Membaca "Crop Circle" dari Udara
Senin (24/01/2011) pukul 6.00 WIB, saya telah meluncur dari rumah menuju Dusun Jogo Tirto, Berbah, di mana crop circle yang mengebohkan Indonesia sejak hari Minggu (23/01/2011) ditemukan.
Tempat itu sebenarnya dekat dari rumah saya, tapi karena harus sana sini menanyai penduduk, waktu yang saya perlukan untuk mencapainya molor menjadi 20 menit.
Sepagi itu, tempat tersebut sudah dipenuhi pengunjung. Di depan jalan masuk, beberapa pemuda berjejer mengatur kendaraan pengunjung, sembari memberikan tiket parkir, persis tukang parkir saja. Setiap sepeda motor dipungut Rp 2000.
Saya segera memarkir motor untuk bergabung dengan pengunjung lain yang semuanya menampakkan wajah penasaran. Meski begitu, tempat sekitar crop circle itu berada, tetap lapang dan tak ada yang berdesakan.
Di pojok jalan setapak menuju sawah di mana tepat crop circle berada, pedagang asongan menjajakan kue basah sederhana, sementara beberapa pemuda bersemangat menjual foto hasil jepretan Mas Dalis, putra pemilik sawah di mana crop circle tercipta.
Tak bisa disangkal, fenomena unik di Berbah ini telah memutar roda ekonomi masyarakat, kendati untuk sesaat.
Saya jelas ke sana tidak untuk melihat-lihat saja. Tujuan utama saya adalah bergabung dengan tim Teknik Geodesi UGM dan para pehobi aeromodelling yang akan memotret crop circle dari udara.
Sekitar pukul 8.00 WIB, lengkap sudah tim berkumpul. Operator aeromodelling adalah Mas Kopral, dibantu Mas Widi yang alumnus Teknik Geodesi UGM. Namun, pakar dan aktivis pemotretan udara dari Teknik Geodesi UGM, Dr. Catur Aries Rokhmana tak tampak di lapangan.
Pukul 8 lebih sedikit, pesawat meluncur dikendalikan Mas Kopral lewat remote control. Dia sepertinya sangat piawai mengendalikan alat itu dan sepertinya yakin tak akan menghadapi kendala berarti.
Ceritanya gambar sudah diambil, namun karena harus mengikuti rapat kurikulum, saya mendahului tim dan menunggu hasilnya dengan harap-harap cemas.
Lalu, ketika bertemu dengan Dr. Catur di kampus Teknik Geodesi UGM, berita cukup menarik -ah mungkin juga aneh- tersaji ke mata dan telinga saya.
Katanya, hasil pemotretan menunjukkan bahwa kamera gagal mengambil gambar tepat ketika berada di atas crop circle. Saya lalu tanyakan kepada tim di lapangan mengapa hal itu bisa terjadi. Tak seorang pun mampu menjawab dan menjelaskan keganjilan ini.
Yang pasti, jika kamera rusak, maka tidak ada gambar yang bisa diambil. Faktanya, semua pengambilan gambar berjalan lancar, tapi itu tak berlaku ketika kamera tepat berada di atas crop circle. Aneh sekali, kamera berhenti beroperasi begitu tepat berada di atas crop circle.
Sampai tulisan ini dibuat, saya dan semua rekan tidak bisa memastikan apa penyebabnya.
Sepertinya perlu penelitian lebih serius mengenai medan magnet dan kondisi gelombang yang ada di sana ketika pemotretan terjadi, untuk menjawab keganjilan itu.
Tapi karena urusan kami adalah hanya untuk mengetahui bentuk dan dimensi geometris crop circle, maka segala gangguan bersifat elektromagnetis terhadap proses pemotretan kami abaikan. Itu karena dimensi itu tidak berada dalam perhatian kami dan tidak termasuk kegiatan pemotretan.
Tim tidak berani berandai-andai atau menerka sebelum ada bukti yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Lagi pula kapasitas kami tidak di situ.
Foto-foto yang dihasilkan dari pemotretan udara itu -tentu saja bukan yang tepat di atas crop circle karena kami memang tak mendapatkannya- kemudian kami olah secara fotogrametris sehingga menghasilkan visualisasi dengan geometri cukup akurat.
Bentuk circle crop di Berbah ini memang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh para pemerhati soal ini.
