Thursday, August 24, 2023

Revolusi Pola Pikir


Berdasarkan prediksi Goldman Sachs, pada tahun 2050 hingga 2070 Indonesia akan menjadi negara terbesar keempat di dunia. Pada tahun 2050 keempat negara tersebut adalah Tiongkok, Amerika Serikat, India dan Indonesia. Ini pula yang kini dijadikan acuan pemerintah dalam formulasi rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2045 untuk mencapai Indonesia emas.

Tentu tidak serta merta prediksi tersebut otomatis akan terwujud. Sebaliknya diperlukan prasyarat persiapan teknokratik berupa strategi dan eksekusi langkah-langkah sistematis menuju 2045. Namun apakah gerak perubahan menuju 2045 itu akan sama dengan gerak perubahan sebelumnya?


Kecepatan Perubahan
Memprediksi gerak perubahan menuju Indonesia 2045 sulit dilakukan di tengah perubahan yang begitu cepat ini. Dulu perubahan terjadi setiap 1000 tahun sehingga dikenal istilah milenium. Lalu sejak revolusi industri perubahan terjadi setiap 100 tahun dan dikenal istilah abad. Namun kini akibat revolusi teknologi 4.0, perubahan terjadi setiap 10 tahunan (dekade), dan bukan tidak mungkin mulai 2030 perubahan disruptif akan terjadi setiap 5 tahunan, bahkan setiap 2 tahunan. Karena itulah tidak ada perencanaan yang permanen, bahkan seorang ahli Mc Kinsey pernah mengatakan bahwa “strategy as a journey”, karena perubahan datang begitu cepat dan membawa ketidakpastian.

Kecepatan perubahan ini dipicu berkembangnya kecerdasan buatan, internet of things, blockchain, robotik, dan big data. Sejumlah perusahaan besar bertumbangan karena ketidaksiapan beradaptasi, sementara perusahaan-perusahaan pemula berbasis teknologi 4.0 bermunculan. Umur (lifetime) jenis pekerjaan juga makin tak pasti. Pekerjaan mudah hilang dan lalu muncul jenis pekerjaan baru.

Menurut the Future Job Report 2020, lima besar pekerjaan yang akan menurun permintaannya adalah tenaga administrasi, tenaga data entry, akuntan dan auditor, tenaga perpustakaan, dan pekerja pabrik. Sementara pekerjaan baru antara lain adalah analis data, spesialis kecerdasan buatan dan machine learning, spesialis big data, spesialis pemasaran digital, dan spesialis proses otomasi.

Di Korea Selatan robot sudah mulai menggantikan pelayan restoran, begitu pula layanan di bandara internasional. Apakah pekerjaan baru tersebut akan bertahan lama ataukah akan terdisrupsi oleh inovasi baru yang kita juga belum tahu ?


Pola Pikir Baru
Salah satu modal penting dalam mewujudkan Indonesia emas 2045 adalah modal manusia, lebih-lebih kita sedang mengalami bonus demografi. Kita bisa belajar dari sejumlah negara yang gagal dalam memanfaatkan bonus demografi seperti Brazil dan Afrika selatan, maupun yang sukses seperti Jepang dan Korea Selatan. Seiring perubahan yang begitu cepat di atas, maka pengembangan modal manusia harus seiring sejalan dengan arus perubahan. Jenis kompetensi, keterampilan umum, dan keterampilan lunak baru pun harus menyesuaikan dengan cepat.

Namun perubahan perilaku, kompetensi, dan keterampilan baru tersebut hanya terjadi kalau ada perubahan mindset atau pola pikir. Pola pikir akan menentukan pemikiran dan perilaku seseorang. Pola pikir juga menentukan respon seseorang terhadap perubahan. Oleh karena itu di saat situasi perubahan terjadi begitu cepat maka mestinya pola pikir pun juga tumbuh berkembang sesuai dinamika perubahan. Inilah yang disebut Carol Dweck (2017) sebagai growth mindset (GM) atau pola pikir tumbuh.

