Wednesday, October 28, 2015

Panas Dingin Surya Paloh


Perkara suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, telah menyeret Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella. Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya, Evy Susanti —yang telah lebih dahulu dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi— bernyanyi pernah memberikan duit Rp 200 juta kepada Rio Capella. Fulus itu sebagai imbalan untuk mengatur kasus dana bantuan sosial (bansos) yang melibatkan Gatot di Kejaksaan Agung.

Ditemui Tempo di kantor NasDem pada Sabtu, 17 Oktober 2015, Ketua Umum NasDem Surya Paloh buka-bukaan soal kasus yang menerpa partainya. Dia juga bicara soal kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo dan pengusaha asal Cina, Sam Pa.

Berikut wawancara selengkapnya.


Bagaimana tanggapan Anda soal kasus Rio Capella?

Menjawab pertanyaan tadi, suasana pasti prihatin. Aneh kalau saya bilang tidak prihatin. Sedih pasti. Bagaimana pun Patrice Rio Capella dalam kedudukannya sebagai Sekretaris Jenderal, usia juga belum terlalu tua, dan ada potensi diri yang saya lihat, dimiliki oleh yang bersangkutan. Walaupun saya sudah mengingatkan dia, ketika dia pertama sekali melaporkan kepada saya, dia diminta bersaksi, saya bilang saya berharap, hanya sebagai saksi. Tapi begitu you tidak lagi sebagai saksi, itu statusnya ditingkatkan, you tahu kan apa konsekuensinya? Rio bilang, saya tahu, Bang.

Ada dua pilihan, you mengundurkan diri atau you diberhentikan. Dan itu yang terjadi. Kurang dari waktu tiga jam KPK menetapkan dia sebagai tersangka, Rio datang kepada saya di sini. Dia bilang, saya sudah ngerti ini statusnya. Bang, dengan permohonan maaf, saya akan cari keadilan. Tapi yang kita sepakati, saya sudah ditetapkan sebagai tersangka, saya harus berhenti.

Sekecil apa pun kesalahan Rio, dia salah bila menurut kesepakatan ini. Kenapa saya katakan tadi salah, karena dia telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kenapa? Karena kita dukung upaya-upaya pemberantasan korupsi penegakan hukum di negeri ini. KPK bagi Nasdem adalah satu-satunya institusi yang harus terus bergerak.

Patrice Rio Capella

Prosesnya cukup cepat ….

Setelah Rio mundur, kami press conference dan mengangkat pelaksana tugas sekretaris jenderal. Ibu Nining Indra Saleh, mantan Sekretaris Jenderal DPR. Jadi bukan juga orang baru. Saya pikir, ini orang tepat.

Dalam tempo tiga jam, Nasdem telah menetapkan tiga hal terhadap Rio: pemberhentian dia sebagai Sekjen, sebagai anggota DPR, dan sebagai anggota sekaligus. Nah, ini perlu digarisbawahi, saya rasa ini fenomena. Hak politiknya, hak hukumnya, sebenarnya masih ada. Bagi NasDem nggak ada urusan. Pokoknya jalan. Ini konsistensi, bukan kepura-puraan. Nah, ini telah kami letakkan upaya-upaya untuk menghargai kebijakan keputusan KPK.

Keputusannya sampai mencabut status keanggotaan Rio di NasDem ….

Dengan segala permohonan maaf, ini kesepakatan. Kenapa ada lembaga extraordinary KPK? Sebenarnya untuk apa KPK ada? Kan sudah ada dua lembaga penyidik kita, ada kepolisian ada kejaksaan. Kok tiba-tiba ada? Karena tuntutan situasional. Kita butuh lembaga penyidik yang lebih punya powerfull. Hadir itu KPK, sebagai lembaga extraordinary.

Kejadian ini juga spirit-nya, pengorbanannya NasDem adalah pendidikan politik. Tetapi orang tidak percaya, bisa saja dia menganggap kita berpura-pura, bahkan saya bisa dianggap jadi markus.