Karena akurat secara geometris, hasil gambar bisa digunakan untuk mengukur dimensi sebenarnya. Dan, karena pengolahannya melibatkan referensi bumi, maka koordinatnya pun bisa diketahui.
Akibatnya, hasil foto udara ini bisa ditumpangsusunkan (overlay) dengan citra satelit yang tersedia gratis pada Google Earth atau Google Maps.
Singkatnya, foto udara ini menjadi semacam peta yang dengannya bisa diketahui posisi dan dimensi crop circle Berbah ini.
Berdasarkan pengukuran foto udara itu, crop circle Berbah memiliki diameter 54 meter. Di sisi barat dan timurnya terdapat dua lingkaran yang keduanya berjarak 67 meter.
Kami berusaha mendapatkan penjelasan mengenai rumor dan misteri di seputar pembuatan crop circle dari Dr. Catur Aries Rokhmana. Namuan Ketua Laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh Teknik Geodesi UGM ini enggan mengomentarinya.
Katanya, ketertarikan dan kapasitas tim Teknik Geodesi UGM adalah pada upaya menentukan bentuk dan dimensi crop circle secara akurat. Soal misteri dan rumor bukan urusan tim.
Dia juga menjelaskan, bentuk crop circle bisa dipetakan secara akurat dengan teknologi pemotretan udara yang dikembangkan Teknik Geodesi UGM.
Saya sependapat dengannya bahwa metode ini memang sangat efektif, karena bentuk dan dimensi bentuk-bentuk di permukaan bumi bisa diketahui dengan tepat dan akurat.
Dr. Rokhmana menyatakan, pemotretan udara ini bisa diaplikasikan dalam ragam dimensi, tidak sekadar urusan crop circle. Dia mereferensikan www.potretudara.com untuk mengetahui apa-apa saja yang dikembangkan laboratoriumnya.
Saya sendiri menilai, siapapun yang membuat crop circle Berbah, maka pastilah mereka yang memiliki cita rasa seni tinggi dan memahami benar geometri dan matematika yang jelas bukan hal yang sederhana.
Saya sepakat crop circle bisa dibuat manusia dan ini memang bisa dijelaskan dengan amat logis.
Tapi, faktanya pada sebagian kecil crop circle logika tak bisa menjelaskannya. Saat bersamaan, selalu ada pihak yang menyukai misteri, seperti pada fenomena Segitiga Bermuda.
Kendati berulangkali dijelaskan secara ilmiah, selalu saja ada penjelasan lain yang mengarahkan fenomena itu ke misteri. Ini juga berlaku pada crop circle Berbah.
Untuk itu, kita masih memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai crop circle Berbah yang menghebohkan ini.
I Made Andi Arsana
Dosen Geodesi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
http://www.antaranews.com/berita/243545/membaca-crop-circle-dari-udara
Ilmuwan AS: Ada Energi Tak Terlihat Pembentuk Crop Circle
Peneliti sekaligus ahli corp circle asal Amerika Serikat (AS), Nancy Talbott, menyatakan pembentukan pola pada corp circle melibatkan energi di mana ilmu sains belum bisa memberikan penjelasan. Demikian keterangan Talbott yang dikirimkan melalui email ke redaksi Tribunnews.com, Kamis (27/1/2011).
Talbott yang juga menjabat sebagai Direktur BLT Research Team Inc. yang berkedudukan di Cambridge, Massachusetts, AS ini juga menjelaskan bahwa pada awalnya ia tidak percaya jika mahluk asing atau dikenal dengan sebutan unidentified flying object (UFO) bertanggung jawab atas munculnya fenomena crop circle ini.
"Namun, dengan adanya beberapa penelitian yang dilakukan pada akhir-akhir ini terlihat ada energi yang belum diketahui jenisnya ikut terlibat," ujarnya lagi.
Ia juga menjelaskan ada beberapa aspek mistik yang menjadi perhatian dari penelitian BLT. Ia memberikan contoh seorang pemuda asal Jerman bernama Robbert vd Broeke yang memiliki kemampuan supernatural.
Si pemuda ini satu-satunya di dunia yang bisa tahu kapan dan di mana crop circles terbentuk di Belanda dan ini tentu saja mengherankan terutama kejadian yang berlangsung di sekitarnya. "Saya bahkan pernah bersama Robert dan melihat dua penampakan crop circle," kata Talbott, mengenai pengalamannya di Belanda saat itu.
http://www.tribunnews.com/2011/01/27/ilmuwan-as-ada-energi-tak-terlihat-pembentuk-crop-cirle
Misteri Crop Circle di Sleman Hingga Kini Belum Terpecahkan
Fenomena misterius berupa lambang 'UFO' di Sleman, Yogyakarta, juga terjadi di belahan bumi lainnya. Di negara-negara Eropa fenomena ini dikenal sebagai crop circle, misteri pembentukannya hingga kini belum terpecahkan.
