Sekitar 1000 orang eks anggota Gafatar kini sedang mencari suaka. Pasalnya, tempat tinggal mereka di Kalimantan Barat dibakar oleh warga. Warga setempat secara membabi buta membumihanguskan tempat tinggal mereka. Beruntungnya, dengan dikawal oleh aparat setempat, para pengungsi ditempatkan di kompleks Perbekalan dan Angkutan (Bekangdam) Kodam XII/ Tanjungpura di Pontianak, Kalimantan Barat, untuk sementara.
Seseorang bernama Wisnu Windhani mewakili para pengungsi menanggapi kejadian tersebut. Menurutnya, aksi pembakaran itu adalah tuntutan masyarakat sekitar agar para mantan anggota Gafatar meninggalkan lokasi tempat tinggalnya karena dianggap 'menganggu'. Karena dianggap mengganggu oleh warga, aksi pengusiran paksa menghasilkan pembakaran tempat tinggal para eks anggota Gafatar.
Siapakah Wisnu Windhani? Bagaimana pendapatnya mengenai pengusiran anggota Gafatar?
Anggota GAFATAR panen kacang panjang (kacang sayur).
1. Kehadiran Mereka Hanya Untuk Bertani
Wisnu Windhani adalah salah satu mantan anggota Gafatar yang mengalami pengusiran oleh otoritas Kalimantan Barat. Berdasarkan keputusan otoritas di Kalimantan Barat, mereka (para eks anggota Gafatar) akan dikembalikan ke daerah asal yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Selain dianggap mengganggu, otoritas setempat menyatakan siaga karena tidak mau ada warganya yang ikut organisasi terduga teroris itu. Namun, menurut Wisnu, kedatangan mereka di sana hanya untuk bertani.
“Kami di sini (Kalimantan Barat) hanya ingin bertani, kami ingin menjadikan Borneo ini lumbung pangan nasional, lumbung pangan bagi bangsa, kami menanam padi, menanam sayur-mayur, melakukan kegiatan untuk kedaulatan pangan, tapi kelihatannya di Kalimantan pun kami tidak bisa diterima,” jelasnnya.
Anggota GAFATAR tak diterima di daerah asalnya namun juga diusir dari tempat perantauannya.
2. Tidak Diterima di Tempat Asal
Wisnu mengaku, dirinya tengah kebingungan. Mantan anggota Gafatar itu resah karena belum menemukan suaka baru untuk para eks anggota Gafatar lainnya. Menurutnya, mereka sudah tidak diterima di daerah asal sekaligus tidak diterima pula oleh otoritas Kalbar. Wisnu mengaku telah mengirim surat elektronik (email) kepada beberapa perwakilan negara untuk mendapatkan suaka.
“Kami sekarang ini tidak tahu mau bagaimana. Kami kembali ke tempat asal kami, kami tidak diterima, Tapi di sini (Kalimantan Barat) pun kami tidak diterima. Kami tidak tahu negeri mana lagi yang mau menerima kami,” tutur Wisnu.
Mengungsi sementara di kompleks Perbekalan dan Angkutan (Bekangdam) Kodam XII/Tanjungpura di Pontianak.
3. Betulkah Gafatar Penjelmaan Al-Qiyadah Al-Islamiyah?
Wisnu turut berbicara perihal keterkaitan Gafatar dengan organisasi bernama al-Qiyadah al-Islamiyah. Ditanya apakah Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) merupakan penjelmaan al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq, Wisnu membenarkannya. Namun, ketika Moshaddeq telah divonis bersalah, ia dan teman-temannya membubarkan diri dan mendirikan organisasi baru.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa organisasi Gerakan Fajar Nusantara yang kemudian mereka bubarkan pada April 2015 lalu adalah semata-mata organisasi sosial, bukan organisasi agama. “Tetapi (Gafatar) tidak diterima masyarakat di sini (Indonesia), saya tidak paham kenapa itu terjadi,” kata Wisnu.
Kegiatan sosial GAFATAR sama sekali tak mengganggu dan tak merusak, bahkan sangat bermanfaat di lingkungan masyarakat.
4. Membantah Tuduhan Menculik
Menurut Wisnu, kasus yang menimpa seorang ibu bernama Rica dan anaknya di Yogyakarta merupakan alasan untuk mengusir kelompoknya. Ia juga turut menyebut peran media massa 'yang memanas-manasi' situasi sehingga mereka terusir.
“Enggak benar, tuduhan kami menculik. Kalau menculik, itu 'kan istilahnya orang tidak berdaya. Kalau dia sudah dewasa, dia sudah bisa menentukan nasib hidupnya. Itu namanya tidak menculik,” jelas Wisnu.