Jadi, memang membawa konsistensi, tantangan lebih besar. Nah inilah sumbangsih yang bisa diberikan oleh Rio. Dia harus hilang dari sini. Apa you pikir seorang Bang Surya dan kawan-kawan yang lebih 10 juta anggota NasDem ini nggak merasa sedih? Bahkan ada stasiun televisi kalau bisa bubar aja nih partai ini, bubar gara-gara kasus yang ini. Dakwaan kasusnya berapa sih?

Rp 200 juta .…

Nah, bukan billion. Itu ekuivalen US$ 15 ribu sampai US$ 16 ribu. Nggak lebih dari itu.


Apakah tidak melihat ada tebang pilih?

Nanti kalau saya bicara itu, dianggap NasDem bela diri. Seluruh kemurnian ini jadi rusak. Kalau Bang Surya ngomong kalian ini tebang pilih, itu ada kasus banyak di sana, bahkan jangan-jangan yang tersangka tapi belum kalian umumkan. Nanti kami disebut defensif.

Nah, terduduklah seorang Surya di sini. Dia merenung. Tapi satu yang saya mau yakinkan kalian. Saya modalnya adalah konsistensi dan kejujuran hati saya. Mau dipercaya atau tidak, cuma ini modal. Maka, saya ingin pergi ke kantor ICW (Indonesia Corruption Watch), berdialog dengan kawan-kawan ini. Dari pada saling mengkonstruksikan cara berpikir dengan negative imagination, negative perception, kenapa nggak kita duduk?

Nah, boleh tanya apa aja. Coba lihat dan kulitin. Dan kita dukung bersama bagaimana kegiatan pemberantasan korupsi dibuat di negeri ini. Nggak boleh ada sekat komunikasi jarak. Kalau sudah dengki, sirik, kebencian, bagaimana kita dialog?

Kenapa saya melakukan begini? Saya merasa nggak ada sesuatu yang perlu ditutupin. Itu dulu modal bagi NasDem.

Jadi penting untuk membuka dialog?

LSM-LSM ini penting. Kalau partai politik, memang partai politik sedang dilihat. Salah terima suap Rp 200 juta saja banyak tuduhan, lalu mau bubarkan partai politik katanya.


Betulkah pernah ada pertemuan di kantor NasDem dengan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho?

Permintaan pertemuan itu inisiasi OC Kaligis. Kapasitas beliau sewaktu sebagai Ketua Mahkamah Partai. Beliau duduk di sini, saya berada di sini. Dia bilang, Pak Ketum saya mohon tolonglah menerima Bung Gatot, Gubernur Sumut. Masalah apa? Dia nggak cocok sama Erry (Tengku Erry Nuradi, Wakil Gubernur Sumatera Utara).

Itu tidak langsung saya respons. Sebulan kemudian baru saya terima dia. Saya terima saja dua-duanya. Kenapa? Saya ini macam kakak bagi mereka berdua. Gatot ini kader PKS. Erry itu dulu Golkar, terus ke NasDem. Ini, supaya kalian tahu dua-dua. Saya ini kakak mereka yang memang dibesarkan di daerah wilayah Sumatera Utara. Semua orang tahu.

Ketika mereka juga mencalonkan diri, saya dukung juga. Jadi kalau ada susahnya, ya saya ikut juga. Itu yang orang nggak paham. Mendukungnya sebagai apa? Waktu itu belum Partai NasDem, ormas saja. Gatot dan Erry nggak cocok, tidak harmonis dalam hubungannya, apa salahnya sih? Pertemuannya di meja sana. Siapa yang hadir? OC, Gatot, Erry, dan saya. Berarti empat orang, kan?


Tak ada Evy Susanti, istri muda Gatot?

Evy itu wajahnya aja belum saya lihat. Kamu lihat betul-betul, saya nggak pernah lihat. Saya nggak pernah dengar suaranya. Jadi suara saya nggak dengar, wajah saya nggak tahu. Di mana saja, kapan saja, pada siapa saja. Ini sungguh-sungguh.