Berdasarkan penelusuran detikcom dari berbagai sumber di blogspot.com, Senin (24/1/2011), crop circle merupakan fenomena alam yang kerap dijumpai. Sudah hampir 350 tahun semenjak kemunculan perdana di Inggris pada tahun 1647, sampai sekarang cara pembentukannya masih misterius.
Crop circle adalah suatu bentuk lingkaran dan bentuk bentuk lain seperti geometri yang kebanyakan berukuran cukup besar, biasanya terbentuk di ladang pertanian. Di Inggris, Amerika, Jepang, dan Australia kerap ditemukan fenomena ini.
Bentuknya pun beragam, dari mulai lingkaran sederhana hingga bentuk geometris yang sangat kompleks. Beberapa diantaranya bahkan berbentuk citra flora dan fauna yang unik dan menunjukkan bahwa pembuatnya adalah makhluk yang cerdas.
Sebuah video yang berhasil merekam proses terjadinya sebuah crop circle di oliver’s castle pada tahun 1996, menunjukkan bahwa sebuah crop circle berukuran besar terbentuk dalam waktu hanya sekitar 20 detik.
Banyak spekulasi mengenai peroses terbentuknya crop circle. Ada yang beranggapan fenomena tersebut rekayasa manusia, tapi ada pula yang beranggapan murni dari proses gejala alam. Namun hingga kini belum ada kesimpulan pasti atas sebab terjadinya fenomena tersebut.
Sebelumnya diberitakan, warga Sleman, Yogyakarta, dihebohkan oleh tanda misterius di persawahan yang muncul usai angin kencang. Warga setempat meyakini tanda yang berbentuk lingkaran raksasa tersebut sebagai pendaratan pesawat 'UFO' dari planet lain.
Lambang tersebut berbentuk lingkaran berdiameter 70 meter. Di tengah lingkaran raksasa tersebut terdapat lambang misterius. Tanda tersebut dibentuk oleh hamparan padi yang rebah setelah terjadinya angin kencang.
Pihak Kepolisian pun membenarkan munculnya lambang misterius 'UFO' tersebut. Polisi bahkan sudah mengabadikan peristiwa langka tersebut.
Elvan Dany Sutrisno
http://www.detiknews.com/read/2011/01/24/010042/1552727/10/misteri-crop-circle-di-sleman-hingga-kini-belum-terpecahkan
Ada SUTET di atas Lambang Misterius 'UFO' di Sleman
Terdapat SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di atas lambang misterius 'UFO' di daerah persawahan di Sleman, Yogyakarta. Sejumlah ahli menyebut lambang ini sebagai crop circle yang terbentuk karena pengaruh medan magnet bumi.
Sejumlah ahli di Amerika mempercayai 80 persen dari crop circle direkayasa oleh manusia dan 20 persen kemungkinan tercipta sendiri oleh medan magnet bumi.
"Aliran SUTET berada di atas sawah yang ada lambangnya," ujar salah seorang warga setempat, Pradhita Wahyu, kepada detikcom, Minggu (23/1/2011).
Ahli asal AS, Jeffery Walson yang telah meneliti 130 lingkaran simbol di ladang gandum menemukan fakta bahwa 90 persen di sekitar lambang misterius ini terdapat transformator yang berhubungan dengan kabel listrik berkekuatan tinggi.
Ada pertemuan antara elektrik negatif yang dihasilkan dari aliran air di sekitar sawah dengan elektrik positif yakni kabel bertegangan tinggi, sehingga terbentuklah medan magnet listrik. Medan magnet inilah yang kemudian merobohkan gandum lalu membentuk lingkaran aneh.
Namun demikian temuan ahli ini belum sepenuhnya terbukti. Para ahli belum bisa memberikan seluruh jawaban untuk pertanyaan mengenai bentuk yang dihasilkan serta tujuan pembuatannya.
Elvan Dany Sutrisno
http://www.detiknews.com/read/2011/01/23/233439/1552720/10/ada-sutet-di-atas-lambang-misterius-ufo-di-sleman?nd992203605