Carol Dweck membedakan pola pikir tumbuh atau growth mindset (GM) dan pola pikir tetap atau fixed mindset (FM). Orang yang memiliki FM cenderung pesimis dan tidak percaya diri bahwa dirinya bisa berubah. Mereka fokus pada kelemahannya. Akibatnya sulit untuk terus belajar mendapatkan skill dan kemampuan baru. Orang yang tergolong FM ini sulit untuk memiliki mimpi besar.


Sebaliknya, orang yang memiliki GM umumnya yakin bahwa dirinya bisa berubah, baik kemampuan, bakat, kebiasaan, bahkan IQ. Karena yakin bahwa dirinya bisa berubah, maka orang GM umumnya memiliki kekuatan kemauan yang tinggi. Inilah yang kemudian membuat mereka berani bermimpi dan bercita-cita besar. Mereka pun lalu menjadi pembelajar sejati dan memiliki kegigihan dan passion kuat, yang oleh Angela Duckworth (2016) disebut “Grit”.

Kesuksesan bukan terwujud karena bakat semata tetapi karena grit. Orang yang memiliki grit bisa mengalahkan orang yang berbakat. Umumnya, grit diperolah ketika seseorang punya tujuan, harapan, minat, dan ikhtiar yang kuat (Duckworth, 2017). Pada akhirnya atribut-atribut seperti cita-cita, optimisme, kepercayaan diri, kekuatan kemauan, bekerja keras, disiplin, dan pembelajar adalah atribut kesuksesan. Dan itu semua bermula dari pola pikir dan grit.

Hasil studi Mc Kinsey di 72 negara tentang prestasi akademik siswa di sekolah menunjukkan bahwa ternyata faktor yang paling berpengaruh bukan sekolah, guru, atau orang tua, melainkan pola pikir siswa itu sendiri. Siswa-siswa yang memiliki GM akan penuh dengan motivasi untuk terus berprestasi. Wajar bila kita lihat ada seorang siswa yang berasal dari desa terpencil dengan sekolah dan guru yang serba terbatas dan orang tua yang miskin namun bisa berprestasi lalu masuk perguruan tinggi dan kini sukses karirnya. Ini adalah bukti bahwa tindakan merupakan konsekuensi dari pola pikir.

Putri Ariani, penyanyi tuna netra Indonesia yang mendapat golden buzzer dari Simon Cowell di ajang America’s Got Talents (AGT).

Pola pikir inilah yang menghidupkan mimpi, imajinasi, dan cita-cita, yang kemudian menjadi energi positif untuk terus bergerak meraih mimpi tersebut. Cita-cita, mimpi dan imajinasi akan menjadi penentu eksistensi kita di masa mendatang. Sebagaimana kata-kata Jack Ma, bahwa ke depan bukan lagi kompetisi pengetahuan, melainkan kompetisi imajinasi dan kreativitas. Lalu bagaimana mendorong masyarakat kita agar mau dan mampu berimajinasi, bermimpi, dan bercita-cita besar serta mau dan mampu mewujudkannya?

Putri Ariani, penyanyi tuna netra Indonesia yang mendapat golden buzzer dari Simon Cowell di ajang America’s Got Talents (AGT) bisa menjadi contoh sangat baik bahwa ia bisa seperti itu karena ia tidak pernah pasrah pada keadaan. Ia selalu berpikir positif. Keterbatasannya kini menjadi kelebihannya. Kata-katanya sangat menggugah, “saya tidak bisa melihat kalian, tapi suatu saat kalian semua akan melihat saya”. Putri bisa tumbuh dan hebat karena pola pikir dan grit nya. Orang tuanya berperan dalam memperkuat pola pikir itu, sehingga Putri menjadi percaya diri, optimis, dan berani bermimpi besar.

Imajinasi, mimpi, dan cita-cita seseorang sangat ditentukan oleh pola pikirnya. Orang dengan GM bukanlah orang yang tidak pernah gagal. Yang membedakan GM dan FM adalah sikapnya dalam merespon kegagalan. Orang GM selalu berpikir positif melihat kegagalan. Baginya kegagalan adalah kesempatan untuk kembali belajar.


