terhadap perbaikan. Di AS, begitu Obama dilantik, situs web Gedung Putih segera didesain ulang. Staf yang menangani situs ini rajin memutakhirkan isinya dengan perintah Presiden, juga menulis blog untuk menjelaskan kebijakan pemerintah.
Berikutnya yang perlu dikembangkan untuk mendukung aplikasi TIK tentu saja adalah tersedianya infrastruktur yang andal dan memadai. Namun, yang dianggap paling mendasar adalah kultur. Pertama, kultur dalam menangani informasi. Kedua, kultur bekerja dengan teknologi yang membawa risiko keamanan informasi. Tapi, selebihnya adalah keterbukaan dan komitmen untuk bersikap terbuka, efisien.
Kini, teknologi memungkinkan pemerintahan berfungsi secara lebih lancar, hemat, cepat, dan efektif. Namun, sekali lagi, semuanya kembali pada faktor manusianya. Namun, setidaknya apa yang diperlihatkan oleh pemerintahan baru Obama menambah keyakinan kita bahwa TIK bisa banyak membantu.
KOMPAS, 28 Januari 2009
Macon Phillip, Direktur ”Media Baru” Pemerintahan Obama
Sebelum ini dari Tanah Air kita sudah cukup banyak mendengar pemanfaatan teknologi informasi (dan komunikasi, atau TIK) untuk penyelenggaraan pemerintahan. Istilah umum untuk ini adalah e-gov (electronic-government). Sejumlah pemerintah daerah, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota, diasosiasikan dengan penerapan e-gov yang berhasil dan produktif.
Seperti pernah disampaikan oleh Budi Rahardjo (yang tahun 2001 bekerja di PPAU Mikroelektronika ITB) dalam situsnya, Bank Dunia mendefinisikan e-gov sebagai penggunaan TI (seperti wide area network, internet, dan komputasi bergerak) oleh badan-badan pemerintah yang punya kemampuan untuk mentransformasi hubungan dengan anggota masyarakat, kalangan bisnis, dan lengan-lengan pemerintah lainnya.
Ada pula definisi lain dari Legislative Analyst’s Office AS yang menyebut e-gov sebagai proses transaksi bisnis antara masyarakat dan pemerintah melalui penggunaan sistem otomatik dan jaringan internet, yang lebih umum disebut sebagai world wide web.
Dalam perkembangannya, lanjut Budi, pemanfaatan TI ini lalu menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti G2C (government to citizen), G2B (government to business enterprises), dan G2G (inter-agency relationship/hubungan antarbadan pemerintah).
Sementara penerapan e-gov masih terkendala sejumlah faktor, TIK sendiri justru semakin banyak dimanfaatkan untuk komunikasi. Masih segar dalam ingatan bagaimana kalangan masyarakat sempat terkejut ketika menerima SMS peringatan bahaya narkoba dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini, ketika Presiden Barack Obama mulai memimpin pemerintahan Amerika, orang pun tergelitik untuk menyimak, bagaimana ia memanfaatkan TIK untuk penyelenggaraan pemerintahan. Sekilas mengenai hal ini terkuak dari laporan Jim Rutenberg dan Adam Nagourney di New York Times, Senin (26/1/2009).
Kita tahu bahwa selama masa kampanye lalu, Barack Obama intensif—dan ekstensif—sekali memanfaatkan TIK. Para pendukungnya giat menggunakan internet dan produk TIK lainnya—SMS, Facebook, YouTube—untuk penggalangan rapat, pengumpulan dana, penyebaran pamflet, dan sebagainya.
Kini, setelah Obama terpilih, sebagian dari para pendukung tersebut menyatakan akan istirahat dulu setelah habis-habisan bekerja. Namun, para pembantu Obama sendiri tampaknya tidak ingin kehilangan momentum dalam penggunaan TIK ini. Mereka menginginkan organisasi akar rumput yang pada masa kampanye sangat berjasa dengan menggunakan teknologi mutakhir ini bisa terus menjadi instrumen pemerintah. Obama sendiri, yang memulai karier politik sebagai penggiat komunitas, juga melihat hal itu sebagai prioritas.
Kini, para pembantu, termasuk manajer kampanye, telah membentuk kelompok yang dinamai Organizing for America guna mengarahkan kembali mesin kampanye untuk penanganan perubahan besar di bidang kesehatan, lingkungan, dan kebijakan fiskal. Dengan itu, yang akan terlihat adalah banyak kelompok yang akan berbicara serta mengirim e-mail dan SMS kepada teman dan tetangga untuk menggalang dukungan publik.
Melewati media utama
Dengan cara di atas, Obama—seperti halnya pendahulunya, George W Bush—cenderung melewati media utama (mainstream) dan menyampaikan langsung pesan yang ingin ia sampaikan kepada publik. Menurut salah seorang pembantu Obama, kini ada minat di kalangan masyarakat untuk mendapatkan sendiri berita baru.
Salah satu contoh penting dari langkah ini adalah pidato mingguan Presiden. Pada masa lalu, pidato direkam untuk dan disiarkan di stasiun-stasiun radio pada Sabtu pagi. Kini, Presiden Obama merekam pidato tersebut untuk video dan pada Sabtu pagi ia kirim ke situs Gedung Putih dan YouTube. Di dalamnya tampak ia menjelaskan apa yang ingin dicapai dengan stimulus ekonomi senilai 825 miliar dollar AS. Pada Sabtu petang, video pidato tersebut telah ditonton lebih dari 600.000 kali di YouTube.
Memang ada sejumlah pembatasan dalam penggunaan TIK ini, tetapi itu terlebih dari sisi legal, bukan dari sisi teknologi. Sempat muncul kekhawatiran bahwa TIK yang digunakan ini juga dimanfaatkan melobi atau menekan anggota Kongres guna memuluskan satu kebijakan. Namun, sejauh ini isi video yang direkam oleh Presiden Obama hanya berisi penyampaian pokok pikiran pemerintah menyangkut stimulus ekonomi.
Persyaratan
Seperti diperlihatkan oleh Presiden Obama dan pemerintahannya, TIK bisa banyak membantu. Namun, agar pelaksanaannya sukses, sejumlah persyaratan harus dipenuhi.
Pertama tentu tersedianya tenaga TIK yang mengerti persoalan dan punya antusiasme terhadap masalah politik, pemerintahan, dan komitmen terhadap perbaikan. Di AS, begitu Obama dilantik, situs web Gedung Putih segera didesain ulang. Staf yang menangani situs ini rajin memutakhirkan isinya dengan perintah Presiden, juga menulis blog untuk menjelaskan kebijakan pemerintah.
Berikutnya yang perlu dikembangkan untuk mendukung aplikasi TIK tentu saja adalah tersedianya infrastruktur yang andal dan memadai. Namun, yang dianggap paling mendasar adalah kultur. Pertama, kultur dalam menangani informasi. Kedua, kultur bekerja dengan teknologi yang membawa risiko keamanan informasi. Tapi, selebihnya adalah keterbukaan dan komitmen untuk bersikap terbuka, efisien.
Kini, teknologi memungkinkan pemerintahan berfungsi secara lebih lancar, hemat, cepat, dan efektif. Namun, sekali lagi, semuanya kembali pada faktor manusianya. Namun, setidaknya apa yang diperlihatkan oleh pemerintahan baru Obama menambah keyakinan kita bahwa TIK bisa banyak membantu.
KOMPAS, 28 Januari 2009
No comments:
Post a Comment