Nah bagaimana rekonstruksi kejadiannya? Dalam pertemuan itu yang pasti OC tidak bicara, sama sekali nggak ada bicara. Saya bicara mendahului.

+ Gatot, apa kabar?
- Baik, Bang.
+ Sehat?
- Sehat
+ Kamu, Ry? Bagaimana kira-kira keadaan, silakan apa yang mau dibicarakan.
Ngomonglah dia. Basa-basinya, “Saya ini sudah menjabat gubernur ini ini. Hubungan saya dengan Bang Ery ini harusnya tidak apa-apa. Terasa memang kurang harmonislah bang. Saya merasa tidak seharusnya seperti ini.”

Intinya keluhan dia, yang tidak harmonis.

Evy Susanti, istri muda Gatot Pujo Nugroho.

Sekarang saya tanya Erry dong. “Ry, kalau kamu bagaimana?” Dia bilang, “saya juga begini, Bang. Sebagai wakil kan harapannya mendukung supaya kami ini bisa bersama dan ada pembagian tugas. Ini saya tidak dikasih tugas.”

Jadi, ini dua adik yang rupanya ada yang nggak pas satu sama lain. Jadi saya bilang, bagaimana kalian akan memimpin daerah itu untuk maju, kalau sinergi aja di antara kalian berdua itu tidak bagus. Yang rugi ini bukan kalian berdua, yang rugi ini seluruh rakyat Sumatera Utara itu. Sebagai kakak, saya hanya minta satu, kasihlah kebanggaan saya: kalian sukses memimpin daerah.

Pembicaraan itu nggak lama, 15 menit. Selesai, tidak pernah ada telepon lanjutan. Apalagi yang bilang dikaitkan dengan Jaksa Agung. Tanggung, kenapa nggak Presiden? Orang nggak tahu saya bisa telepon Presiden. Kenapa saya harus telepon Jaksa Agung? Saya bisa telepon, kalian boleh rekam. Pasti saya bisa telepon, “Bapak Presiden, apa kabar? Sehat, Pak? Ini Bung Surya.” Saya yakin telepon saya diterima, saya yakin. Masak saya bohong?

Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Ery Nuradi.

Anda mengontak Jaksa Agung?

Kenapa mesti Jaksa Agung? Apa motivasinya? Satu, kalau dikaitkan dengan materi, kan kalau membantu orang, kita ambil dua aja, ada materi dan non-materi. Materinya kira-kira, bukan saya sombong, Gatot mampu beri saya apa? Untuk seorang Surya, ketua partai ini. Insya Allah, mudah-mudahan, bukan takabur, tidak ada. Ini sejujur-jujurnya.

Kemudian non-materi, politik. Apa yang saya harapkan dari Gatot? Supaya popularitas NasDem ini hebat? Supaya saya dikenang hebat? Atau supaya hebat sekali? Kadang-kadang barangkali orang jangan-jangan berpikir, ini hebat sekali membantu PKS. Nggak ada juga. Jadi kalau yang namanya pertemuan itu, ada. Kan sudah pasti, nggak terbantahkan dari awal. Siapa yang hadir saya sudah ceritakan, isi konten.

Nah pertanyaan berikutnya, ada nggak satu kalimat pun, baik yang diutarakan oleh Erry atau Gatot atau saya, “Ini kami sedang berperkara, tolonglah. Bang, tolong bantu.” Nggak ada satu kalimat pun.

Jadi ending pertemuannya, “Baik-baik kalian bekerja berdua,” selesai. Saya yakin BAP-nya juga begitu. Insya Allah begitu. Kalau nggak, itu lucu sekali. Ya di BAP kalau bilang nggak ada pertemuan, bohong dong. Memang ada.

Tapi konten, substansi, isi, pertemuan apa? Terus di mana kaidah yang terlanggar? Jangankan hukum, etik apa yang terlanggar? Menerima kedatangan gubernur dan wakil gubernur. Saya terima di sini, mulai dari orang awam, para kader, pimpinan partai, presiden, saya terima di sini. Pejabat dalam dan luar negeri kepala negara saya terima di sini.