Strategi Penguatan Pola Pikir
Mimpi besar bangsa Indonesia 2045 hanya bisa diwujudkan dengan kemampuan kita mengembangkan mindset kolektif warga. Pola pikir baru ini akan membangunkan kepercayaan diri dan optimisme bahwa Indonesia akan menjadi bangsa besar dan maju. Implikasinya, akan menguatkan mental sebagai pembelajar tangguh yang inovatif, berani bermimpi, melakukan terobosan baru, gigih bekerja dan berkarya, tidak gampang menyerah, atau memiliki grit yang kuat. Pola pikir ini akan menjadi penentu kesanggupan kita merespon dinamika perubahan amat cepat sepanjang 2023-2045.

Lalu bagaimana kita terus memperkuat GM agar menjadi energi bagi kemajuan bangsa kita di masa depan? Tentu diperlukan strategi besar untuk mempercepat berkembangnya mindset kolektif yang mencerminkan GM.

Pertama, mengembangkan budaya grit sebagai faktor eksternal penting bagi tumbuhnya mentalitas grit (Duckworth, 2016). Sistem meritokrasi yang tangguh akan menjadi pilar bagi tumbuhnya budaya tersebut. Orang akan berlomba-lomba bekerja keras mengejar mimpinya ketika arenanya fair, sportif dan menghargai prestasi. Mobilitas vertikal warga jadi makin terbuka. Prinsip meritokrasi ini sudah semestinya menjadi penciri baru dalam kehidupan politik, ekonomi, pemerintahan, dan kehidupan sosial lainnya.


Kedua, diperlukan transformasi pendidikan menyeluruh multi jenjang, sehingga guru dan dosen menjadi sumber inspirasi. Seperti kata pepatah, “guru biasa bisa menyampaikan, guru yang baik bisa menjelaskan, namun guru yang hebat bisa menginspirasi”. Menginspirasi adalah proses menggerakkan hati, pikiran, dan tindakan orang lain.

Selain itu, di era 4.0 ini dimana pengetahuan mudah didapatkan dari dunia internet dan aneka kecerdasan buatan terus tumbuh, maka guru dan dosen mesti berubah perannya dari sumber pengetahuan menjadi fasilitator, motivator, dan inspirator agar peserta didik semakin optimis, percaya diri, dan berani bermimpi besar tentang masa depan dengan basis budi pekerti yang kuat.

Ketiga, sektor industri kreatif terbukti bisa menjadi sumber inspirasi yang dahsyat. Film Laskar Pelangi adalah contoh film yang menginspirasi anak-anak untuk berani bermimpi mengubah nasib, dan mimpi inilah yang kemudian mendorong berbagai sikap dan tindakan positif untuk kemajuan. Film tentang tokoh-tokoh bangsa perlu juga terus diperbanyak untuk mengajarkan nilai-nilai perjuangan dan mengenalkan imajinasi serta mimpi-mimpi para tokoh tentang Indonesia di masa depan.


Keempat, sektor media juga memiliki peran strategis untuk membangun mindset positif masyarakat. Media harus turut membangun optimisme, mencerdaskan publik, menebar harapan, dan menjadi inspirasi bagi pembaca maupun pemirsa. Industri media semakin dituntut untuk itu di tengah menguatnya media sosial yang sering kali asosial.

Masih banyak strategi penguatan pola pikir baru yang harus dirumuskan dan dijalankan. Pola pikir baru ini diperlukan untuk merespon perubahan cepat yang makin membuat masa depan penuh ketidakpastian sehingga sulit diprediksi.

Namun Abraham Lincoln pernah mengatakan, “the best way to predict the future is to create it” —cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya. Karena itu, apa yang akan terjadi pada 2045 tergantung dari karya inovasi kita hari ini.

Untuk itu, marilah kita ciptakan Indonesia emas 2045 mulai sekarang, didahului dengan revolusi pola pikir !!!

Arif Satria
Rektor IPB University
Ketua Umum ICMI Pusat

KOMPAS, 16 Agustus 2023

No comments: