Friday, June 10, 2016

Sebenarnya Apa yang Sedang Terjadi di Sekitar Saya?


Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sekitar saya? Saat saya punya kesempatan buka portal berita online, isinya hanya berita kriminal yang semakin hari semakin mengerikan saja. Yang bahkan saya tak pernah berfikir bahwa cara-cara aneh seperti itu dilakukan oleh pelaku demi memuaskan nafsunya saja.

Tidak tahu mengapa, saya merasa harus segera menuliskan hal ini dan kemudian mengirimkannya ke Mojok.co. Saya tidak sering menulis, tapi saya akan mencoba menuliskan keresahan yang belakangan melanda saya. Ini adalah tulisan pertama saya dan semoga Anda berkenan membacanya.

Umur saya 23 tahun. Saya merupakan salah satu dari 3000 peserta program sarjana mendidik di daerah terpencil. Dan kini saya mengajar sekolah menengah pertama di pedalaman Aceh. Daerah penugasan saya sebetulnya tidak terlalu terpencil. Hanya saja di sini sinyal susah didapat, dan tidak ada angkutan umum. Di sini juga tidak ada jalan lain selain satu jalur utama yang medannya terjal, naik turun, dan di kanan kiri jurang tanpa batas pagar pengaman jalan dan tentu saja rawan longsor, serta listrik yang sering mati.


Untuk bisa mengirimkan tulisan ini, saya harus pergi ke warnet yang terletak di pojok pasar Centhong di pusat kota. Lokasi tersebut berjarak 2 jam perjalanan dari mess saya jika ditempuh dengan menggunakan motor bodongan dan harus melewati medan yang sudah saya jelaskan di atas. (Plis lho ya, kalau ndilalah Mojok berkenan memuat tulisan saya ini, semoga itu karena tulisan saya memang layak dimuat, bukan karena nggak enak sama usaha saya dalam menembus medan berat hanya untuk ke warnet).

Saya tidak akan menceritakan pengalaman mengajar saya di sini. Namun hal lain yang saya kira memang perlu untuk ditulis dan dibaca banyak orang.

Kamis tanggal 26 Mei 2016, saya dipanggil Kepala Sekolah saya dan diberikan mandat untuk menjadi Wali Kelas. Saya mengira dipanggil karena anak di kelas saya ada yang tidak naik kelas. Ternyata saya dipanggil untuk sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari yang saya pikirkan. Saya diberitahu bahwa ada anak di kelas saya yang ditangkap polisi karena terlibat kasus pemerkosaan.

Ya, pemerkosaan. Bahkan, kata Kepala Sekolah saya, berita tersebut telah beberapa kali ditayangkan di televisi.


Sontak saya menangis mendengar hal itu. Saya tidak punya TV di sini, jadi bagaimana saya bisa tahu? Dan di sini, kita tidak bisa melakukan komunikasi kalau tidak bertatap muka secara langsung. Jadi wajar sekali apabila kabar itu tersebar dengan sangat lambat. Padahal pelaku adalah ketua kelas di kelas saya. Dia seorang yatim piatu. Saya sangat menyayanginya karena walaupun ia nakal, tetapi ia masih mau menuruti nasehat saya.

Selama menjadi wali kelasnya, berkali-kali saya harus menandatangani surat panggilan untuk walinya karena ia telah melakukan pelanggaran, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Berkali-kali juga saya membelanya di depan guru lain yang bermasalah dengannya. Dan tak terhitung berapa kali saya menahan tangis di depannya karena saya merasa tak becus menjadi orang tuanya di sekolah.

Akan tetapi, masalahnya kali ini begitu berbeda dengan semua kenakalan yang pernah ia perbuat.

Mendengar kabar itu saya langsung sakit hati. Saya merasa gagal menjadi orang yang paling bertanggungjawab untuknya di sekolah. Saya merasa, selama ini berarti dia tidak benar-benar mendengarkan nasehat saya. Saya sering kali memohon kepadanya untuk tidak berbuat yang tidak baik kepada teman-temannya. Ia mau menurut pada saat itu, dan tak pernah ia ulangi lagi setelah saya nasehati demikian. Namun yang terjadi ini malah tak pernah saya bayangkan akan ia lakukan. Dan inilah pertama kalinya bagi saya, memiliki murid yang tersandung kasus yang saya tak habis pikir mengapa hal itu bisa terjadi.


Kepala Sekolah memberitahukan bahwa anak didik saya itu melakukan hal tersebut beramai-ramai bersama 3 pelaku lainnya yang tidak lain adalah saudara kandung dan saudara iparnya. Saya tidak mengerti, setan apa yang merasukinya sehingga dia bisa berbuat seperti itu. Dia masih remaja kecil. Usianya belum genap 16 tahun.