Anda siap diperiksa KPK untuk menjelaskan hal itu?
Nah, inilah yang sekarang menjadi konsumsi publik. Dunia akan runtuh kalau pertemuan itu tidak terbongkar dan Bung Surya tidak dipanggil sebagai saksi oleh KPK. Saya pikir KPK emangnya goblok? Mau memaksakan, apa, memanggil-memanggil saksi? Boleh saya katakan, tidak akan sedangkal itu. Jadi harus ada reason (alasan), ada dasar hukumnya. Ada ini-itu kalau kita memang percaya pada KPK. Saya percaya kepada KPK.

Uang Rp 200 juta buat Rio itu katanya sebagai uang muka .…
Jangan kamu tanya sama saya kenapa, uang apa. Jangan-jangan ini uang sunat yang lupa bayar. Yang pasti uangnya 200 juta perak. Mana tahu dia punya utang sunat belum bayar, atau apa. Kamu tahu siapa yang kasih duit itu? Yang saya dengar yang kasih itu namanya Sisca? Siapa Sisca itu? Kawan lama atau bekas pacar, nggak tahu kita. Di mana kerjanya? Di OC Kaligis. Kantornya situ. Ini ada apa anak satu ini, kan begitu ceritanya. Kita nggak tahu, saya nggak mencampuri urusan privasi dia. Tapi, saya rasa, nggak harus runtuh negeri ini dengan urusan itu.

Cerita Rio tentang uang itu?

Rio sama saya nggak ada sembunyi-sembunyi. Nggak ada tuh protes protes. Uang juga sudah dibalikin. Di atas tiga puluh hari kan gratifikasi. Tapi kenapa lebih lama itulah pertanyaannya.

Kalau dari sisi kalkulasi politik, sebenarnya kan di Sumut lebih untung kalau…
Bagaimana kita harus bergembira atau menikmati sesuatu di atas kesedihan orang lain, musibah, siapa pun itu. Jangankan kawan, rasanya musibah orang yang tidak kita kenal, itu pun tidak pantas kita bergembira. Cobaan ini bagi Nasdem tidak ringan.


Partai lain menghubungi aparat penegak hukum. Kalau NasDem?

Kalau mau jujur saya kenal dengan penegak hukum kok. Ada nggak Pak Surya itu telepon. Saya tidak pernah. Apa Bang Surya nggak kenal. Kalau saya bilang nggak, saya bohong dong. Coba tanya ada gak yang dilobi. KPK yang menetapkan sekjen NasDem ada nggak dihubungi. Partai lain mungkin iya. Coba kalian lihat partai kecil ini bikin rusuh terus.

NasDem kehilangan orang di partai. OC Kaligis, Rio .…

Saya prihatin. Kita mau kejar ‘shirotol mustaqim,’ tapi jangan berkata berat cobaan. Itu doa saya. Kemampuan saya. Ini saya ceritakan apa adanya. Saya minta jangan berat-berat.

Ada konspirasi?
Abang bisa lihat dari ini. Itu tugas kalian untuk mencari itu. Ini mudah-mudahan jadi pembelajaran bagi partai NasDem partai kecil ini. Siapapun bisa datang dan pergi, tapi partai ini tetap pada komitmennya.

Ke ICW itu Anda mau melakukan apa?

Aku cuma mengundang ICW. Ada spirit yang mau kita bangun.


Reshuffle? Menteri NasDem Belum Luar Biasa

Soal kabinet, betulkah akan ada reshuffle lagi?

Semakin banyak reshuffle menunjukkan kondisi pemerintahan yang belum kondusif. Sedikit-sedikit reshuffle. Ini jadi excuse. Harus kita akui belum penuh namun sebagian besar sudah ke arah positif. Lihat saja sekarang stabilitas makro ekonomi kita fluktuatif. Tergerusnya devisa nasional. Tapi itu juga bukan hal yang terlalu ekstrem.