Mereka juga menjalin hubungan yang baik dengan aparat pemerintah, termasuk TNI-Polri.
5. ISIS Ngebom Tidak Ditangkap, Kami Bercocok Tanam Malah Ditangkap
Dengan gemetar Wisnu mempertanyakan kelompoknya yang hanya ingin memajukan pangan Indonesia, tetapi malah ditangkap dan diusir. “Kenapa enggak mikirin ISIS yang ngebom, kenapa mikirin kami yang hari ini bercocok tanam, kenapa ini yang dimasalahkan,” kata Wisnu.
Wisnu yang sudah menyatakan ke berbagai media bahwa organisasinya ini bukan organisasi keagamaan, tetapi media mengacuhkannya. “Kami bukan organisasi agama. Warga kami tidak hanya beragama Islam. Dan ini organisasi, bukan agama,” jelas Wisnu seperti dikutip dari BBC Indonesia.
Nah, bagaimanakah pendapat Anda mengenai sepak terjang Gafatar?
Sumber:
Didi Danarkusumo
https://www.selasar.com/budaya/diusir-seperti-apakah-5-respons-eks-gafatar
Tak Mau Disebut Sesat, Gafatar Minta Pemerintah Jaga Aset Mereka di Kalimantan
Mantan Ketua Umum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful Muis Tumanurung akhirnya angkat bicara soal polemik kelompoknya itu. Bahkan dia membantah jika disebut keyakinan Gafatar berbeda dengan agama Islam.
Karena itu, dia menolak fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) di sejumlah daerah yang menyatakan Gafatar menyebarkan aliran sesat. “Kami tidak memiliki paham yang sama. Kami bukan bagian dari mereka. Bagaimana kami difatwa kalau kami ada di luar,” kata Mahful dalam konferensi pers di Gedung YLBHI, Jakarta, Selasa (26/1). Demikian, seperti dikutip Radarpolitik.com.
Mahful mengatakan, mayoritas mantan anggota Gafatar telah keluar dari keyakinan agama Islam mainstream (arus utama/umum). Ajaran yang dipegang teguh adalah paham Millah Abraham yang dianggap sebagai jalan kebenaran.
Mantan Ketua Umum GAFATAR, Mahful Muis Manurung.
Pria yang mengaku lulusan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini mengatakan, Gafatar menggelar kongres pada 14 Agustus 2011 dan menetapkannya sebagai ketua umum. Program utama Gafatar adalah pertanian mandiri.
Namun, pada 13 Agustus 2015, organisasi Gafatar dibubarkan melalui kongres luar biasa. Pembubaran organisasi Gafatar, kata Mahful, dilakukan karena berbagai alasan. Sejak saat itu, semua anggota Gafatar diberi keleluasaan untuk tetap menjalankan program, berikut keyakinan yang dianut. Mahful juga menegaskan, Gafatar tidak pernah sembunyi-sembunyi melakukan perekrutan anggota.
Bahkan Ia juga mengaku sempat meminta waktu berdialog dengan MUI pada tahun 2015, tetapi tidak pernah ditanggapi. “Kantor kami terbuka lebar, kenapa ketika kami eksis kami tidak pernah diajak berdiskusi? Kenapa tiba-tiba kami diberi fatwa? Apakah Anda (MUI) pernah berdialog dengan kami?” ungkapnya. “Soal keyakinan, inilah hak asasi kami. Mari kita berlomba-lomba, jangan saling mencegah,” katanya.
Meski demikian, Mahful meminta pemerintah menjamin aset yang terpaksa ditinggalkan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. “Kami meminta pemerintah atau pihak berwenang menjamin keselamatan diri dan aset yang terpaksa kami tinggalkan di Kalimantan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,” kata Mahful.
Ia mengungkapkan kekecewaan akibat peristiwa pengusiran warga eks Gafatar di Mempawah. Pengusiran itu dianggap Mahful bertentangan dengan hak asasi manusia. Terlebih lagi, warga eks Gafatar juga tidak mengganggu ketertiban umum karena hanya ingin menjalankan program pertanian mandiri.
Pria yang mengaku jebolan S-2 UIN Syarif Hidayatullah Ciputat ini juga menyatakan tidak ada warga eks Gafatar yang menerima dipulangkan dari Kalimantan Barat ke kampung halamannya. Ini disebabkan semua harta benda telah dikumpulkan di lokasi tersebut. “Lahan (pertanian) ada ribuan hektar, sapi kami hilang. Kami sudah ingin memanen apa yang kami cita-citakan, tiba-tiba mimpi itu buyar dalam sekejap,” ujarnya. (jun/rdp)
Sumber:
http://halloapakabar.com/tidak-mau-disebut-sesat-gafatar-minta-pemerintah-jaga-aset-di-kalimantan