Mengapa dia bisa seperti itu? Mengingat di sini, di daerah penempatan saya, ganja dikonsumsi warga sebagai bumbu dan rokok, apakah betul karena itu? Orang-orang di sini bilang mungkin saja karena pengaruh ganja yang sering dihisap warga sini pada saat ada acara kumpul-kumpul. Kebetulan anak didik saya ikut kumpul pada malam itu. Apa benar anak didik saya menghisap ganja, mabuk, tak sadar, lalu mau saja disuruh abang kandungnya untuk ikut mencabuli istri abangnya itu? Saya sungguh tak habis pikir.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sekitar saya? Saat saya punya kesempatan buka portal berita online, isinya hanya berita kriminal yang semakin hari semakin mengerikan saja. Yang bahkan saya tak pernah berfikir bahwa cara-cara aneh seperti itu dilakukan oleh pelaku demi memuaskan nafsunya saja. Bahkan pelaku adalah anak SD, anak kecil, belum disunat, dan mungkin belum pernah mimpi basah.

Seingat saya, zaman saya SD tidak ada yang tahu apa dan bagaimana video porno. Tetapi anak SD di sini saat ini, sudah ada yang tertangkap guru karena sedang melihat video tak senonoh di gawai milik abangnya yang ia bawa ke sekolah. Seingat saya dulu waktu saya SMP, tidak ada laki-laki yang menggoda murid perempuan dengan brutal. Namun di sini saat ini, hampir setiap minggu ada saja siswi datang ke kantor sekolah sambil menangis dan mengaku telah dipegang-pegang oleh kawan-kawan lelakinya.


Zaman saya SMA pun tidak ada yang ketahuan sedang “in the hoy” ataupun berbuat mesum di sekolah. Tapi kenapa ada anak SD di sini yang kedapatan sedang “ngocok” ketika gurunya sedang menulis di depan kelas?

Anda boleh tidak percaya, tapi yang saya tulis ini benar-benar terjadi di sekitar saya. Ada apa sebenarnya? Apa yang salah sehingga anak-anak di sekitar saya sangat berbeda dengan kawan-kawan saya pada waktu saya bersekolah dulu? Dan ini tidak hanya terjadi di sini, seperti yang telah anda ketahui, ini terjadi di hampir semua tempat di Indonesia.

Kalau saya boleh mengutuk, saya sangat benci acara-acara TV yang mengumbar kemesraan dan mengumbar aurat. Anda boleh menyebut saya kolot dan sebagainya. Silakan! Namun saya menemui anak-anak di sekitar saya jadi menirukan apapun yang mereka tonton. Mereka tidak seperti kita, yang sudah paham bahwa segala sesuatu harus disikapi secara bijak. Mereka, anak-anak ini, belum sampai ke tahap itu. Mereka menganggap segala sesuatu yang ada di depan mereka sebagai hal yang boleh mereka tiru. Dan mereka belum siap dengan segala konsekuensi yang akan mereka terima ketika melakukan hal tersebut.


Sebagai contoh, ketika ada anak perempuan di sini yang memakai busana seksi seperti baju yang dipakai Centini (tokoh lakon televisi), lalu ia berjalan di depan gerombolan pemuda lajang putus sekolah yang sedang nongkrong di jembatan kampung. Kita tidak pernah tahu apa yang akan mereka lakukan kepada anak itu. Mengingat mereka bahkan tidak tahu bahwa ganja itu tidak boleh dikonsumsi.

Kita tidak sedang membicarakan masalah tingkat pendidikan, keimanan ataupun moralitas. Tapi bukankah itu semua saling berhubungan? Dan tidak sedikit pelaku pelecehan seksual mengaku alasan mereka melakukan hal tersebut karena tergoda oleh penampilan korban. Kita bisa saja bilang “if her clothes provokes you, i should break your face because your stupidity provokes me”, kepada orang-orang yang mengerti. Tapi nyatanya masyarakat kita saat ini masih banyak yang belum memiliki pemahaman seperti itu.

Tapi, apa benar aurat penyebabnya? Atau ganja? Atau acara televisi? Atau internet? Atau kurangnya pemahaman akan agama? Atau para orangtua? Atau kami para guru?

Saya tidak mau berbicara perkara benar dan salah. Tapi saat ini saya merasa sangat bersalah. Dan saya tidak tahu pasti kenapa bisa demikian.

Thubany Amas   
http://mojok.co/2016/06/apa-yang-sedang-terjadi-di-sekitar-saya/