Presiden Jokowi sering berkonsultasi dengan Anda?

Tentunya ada pembicaraan ini. Tidak hanya ekonomi, kami membicarakan berbagai sektor. Kira-kira sekitar sebulan yang lalu.

Menurut Anda, reshuffle bagaimana?

Masyarakat tidak membutuhkan itu saat ini. Mungkin yang mereka butuhkan optimisme pemenuhan kebutuhan. Sandang pangan harga stabil. Syukur-syukur kebutuhan tercukupi. Itu basic need yang harus dipenuhi. Stabilitas ekonomi tercapai. Itu sensitif. Inilah yang harus dipikirkan presiden dan pemerintah.

Ya memang for what? Kalau ditanyakan pada saya. Nanti saya bilang begini, nanti dikira NasDem takut di-reshuffle. Serba salah. Nggak ada urusan mau reshuffle.

Termasuk polemik RUU KPK ada penundaan yang memakan energi juga. Jangan sembarang revisi tapi tidak berjalan baik. Yang dicari itu penguatan kok. Tapi institusi lainnya, jaksa dan polisi juga harus diperkuat. Ada lex specialis di KPK. Tapi kan memang KPK lahir dengan tujuan seperti itu. Muara penguatan ya negara. Jangan sampai ada institusi yang kuat tapi negaranya lemah. Untuk apa?


Kinerja menteri dari NasDem bagaimana?

Average belum terlalu luar biasa tapi tidak di bawah average. Karena ada proses learning by doing. Dilihat dari enam bulan pertama dan kedua berbeda. Biasalah belum pernah di kabinet. Uji coba dia duduk-duduk jadi menteri. Enam bulan kedua sudah mulai ada perbaikan. Tapi cobaan tidak gampang. Kita bisa lihat Bu Siti (Menteri Kehutanan) menengok El Nino. Hutan 70 juta hektare yang terbakar. Ini kurang tanggap. Matilah Siti kalau sendiri. Ini sepuluh Siti pun tidak akan mampu. Tapi yang penting bagaimana direction-nya jelas.

Kinerja Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan?

Sudah membaik. Tampang saja kan menguntungkan. Ferry saya kenal sebagai pembuat UU. Dulu sebelum dilantik, saya selalu mengenalnya sebagai pembuat UU. Dia dulu aktif di prolegnas. Banyak UU yang rusak di buat Ferry. Banyak produk UU yang kurang sehat. Tapi relatif, yang penting mereka tetap menjaga komitmen. Rusak NasDem kalau hanya bergerak untuk partai. Makanya banyak yang kalah di MK. Itu karena produknya.

Jaksa Agung M. Prasetyo?

Seorang Prasetyo yang saya kenal kalem nggak kontroversial. Kalau cari yang kontroversial, cari yang dari LSM. Prasetyo ini kalem, Jawa lagi, bukan Sumatera. Kalau Batak mungkin beda. Tapi masak jaksanya Surya semua? Kalau mau cari yang sensasional atau yang banyak gebrakan jangan Prasetyo. Prasetyo itu kalem, tenang, dan hati-hati. Saya percaya akan membaik kariernya.


Impor Minyak Angola dan Penangkapan Sam Pa

Bagaimana tanggapan Anda atas penangkapan Sam Pa, rekan bisnis Anda di Cina?

Saya mendengar tapi yang saya tahu tidak seperti itu. Yang saya tahu tidak dalam …. Kondisi terakhir memang dia diminta memberikan supervisi dalam kasus besar, dalam hal ini Sinopec (perusahaan minyak dan gas asal Cina). Dia harus bisa memberikan penjelasan. Sejauh mana kerugian yang disebabkan Sinopec, terkait dengan memperkenalkan Sinopec berinvestasi di Afrika. Tidak seperti yang dibilang Financial Times. Tapi Amerika Serikat melihat Sam Pa ini unik sekali. Dia banyak berdiplomasi termasuk ke Afrika. Networking dia luas, jadi memang sensasional.

Anda terganggu penangkapan Sam Pa?

