Negara Serasa Milik Mereka Berdua.
Ketika yang bersangkutan siap menerima jabatan Menteri dan masuk ke dalam Kabinet Jokowi maka goresan buruk karakter Prabowo mulai tercatat. Ia tidak peduli dengan tangisan dan perasaan pendukungnya yang berjuang mati-matian demi Prabowo-Sandi sebagai capres saat itu. Para pendukungnya merasa terkhianati. Karena kecurangan Pilpres diterima oleh Prabowo “hanya” demi status Menteri alias pembantu presiden.
Tidak sedikit pun ada simpati Prabowo pada pendukungnya yang menjadi pesakitan di rezim Jokowi. Tokoh KAMI yang dipenjara (Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, dkk.), lalu derita HRS dan enam laskar yang terbunuh keji telah lewat begitu saja. Belum banyak sekali aktifis di daerah yang "la salam wala kalam". Tak sepatah kata pun terucap simpati apalagi membela. Rakyat melihat orientasinya hanya pada jabatan dan ketakutan. Presiden menjadi impian.
Prabowo senang mendengar Kaesang terjun ke politik dan bahagia jika masuk ke Partai Gerindra. Kaesang yang baru saja menikah ala anak raja-raja Jawa dengan kawalan ratusan personel tentara dan polisi tampaknya akan didorong untuk Walikota Solo menggantikan Gibran. Jika demikian maka jelas sekali bahwa Prabowo adalah pendukung nepotisme.
Kesimpulannya, Prabowo memang tidak layak untuk jadi Presiden di negeri demokrasi. Karenanya ada hikmah besar bahwa ia tidak menjadi Presiden pada Pilpres 2019 dan Pilpres sebelumnya (2014).
Prabowo memang tidak lebih bagus dari Jokowi.
Bandung, 30 Januari 2023.
M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan
By FNN, 30 Januari 2023