Insya Allah, enggak ada. Kan dia bukan CEO. Dia pokoknya tokoh. Kan kita tidak pakai uang dalam negeri. Kalau bisa, teman seperti Sam Pa ini ada punya sepuluh. Capital inflow mengalir. Jangan mainin APBN. Banyak warga kita yang berinvestasi di luar.


Anda dekat sekali dengan Sam Pa?

Dulu pernah kalian taruh foto Abang jadi cover majalah Tempo. Presiden Jokowi sedang lemah, baru pakai networking dia. Undang Angola kurang dari 48 jam. Itu resmi itu. Enggak mungkin kalau enggak punya networking luas. Memang itu mengganggu urusan cucuruyut itu. Tapi enggak percaya. Dia kan networking besar. Enggak akan ganggu Indonesia.

(Majalah Tempo memberitakan bahwa Presiden Jokowi bermaksud mengimpor langsung minyak mentah dari Angola lewat China Sonangol. Sam Pa adalah orang di balik ini).

Hubungan Anda belakangan dengan Sam Pa?

Bertemu dua bulan lalu di singapura. Hubungan baik.


Ahok Itu Tegas, Penuh Imajinasi

Bagaimana dengan Ahok? NasDem akan mengusung Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017?

Ahok itu kontroversial, tapi dia cenderung lebih baik dan lebih baik. Dia punya poin positif. Sikap NasDem masih belum ada karena pilkada masih jauh. Tapi kita tahu Jakarta itu kompleks. Polusi udara kita terparah di dunia setelah Mumbai. Kemacetan bahkan sudah dianggap wajar. Tingkat toleransi kemacetan semakin tinggi. Kedisiplinan juga. Ahok itu tegas, penuh imajinasi.

Kriteria NasDem ada di Ahok?

Ada sebagian, tapi kan belum pasti. Sampai saat ini ada.

Calon wakil Ahok yang akan dipilih?

Nanti kami diskusikan dengan Tempo (tertawa). Kan, harus kompak semuanya biar mantap. Yang ingin kami tingkatkan adalah pembangunan dan kebanggaan sebagai orang Jakarta.

TEMPO.co.id
[wawancara-eksklusif-surya-paloh-blakblakan]
Sabtu, 24 Oktober 2015


Panas Dingin Partai Nasdem

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Jumat 23/10/2015, mendatangi Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjalani pemeriksaan. Pengusaha sekaligus pemimpin Media Group itu datangi KPK menyusul ditahannya politikus Nasdem, Patrice Rio Capella, oleh KPK pada hari yang sama (Jumat, 23 Oktober 2015).

Surya Paloh datang ke KPK untuk diperiksa sebagai saksi di dua kasus. “Saya jadi saksi untuk kasus Rio dan Gatot,” katanya di kantor KPK. Surya Paloh datang mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Ia didampingi beberapa stafnya serta ketua DPP Partai Nasdem bidang hukum, Taufik Bashari.

Sebelumnya, Patrice Rio Capella ditahan KPK setelah menjadi tersangka penerima gratifikasi dalam penanganan perkara bantuan daerah, tunggakan dana bagi hasil, serta penyertaan modal sejumlah badan usaha milik daerah (BUMD) Sumatera Utara di Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung. Ini merupakan pengembangan kasus yang menjerat Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya, Evy Susanti. Gatot dan Evy juga telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus gratifikasi ini. KPK menjerat Gatot dan Evy sebagai pemberi duit Rp 200 juta kepada Rio.


Patrice Rio Capella resmi ditahan hari ini, Jumat, 23 Oktober 2015. Dia keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, dengan mengenakan baju tahanan KPK berwarna oranye.

Saat dibawa menuju mobil KPK, Rio tak bicara sepatah kata pun, walau diberondong pertanyaan puluhan wartawan. Rio Capella ditahan di rumah tahanan KPK yang berada di dalam Kompleks Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Rio menjalani masa penahanan 20 hari pertama.

TEMPO.co.id
Jum'at, 23 Oktober 2015

No comments: